Shadows Of The Wanderer
Namaku Mathias, aku seorang remaja laki-laki yang berumur empat belas tahun, dan besok tepat saat aku ulang tahun ke lima belas tahun. Aku sudah dikurung sepuluh tahun dirumah ini dan entah apa tujuannya, aku diberi makan kakekku yang bernama Karlo. Kakek Karlo juga biasanya tidak terlalu lama didalam rumah ini, palingan sepuluh menit lebih, memberiku makan, bicara sebentar, lalu kembali keluar, pada ruangan terdepan saat kakek Karlo membuka pintu ke luar rumah, pintu penghubung antara ruang utama dan ruang depan otomatis tertutup, dan walau aku mencoba cara lain, tetap saja tubuhku selalu terseret sendiri ke ruang utama sebelum pintu keluar terbuka, menurut cerita dari Kakek Karlo, katanya aku dikurung selama 10 tahun, dan pertama kali aku dikurung saat ulang tahunku ke 5 tahun. Aku juga tidak tahu alasan aku dikurung, kakek Karlo juga tidak tahu alasannya, tapi sepertinya menurut teoriku, orang tuaku tidak bisa mengajariku atau tidak sempat, aku dikurung didalam rumah ini untuk belajar agar siap saat melihat dunia, karena dirumahku banyak buku, dan aku tidak memiliki kegiatan lain selain membacanya, jadi daripada aku bosan aku selalu membaca-bacanya dan sedikit melatih fisikku dari ajaran di beberapa buku.
..._____...
Saat aku bangun di keesokan harinya, langsung bersiap keluar rumah. Begitu aku membuka pintu, suasana baru terasa, angin berhembus lembut, aku bisa melihat ke bawah, ternyata ini rumah panggung, hutan mengelilingi rumah dengan banyak pohon hijau tumbuh subur. Aku berbaring di lantai teras, menikmati hembusan angin, setelah beberapa saat bersantai sebentar aku kembali bangkit. Kakek Karlo juga belum datang, mungkin datangnya saat jadwal memberi makanan seperti biasa. Dari kejauhan bagian depan rumah aku melihat seperti pemukiman, yah, mungkin tidak ada salahnya aku pergi duluan, aku merapikan jaket merahku, lalu turun tangga yang ada di teras. Aku masuk ke dalam hutan untuk menuju desa itu, pemandangannya indah, cahaya matahari pagi terlihat di antara pepohonan, burung berbunyi dari langit-langit biru. aku menyandarkan tanganku ke barang pohon, teksturnya seperti sisik, eh, sisik? Aku menatap batang pohon yang ku pegang, ternyata yang kupegang adalah ular yang merayap di pohon itu, aku yang kaget refleks menggenggamnya kuat-kuat lalu melemparkannya jauh ke pohon lain. Lemparanku benar-benar jauh, tapi aku tidak mempedulikan itu karena sedang panik aku langsung berlari lurus menuju ke pemukiman yang ku lihat tadi sambil berteriak ada ular. setelah cukup jauh, aku menenangkan diriku, huh... Hutan juga memiliki sisi berbahayanya, tapi setidaknya aku bisa menanganinya tadi, baiklah, aku melanjutkan perjalananku ke pemukiman.
..._____...
Ketika sampai di bagian tepi pemukiman itu, ada benteng batu yang menutupinya, tapi untungnya ada pintu masuk ke pemukiman itu, aku langsung melewati benteng itu, masuk ke dalam pemukiman ini, kalau dari yang ku baca di benteng tadi, nama tempat ini adalah desa Balbo. Aku mulai berkeliling, jalanan di desa ini terbuat dari batu, banyak rumah yang terbuat dari kayu dan batu dan di bagian teras ada lentera yang digantung di bagian kanan kiri pintu, lenteranya masih mati karena pagi hari, orang-orang ramai berlaluan dengan kesibukan masing-masing. Aku juga melihat beberapa tempat umum seperti pasar, perpustakaan, balai desa, dan pos penjaga, sungguh pemandangan yang indah. Perutku berbunyi, aku sudah merasa lapar, aku mendekati salah satu pedagang di pasar lalu memakan satu apelnya.
"mana uangnya?"
pedagang itu menatapku tajam, aku lupa bahwa di dunia ini ada sistem uang untuk pembayaran.
"maaf pak, aku tidak memiliki uang, tapi apakah aku bisa menolongmu sesuatu agar aku bisa membayarnya?" aku menawar.
"tidak, cepat berikan uangmu atau akan ku panggilkan penjaga pasar ini."
"sudah ku bilang tadi, aku tidak punya u-a-n-g."
