Pembaca baru, mending langsung baca bab 2 ya. Walaupun ini buku kedua, saya mencoba membuat tidak membingungkan para pembaca baru. thanks.
Prolog...
Malam itu, tanpa aku sadari, ada seseorang yang mengikuti ku dari belakang.
Lalu, di suatu jalan yang gelap, dan tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian kota. Orang yang mengikuti ku tiba-tiba saja menghujamkan pisau tepat di kepalaku.
Dan, matilah aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Misteri Dibalik Hilangnya Naya. 3
"Tidak ada! Tidak ada siapapun!!" teriakku sambil terus mencari sosok yang memperhatikan kami dari balkon lantai dua. Aku sekarang sudah di balkon dimana sosok tadi nongol. Angga di bawah, dimana kami ijin pamit pulang tadi. Dan pak Jatmiko, dia berada di lorong lantai dua. "Ngga!! Lihat orang tadi lari kemana?"
"Masuk lewat pintu yang menuju balkon!" Angga menjawab dari tempatnya berada.
"Kamu merekam kejadian tadi?"
"Sayangnya tidak. Memory nya penuh, dan baterai nya juga mau habis." dia mengecek handycam nya sejenak. Berharap dia merekam sosok orang yang mengintip kami tadi. "Apakah kalian tidak berpapasan dengan sosok itu?"
Aku menggeleng, lalu kembali lagi menuju lorong yang ada di lantai dua. Memeriksa setiap kamar, dan kamar mandi. Tapi, sosok tadi tidak ada di manapun. Pak Jatmiko memeriksa lantai satu, dan sepertinya dia juga tidak menemukan petunjuk apapun.
Kami berkumpul di halaman rumah tua itu. Sambil memperhatikan balkon lantai dua dari bawah. Ada delapan jendela terpampang jelas menghadap timur. Lalu, satu jendela super besar menghadap ke selatan yang kusennya menjadi satu dengan pintu keluar ke arah balkon. Tidak ada pintu masuk yang lain selain pintu itu. Lalu, seandainya sosok tadi pergi ke lantai satu seharusnya dia berpapasan dengan ku dan Pak Jatmiko. Tapi, kami tidak bertemu dengan siapapun.
"Kayaknya, ada yang tidak beres deh Pak Jatmiko." kataku sambil tetap memperhatikan rumah itu.
"Benar, sepertinya aku harus pikir pikir lagi untuk tinggal di sini." Jawabnya.
"Anda punya tempat tinggal yang lain? Kost mungkin?" tanya Angga.
"Tidak, aku tidak punya tempat tinggal yang lain. Mau ngekost dadakan juga sepertinya sangat mustahil." jawab Pak Jatmiko.
"Bagaimana kalau malam ini Anda menginap di rumahku?" aku memberikan dia saran. Lagian, aku tidak tega melihat orang yang sudah berumur setengah abad ini tinggal sendirian di rumah yang ada sesuatunya ini.
"Ok, baiklah, setidaknya hari ini aku punya tempat untuk istirahat."
Nex
Pak Jatmiko tidur di kamar belakang. Oh iya, aku belum menggambarkan denah rumahku ya. Rumahku kecil, berbentuk L. Satu kamar depan, dan satu kamar samping, dapur tepat berada di belakang kamar samping, dan kamar mandi tepat berada di samping kamar depan. Ruang tamu cukup luas walaupun rumahku cukup kecil. Rumah dengan dinding batu bata di cat putih, dan daun pintu sama kusennya di cat warna biru muda.
Setelah mengerjakan tugas dan PR yang di berikan oleh Pak Nur. Aku membuka rak buku, mencari cari buku yang kiranya bisa mengisi waktu luang karena sekarang belum terlalu larut malam.
Ga ada yang menarik, semua novel dan komik yang aku koleksi, hampir semuanya sudah aku baca berulang kali.
Ah, tunggu. Di rumah yang ada di Tebo Selatan, sepertinya ada banyak buku tua. Siapa tahu ada yang menarik. Ok, hari Minggu besok aku akan explore rumah warisan Mbah Di itu.
Nex
Pukul setengah satu dini hari, aku kembali terbangun dari tidurku yang kurang lelap. Ada suara seperti seseorang yang sedang lompat lompat di jalan. Karena penasaran, aku menuju ke ruang tamu dan mengintip ke arah luar.
Oi? Udin lulumpatan lagi seperti kemarin lusa!! Tapi, itu bukan Udin, bukan. Mana mungkin Udin yang gemoy itu bisa melompat sejauh lima meter an. Dan, kalau ga salah ingat. Dia kemarin lusa melompat dari depan rumahnya ke depan rumahku dengan satu kali lompatan!! Itu jaraknya lebih dari dua puluh meter!!
Ah, sudahlah, jawabnya sudah ketemu kok. Dia setan yang sedang menyerupai Udin. Ok, istirahat saja deh. Besok harus sekolah. Dan aku tidak mau telat.
Nex
Baru beberapa menit memejamkan mata. Aku merasakan kalau ada seseorang sedang memperhatikan aku. Aku seolah mendengar suara hembusan nafasnya. Sangat pelan dan lembut.
