Pesona Mama Mertua Muda

"Guys, gue mau cerita sesuatu penting. Tapi please jangan marah ya?" Friska, Amara dan Dion kompak saling menatap satu sama lain ketiga mendengar ucapan Isvara.

"Janji jangan marah ya?" Dengan setengah hati, mereka bertiga berjanji untuk tidak marah pada Isvara. Setelah mendengar apa yang gadis itu ceritakan.

"Gue udah nikah, kemarin," kata Isvara memberitahu sahabatnya, sontak saja langsung membuat Friska dan Amara melotot tak percaya.

"Lo bercanda 'kan, Va?"

"Iya, gue juga yakin banget Isvara cuma bercanda. Mana mungkin Isvara nikah tanpa bilang-bilang saja kita," ujar Friska. Isvara tersenyum melihat wajah kaget serta tidak percaya Friska dan Amara, baginya mereka berdua sangatlah lucu.

"Maaf, guys. Gue serius, gue udah nikah?" ujar Isvara sambil menunjukkan cincin nikah yang melingkar di jarinya.

Amara langsung memegang tangan Isvara, memastikan bahwa cincin yang ada di tangan Isvara adalah cincin biasa bukan cincin nikah.

"Lo mau prank kita 'kan, Va?"

"Nggak ada yang mau prank, Fris? Gue serius, itu beneran cincin nikah. Gue kemarin bener-bener nikah, karena super dadakan jadi gue nggak bisa undang ataupun bilang sama kalian."

"Ada bukti lain nggak?" tanya Amara.

"Yon, tolong kasih liat videonya," pinta Isvara. Gadis itu tidak menyimpan videonya, jadi terpaksa meminta pada Dion. Karena Isvara tahu, Dion kemarin memvideokannya. Friska dan Amara langsung menatap Dion dan Isvara secara bergantian.

Dion menuruti permintaan Isvara, langsung memperlihatkan video akad nikah Isvara dan Javas.

"Pantes aja lo diam aja waktu kasih tau sama Isvara, kalo dia udah nikah. Harusnya 'kan elo juga ikutan heboh kayak kita berdua," ucap Amara.

"Lo kok gitu, Va? Dion aja lo kasih tau, bisa liat langsung pernikahan lo, kenapa lo nggak bisa kasih tau gue sama Amara? Apa ada lagi yang lo sembunyikan dari kita berdua." Friska terlihat sangat kecewa pada Dion dan Isvara, terlebih sama Isvara.

"Kalian udah janji lo kalo nggak akan marah, ini juga baru mau cerita. Jangan marah ya, gue sama sekali nggak niat sembunyikan apapun dari kalian berdua. Selain Dion, kalian berdua 'kan sama-sama sahabat terbaik gue." Sebenarnya wajar saja Amara dan Friska marah, tetapi sekarang Isvara sedang butuh dukungan dari sahabatnya. Jadi bukan waktu yang telat untuk mereka berdua marah padanya.

"Yaudah, cepet cerita," titah Friska yang disetujui oleh Amara.

Isvara mulai menceritakan tentang sebuah pesan yang dikirim oleh Tiana di malam sebelum pernikahan Chio dan Ineisha, saat itu Isvara awalnya sendirian. Namun, di jalan ia merasa takut dan tidak yakin. Hingga gadis itu menghubungi Dion, ya yang terpikir oleh Isvara hanyalah Dion. Karena memang sudah malam juga, tidak mungkin meminta temani Friska atau Amara.

Dion pun benar-benar datang ke taman, ia mengawasi Isvara dari jauh. Jadi dirinya juga mendengar semua yang dikatakan oleh Tiana, pria itu juga tidak kalah terkejut dari Isvara. Dion jadi tambah benci pada Ineisha, dan Chio juga karena dengan mudah terjebak dengan perempuan seperti Ineisha.

Sampai Tiana pergi, Dion menghampiri Isvara yang sendirian di taman padahal hari sudah sangat malam. Dion menawarkan untuk mengantar Isvara pulang, tetapi Isvara menolak hingga tidak ada pilihan lain selain membawa Isvara ke apartemennya.