"aku tidak peduli dengan itu, dalam hitungan ketiga jika kamu tidak menyerahkan uangmu akanku panggilkan penjaga, satu..."
apa-apaan ini? Aku sudah menawarkan bantuan untuk membayarnya.
"dua..."
Baiklah, kalau sudah begini tidak ada pilihan lain, aku berlari meninggalkan pasar.
"tiga! penjaga!"
Dua orang pria bertubuh besar mendekati pedagang itu lalu ia menjelaskan bahwa aku mencuri-setidaknya itulah suara yang ku dengar dari kejauhan, lalu kedua pria itu lari menyusulku, aku sudha terlibat kejar-kejaran. Orang-orang lain menjauh dari kami, setidaknya jadi tidak ada yang menghalangiku. Tapi kedua pria itu lari lebih cepat dariku, membuatku perlahan tersusul, aku menuju ke gerbang desa lalu keluar dari area desa ke hutan lebat, kedua pria itu menyusulku.
"berhentilah nak!" salah satu dari mereka berseru, tapi apa gunanya? Aku berhenti juga pasti akan disuruh membayar lagi, padahal aku sudah menawarkan bantuan untuk membayar tadi, tapi ditolak.
Salah satu dari mereka tepat dibelakangku bersiap memukulku, aku lebih dulu menghindarinya, pria itu memukul pohon membuat pohonnya bergetar dan ia terhenti sebentar. Berkali-kaki kedua pria itu mencoba memukulku, membuat pohon-pohon di hutan bergetar, tapi aku selalu berhasil menghindar. Aku terus berlari sampai akhirnya sampai di ujung tebing tinggi, kedua pria aku berada 3 meter dariku terus mendekat membuatku terpojok. Saat mereka berdua menjulurkan tanganku untuk menangkapku dan aku sudah bersiap menunduk menyelip melewati mereka berdua tiba-tiba tanah di depanku naik ke atas menghalangi tangkapan mereka.
"Hei! Apa-apaan ini!"
mereka berdua berteriak jengkel dari luar tanah yang membentengiku. Saat tanah yang membentengiku turun kembali seperti semula, mereka berdua terlihat terperangkap oleh tanah, dari kaki hingga siku tangan mereka ditutupi tanah tanpa bisa bergerak. Dari dalam hutan dibelakang mereka terdengar suara tongkat mendekat lantas terlihat seseorang keluar, itu kakek Karlo, dia tertawa kecil.
"kamu sudah membuat masalah Mathias? padahal ini hari pertamamu keluar, seharusnya tadi kamu menungguku duku sebelum kekuar dari rumahmu."
kakek Karlo berjalan mendekat, lewat di antara kedua pria tadi.
"siapa kau?" salah satu dari pria itu bertanya.
"aku kakeknya..." jawab kakek Karlo kepada mereka, ia balik kanan menghadap kedua pria itu.
"jadi... Apa yang cucuku lakukan sampai kalian berdua mengejarnya?"
"dia mencuri satu buah apel dari pedagang dipasar."
"apakah itu benar, Mathias?"
"iya kek, aku lupa tentang sistem pembayaran di dunia ini-"
"hahahaha, bagaimana mungkin kamu lupa dengan sistem pembayaran yang umum nak? Jangan mengarang." salah satu pria itu memotong.
"maaf, cucuku baru kekuar dari rumahnya setelah dikurung selama 10 tahun, orang tuanya adalah orang penting yang sangat sibuk, tapi aku lupa apa kesibukan mereka, ia sudah dikurung sejak umur 5 tahun sampai 15 tahun, hari ini dia baru keluar."
kedua pria itu akhirnya diam.
"tadi aku sudah menawarkan bantuan untuk membayar apel tadi, tapi pedagang tadi tidak mau." aku melanjutkan perkataanku tadi.
"huh... Wrimo memang pedagang paling menjengkelkan di pasar, terkadang ia curang, ditangkap, saat bebas, tidak kapok, malah mengulanginya, kami sebenarnya juga malas melayaninya, tapi kami sudah ditugaskan sebagai keamanan di pasar, jadi tidak boleh pilih-pilih."
lenggang sejenak, tanah yang memerangkap mereka mulai longgar lantas kembali seperti semula, sepertinya itu kekuatan kakek Karlo, mereka berdua berdiri, menunggu penyelesaian masalah.
"baiklah, aku akan membayar apelnya, kalau tidak salah harganya 5 Nit koin kan? Ini, kalian kembalilah ke desa Balbo, aku akan mengantar Mathias ke rumahku, apakah kalian masih ingat jalan pulangnya?"
"iya, seharusnya tempat ini tidak terlalu jauh dari desa Balbo, karena kami juga beberapa kali pernah kesini untuk jalan-jalan."
