Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Aya pun langsung menaiki motornya dengan perasaan yang dongkol, karena merasa kesal dengan kelakuan dari pengasuh anak didiknya tadi, yang di nilainya sangat teledor dan tidak ada pedulinya sama sekali dengan anak yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Karena merasa pusing dengan kejadian barusan, pada akhirnya perempuan itu memilih untuk memarkir motornya di depan warung kopi milik sahabat kecilnya.
"Mpok Naya, kopi susu satu, gak pakek lama," ucap Aya yang cukup membuat sahabatnya itu kesal.
"Sekali lagi kau panggil aku dengan sebutan Mpok, gunting ini melayang di wajahmu," gerutu Kanaya.
"Ih, seram sekali, jangan galak-galak Mpok sama pembeli, entar pada kabur," ucapnya kembali.
"Sudah diam, ini kopi susunya tidak terlalu banyak gula," sahut Kanaya sambil menyodorkan gelas yang sudah berisi kopi permintaan sahabatnya itu.
"Hemmmb, kopi ini benar-benar bisa merendahkan kepala," ucap Aya, ketika sudah menyeruput sedikit kopi panas itu.
"Memangnya kenapa kepalamu?" tanya Naya.
"Gak ada apa-apa, cuma pusing biasa saja," sahut Aya, yang memang tidak pernah membawa masalah di sekolah ke siapapun.
"Eh, kemarin Yusuf mampir ke sini, dia masih menanyakan perihal dirimu," ucap Naya tiba-tiba.
"Aku sudah bilang sama dia, kalau keputusanku sudah bulat." Aya pun sejenak menghembuskan nafasnya.
"Memangnya kau benar-benar tidak mau memberinya kesempatan?" tanya Naya sekali lagi.
"Aku tidak ingin memaksa perasaanku, dengan orang yang benar-benar tidak aku cintai, Naya plis! Jangan paksa aku untuk menerima Yusuf, karena luka di hati ini baru saja mengering, aku masih ingin menikmati masa mudaku tanpa harus memikirkan seseorang di hidupku," terang Aya.
"Tapi Ay, usiamu sudah 26 dan itu sudah baik untuk seorang perempuan memulai berumah tangga," sahut Naya.
"Menikah tidak segampang yang kita ucapkan, apalagi dengan orang yang salah, aku masih santai dengan hidupku yang sekarang dan biarkan aku menjalaninya dengan kedamaian," tukas Aya.
"Baiklah kalau itu mau mu, semoga saja suatu saat nanti kau benar-benar menemukan orang yang tepat," sahut Naya.
Obrolan mereka terhenti karena memang Naya harus melayani pembeli yang datang silih berganti, hingga pada akhirnya Aya memutuskan untuk pulang karena memang kopi yang ia seruput sudah mulai habis.
"Nay, aku pamit dulu ya, ini uangnya, kembaliannya untuk Ara saja ya," pamit Aya sambil memberikan sisa kembaliannya pada Ara putri Naya.
******
Di dalam gedung pencakar langit, saat ini seorang pria sedang di sibukkan dengan tumpukan dokumen di hadapannya, tangannya begitu gercep menandatangi berkas yang sudah di bacanya itu, sejenak pria itu mulai memberhentikan aktivitasnya di karenakan ada pesan masuk melalui WhatsApp.
"Dari sekolah Gista," gumamnya lalu mulai membuka dan membacanya.
"Selamat siang Bapak atau Ibu di rumah. Saya sebagai wali kelas ananda Gista, ingin memberi tahu kalau ananda Gista tidak pernah membawa alat tulis yang berupa buku, atas kesadarannya, saya mohon kerja samanya untuk lebih memperhatikan lagi ananda Gista, karena sering ketinggalan pelajaran akibat kelalaian orang tua." begitulah isi pesan tersebut.
Andreas Wiratama begitu murka ketika mendapati pesan dari wali kelas anaknya yang dia nilai begitu lancang berbicara seperti itu terhadap dirinya, padahal di sekolah sudah ada pengasuh yang sudah standby.
"Kurang ngajar! Hal seperti ini kenapa harus di bicarakan denganku, apa guru itu buta kalau setiap hari sudah ada pengasuh yang menjaga Gista," pikir Andre.