Mereka berdua menginap di apartemen Dion, tetapi tidak melakukan apapun. Mereka tidur saja tidak, karena Isvara memikirkan keputusan apa yang ia harus ambil besok.

Sampai paginya, Dion juga yang mengantarkan Isvara ke hotel Bimantara untuk bertemu dengan Tiana. Setelah semalaman berpikir, Isvara mengambil langkah tegas untuk setuju dengan rencana Tiana yang ingin menghancurkan pernikahan Chio dan Ineisha apapun yang terjadi.

Dion selalu mendampingi sahabatnya, ia awalnya tidak setuju jika Isvara harus sampai menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Apalagi pria itu jauh lebih tua dari Isvara, tetapi sahabatnya itu sudah membuat keputusan. Dion bisa apa selain mendukungnya, ia juga berjanji jika Isvara perlu bantuan untuk memuluskan rencananya. Dengan senang hati Dion akan membantu.

Tidak lupa Isvara juga menceritakan semua yang terjadi di kediaman Bimantara, dari terkejutnya Chio dan Ineisha saat tahu dirinya menikah dengan Papa Chio. Sampai keributan yang dibuat oleh Papanya.

"Isvara, ya ampun lo bener-bener bikin gue gemes sampe pengen gue remas-remas tau nggak? Bisa-bisanya lo nikah secara dadakan, sama orang yang nggak sama sekali lo kenal sebelumnya. Umurnya jauh lebih tua, paling parah lo malah di jadiin istri kedua. Demi apapun gue nggak habis pikir sama lo, Va," ujar Amara panjang lebar.

Isvara tidak marah dengan ucapan Amara, ia malah ingin tertawa ngakak. "Semua udah terlanjur, nggak papa-lah gue jalani aja dulu. Toh, pernikahan ini cuma pura-pura. Nggak akan selamanya, jadi gue nggak perlu jadi istri kedua terus. Lagi pula yang gue lihat, hubungan Mama sama Papanya Chio kayaknya nggak bagus sejak dulu, apalagi katanya selama ini Om Javas tinggalnya di luar negri. Sedangkan istrinya kan di rumah aja nggak kemana-mana. Gue jadi nggak terlalu ngerasa bersalah jadi istri kedua Om Javas."

"Isvara, jujur gue sangat amat nggak setuju dengan langkah yang lo ambil. Dengan lo mencoba menghancurkan pernikahan Ineisha dan Chio, lo nggak lebih baik dari Ineisha. Dendam itu nggak baik, Va. Gue tau banget apa yang lo rasain selama ini, gue juga paham. Tapi bagaimana lagi semua udah terjadi, gue cuma takut karena rencana ini lo harus berkorban lebih banyak lagi. Pokoknya lo harus bisa jaga diri sebaik mungkin, kita semua nggak ada yang tahu sifat Chio dan keluarganya sebenarnya itu gimana. Jadi lo harus hati-hati," nasehat Friska panjang lebar

Isvara langsung memeluk erat Friska. "Makasih ya, Fris. Gue tau banget lo nggak akan setuju sama apa yang gue lakuin, tapi lo nggak menghakimi gue atau nyalahin gue. Gue janji akan selalu hati-hati dan jaga diri. Sekali lagi makasih udah jadi sahabat yang baik buat gue selama ini."

"Va, kalo lo butuh bantuan atau butuh tempat cerita. Lo bisa cari kita, lo harus inget itu," kata Friska.

"Friska bener, pokoknya kita akan berusaha ada di pihak lo apapun yang terjadi," tambah Amara.

Isvara melirik Dion yang sejak tadi diam saja. "Lo diam aja, Yon. Nggak mau ngomong sesuatu gitu sama gue?"

"Gue 'kan kemarin malam udah ngomong banyak hal sama lo, Va. Lo nggak lupa'kan sama penyadap suara, pelacak yang harus lo pake tiap hari. Jadi kalo suatu saat ada kejadian yang nggak diinginkan, lo bisa pencet alat pelacak itu. Gue bisa langsung tahu di mana keberadaan lo, Va."