Busett, siapa sih? Pak Jatmiko kah? Apakah dia terbangun karena mendengar aku bangun sebentar tadi? Tapi, suara dengkuran Pak Jatmiko juga terdengar di sela sela hembusan nafas yang pelan ini!
Oi, yang benar saja!!
Aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Aku melakukannya sepelan mungkin, supaya sosok atau seseorang yang sedang memperhatikan aku itu tidak menyadari kalau aku berusaha untuk melihatnya. Perlahan aku buka, aku melihat ada bayangan kaki di tengah pintu kamarku, dia menghadap ke arah luar. Perlahan lagi, punggungnya sudah mulai terlihat, dia seumuran denganku. Dan ketika aku membuka mataku dengan sempurna. Sosok itu sudah berada tepat di depan mukaku.
"Waahhh!!" Aku bangun dari tidurku. Jam alarm menjerit jerit di atas meja. Saat itu juga, Pak Jatmiko membuka pintu kamarku.
"Ada apa?" Katanya, mukanya penuh dengan tanda tanya saat menatapku. "Ada apa?"
"Ah, tidak. Cuma kaget sama bunyi alarm ini." aku berbohong. Dia menatapku curiga.
"Alarm itu sudah berbunyi lebih dari sepuluh menit yang lalu, saat aku mulai mandi." Muka Pak Jatmiko semakin menunjukkan kecurangan terhadapku. "Mimpi buruk?"
"Ahahaha. Iya. Maaf, mungkin saya terlalu capek karena seharian kemarin melakukan aktivitas fisik yang lebih dari biasanya."
"Benar juga. Ok, baiklah kalau tidak ada masalah. Aku harus segera pergi untuk mencari kost kosan. Sudah aku masakan sesuatu. Cepatlah bangun dan kamu harus segera sekolah."
Sudah lama aku tidak mendapatkan teguran untuk segera bangun untuk pergi ke sekolah. Hal ini membuatku sedikit ingat dengan bapakku dulu yang bernama Ngateno Harianto.
"Baik, saya akan segera bangun. Maaf jadi merepotkan Anda."
Dia tersenyum sesaat, lalu berkata. "Bukan masalah."
Nex
Angga menunggu ku di depan gerbang sekolah. Pakaiannya tidak Serapi biasanya. "Aku mimpi buruk." katanya ketika aku menghampiri dia.
"Aku juga." jawabku. "Aku seolah olah di datangi bayangan hitam kemarin. Dan kamu tau siapa bayangan hitam di dalam mimpiku itu?" dia mengangkat bahunya tanda dia tidak bisa menjawab pertanyaan ku. "Udin. dengan muka konyolnya."
"Wahahaha. Kirain siapa. Malah Udin. Kalau aku mimpi bayangan hitam itu sedang menenggelamkan ku ke kali Gimun. Saat aku terbangun ternyata Ayu tidur pulas di atas kepalaku!"
Dan selama perjalanan menuju kelas kami, kami saling tertawa karena mimpi buruk yang kami alami. Saat itu juga aku berpikir, mungkin, Udin yang sedang lulumpatan kemarin lusanya juga hanya sebuah mimpi buruk saja. Jadi, soal setan Udin itu aku lupakan sebisanya.
Nex
"Beneran!! Disana ada kuntilanak!!" Udin sedunia sedang heboh di kelas. Semua murid sedang mengerumuni dia. "Aku melihatnya sendiri!! Sumpah!! Dia menatapku dari balik jendela di lantai dua rumah tua itu! Melotot ke arah ku!! Dan... Dan ada juga sosok bayangan hitam laki laki!! Pokoknya, jangan pergi ke sana."
"Yang kita omongin tadi ternyata sekarang sedang melakukan pertunjukan." kataku ke Angga.
"Tapi, benarkah kemarin itu manusia? Bukan setan seperti yang kami katakan, Yon?" Jawab Angga.
"Aku yakin kok. Karena selama ini, menurut pengalamanku yang aku alami m setiap kali aku bertemu dengan setan, aku pasti merasakan...."
"Merinding dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan sosok kemarin tidak membuat mu merinding syahdu seperti biasanya? Gituu?"
"Yah, Begitulah." Kata ku sambil mengangkat bahu.
"Tapi Yon. Ketika aku memutar rekaman video yang aku rekam kemarin. Sosok itu sering sekali muncul di beberapa tempat. Mulai dari lantai dua dan satu. Paling sering di lantai dua sih. Kemunculannya jedanya cukup lama. Tapi, jalan satu-satunya untuk naik turun kan hanya tangga yang ada di ruang tengah itu. Sedangkan sosok itu tidak pernah terlihat sedang menuruni tangga."
"Serius?"
Dia mengangguk. "Dia. Sosok bayangan hitam itu, selalu hilang di balik bayang bayang. Lalu muncul lagi dari balik bayang bayang di tempat yang lain. Begitu terus. Seolah dia sangat terganggu dengan kehadiran kita."
"Nanti kita periksa lagi ke sana?" tanyaku.
"Ga ah. Gua takut. Elu sendirian aja."
"Aku boleh pinjam kamera handycam nya?"
"Elu masih mau masuk ke dalam rumah tua itu? Elu sableng juga ya orangnya. Ok. Nanti sepulang sekolah mampir kerumah. Bawa aja handycam nya. Pastikan mendapatkan video penampakan yang bagus, ya."