Mereka berdua kembali menuju dalam hitan, ke desa Balbo.
"eh, rumah kakek dimana kalau bukan di desa Balbo?"
"kakek sebenarnya memiliki rumah sendiri bukan disebuah desa, tidak besar, palingan seperti gubuk, ada di dekat desa ini juga, ayo, kakek antar."
...____...
Diperjalanan aku bertanya soal kekuatan kakek tadi, itu kekuatan telekinesis, bisa membuat penggunanya menggerakkan benda tanpa menyentuhnya. Kakek Karlo juga berencana mengajarku tentang kekuatan telekinesisnya, katanya kekuatan telekinesis dan kinetik itu berbeda, telekinesis lebih ke menggerakkan benda menggunakan pikiran sedangkan kinetik menggunakan medium seperti angin, energi, atau tekanan jadi kekuatan kakek Karlo termasuk telekinesis. Kakek Karlo juga bertanya setelah ini apa tujuanku, katanya aku bebas memilih impianku, kakek tidak akan menahannya, dan sepertinya aku akan memilih menjadi petualang, karena aku tertarik mengembara keseluruh penjuru dunia dan juga aku ingin melihat sisi dunia terindah, jadi aku menyebutkannya kepada kakek Karlo. Kakek Karlo setuju saja, ia tidak apa ditinggalkan olehku karena dia sudah bisa bertahan hidup sendiri, kakek Karlo bertanya rumahku yang sekarang akan diapakan, aku menjawab kalau aku sudha mulai berpetualang rumah itu untuk kakek saja, untuk kakek bersantai sembari membaca buku, kakek Karlo mengangguk.
...____...
Saat aku sampai, rumah kakek Karlo benar benar "hanya" sebuah rumah kayu kecil, tapi... Dikelilingi berhektar-hektar kebun yang indah dengan berbagai jenis tanaman dan aliran air, aku bahkan tercengang melihatnya. Kali menghabiskan waktu lima menit melewati perkebunan itu baru sampai ke rumah kakek Karlo, kami berdua masuk, didalamnya seperti rumah kayu biasa, ada beberapa ruangan, ruangan utama, dua kamar, dan ruang makan. Saat sore hari seharian sudah kuhabiskan untuk berkeliling kebun, saat sudah hampir malam, kakek Karlo menyuruhku masuk, aku menurutinya. Aku menolong kakek Karlo menyiapkan makan malam lantas kami makan.
"kakek akan melatihmu selama 7 hari dulu, setelah itu jika kamu sudah siap, kamu sudah boleh berpetualang, tapi hati-hati, hutan didunia ini dipenuhi berbagai hewan, ada yang indah tapi mematikan, ada juga yang biasa, tapi jika kamu juga sudah membuat kekacauan, kamu bisa menjadi buronan karena di dunia ini ada pemburu pengembara."
"kenapa ada pemburu pengembara? Bukankah pengembara biasanya hanya berpetualang."
"iya, tapi ada beberapa pengembara yang mencuri berbagai artefak berharga suatu tempat untuk koleksi, ada juga yang mencuri makanan untuk bertahan hidup karena mereka tidak oandai mencari makanan sendiri, para rakyat yang mulai jengkel akhirnya membentuk organisasi pemburu pengembara."
"oh..."
Sisanya kami habiskan dengan memakan menu makanan masing-masing.
Keesokan harinya, mulailah hari pertama aku berlatih, kakek Karlo melatih fisikku dengan berbagai rintangan di hutan, dan juga mencoba kekuatan telekinesis. Saat hari ketiga aku baru bisa menggunakan telekinesis walau dalam skala kecil, fisikku juga masih agak lemah, belum beradaptasi dengan alam. Saat hari ketujuh, telekinesisku sudah cukup baik, sudah bisa mengangkat benda berukuran sedikit besar, fisikku masih belun terlalu baik tapi sudah cukup untuk berhadapan dengan alam,
oh ya aku juga menemukan seekor slime dihutan dengan tingi sekitar 50 centimeter, dia berwarna biru, dan juga dia sudah memperhatikanku berlatih dari hari pertama, mulanya hanya menonton, tapi perlahan ia ikut, akhirnya aku akan menjadikannya peliharaanku, karena dia memiliki kemampuan yang cukup bagus, yaitu mengubah bentuk karena tubuhnya lentur. Sekarang aku hanya perlu bersiap untuk keesokan hari, aku sudah menentukan kemana aku pergi, yaitu desa Redstone Bluff, ke arah utara dan sedikit miring ke timur dari rumah kakek Karlo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Michael Jayden apriliano
coba add Gambar untuk Teks yang tertarik
2024-11-27
1