******
Malam pun mulai menyapa, setelah kepergian istrinya dua tahun yang lalu Andre sering menghabiskan waktu di club malam bersama dengan teman-temannya, meskipun awalnya Andre tidak bisa menerima kehadiran Maria tapi lama-lama pria itu mampu menerima meskipun di hatinya ada seorang gadis yang masih bertahta di dalamnya.
Namun di saat kehidupan Andre mulai membaik dan mulai menerima istrinya, Allah mengujinya kembali dengan mengambil sang istri di saat buah hatinya mulai menginjak usia tiga tahun, di mana usia tersebut sangat dibutuhkan oleh seorang anak, hati Andre seakan tidak terima dengan kenyataan yang ada sehingga membuatnya menyentuh barang haram kembali.
"Kau tega Maria, di saat aku sudah mulai membuka hati, kau pergi meninggalkanku begitu saja," rancau Andre dalam keadaan tidak sadar.
"Sudah Ndre, jangan kau ingat seseorang yang tidak mungkin bisa kembali lagi ke dunia ini, dari pada kau larut dalam kesedihan lebih baik kau bersenang-senang dengan gadis cantik yang ada di sini," tawar seorang teman yang membuat Andra langsung menolaknya.
"Kau goblok, meskipun aku mampu untuk membeli wanita di tempatmu ini tapi aku tidak sudi meniduri sembarang wanita, apalagi bekas orang banyak," jawab Andre meskipun dalam keadaan teler.
*****
Pagi sudah mulai menyambut, semangat ibu guru cantik itu tidak pernah pudar, dalam menjalani hari-harinya, meskipun hidupnya terlihat sangat membosankan, tapi perempuan itu, berusaha untuk mensyukuri dan menikmati kehidupan yang sekarang dia jalani.
Ketika Aya, sedang mengendarai motornya tiba-tiba saja di perjalanan dia bertemu dengan Yusuf pemuda yang begitu gencar menginginkan dirinya untuk di jadikan istri, tapi sayang cinta Yusuf hanya bertepuk sebelah tangan karena cinta Ayana sudah habis dengan pria pertamanya dahulu.
"Pim ... Pim ...." Suara klakson motor Yusuf membuat Aya melirik sekilas.
"Aya, tolong berhenti sebentar," pinta Yusuf.
"Iya Suf ada apa?" tanya Aya ketika sudah meminggirkan motornya.
"Entar malam ada acara gak," ucap Yusuf.
"Maaf ya, Kayaknya aku lagi sibuk," tolak Aya yang memang sengaja menghindar dari Yusuf.
"Oh baiklah, tapi kalau kau lenggang, boleh ya, aku ajak kamu nonton," pinta Yusuf kembali.
"Nanti deh akan aku usahakan," ujar Aya, lalu memilih berpamitan dan mulai menghidupi mesin motornya.
Motor pun sudah melaju dan sampai di parkiran sekolahan, dengan sigap Ayana langsung masuk ke ruangan para guru, Ayana masih duduk di kursi kebesarannya, untuk mengecek kembali materi yang akan dia sampaikan nanti, ketika Aya sedang duduk, tiba-tiba saja di luar para guru sedang heboh, karena kedatangan seorang pria berparas rupawan yang cool itu.
"Tap ... Tap ... Tap ...." deru sepatu pria bertubuh jangkung itu.
"Wah ayahnya siapa ya, kira-kira," pikir Sani, teman Seprofesi Ayana.
Pria itu tetap melangkah dengan pandangan lurus kedepan, deru suara kakinya seakan memancing semua mata kaum hawa untuk melihat kerahnya, langkah kaki itu terus berjalan dan memasuki ruang kepala sekolah untuk menanyakan sesuatu.
"Selamat pagi Bapak Andre," sapa Hanna begitu ramah.
"Selamat pagi juga, kedatangan saya kemari hanya ingin bertemu dengan wali kelas anak saya," ucap Andre terlihat begitu marah.
"Memangnya ada apa dengan wali kelas Gista?" tanya Hanna yang merasa heran karena memang selama menjadi guru Ayana terlihat menonjolkan prestasinya dalam mendidik anak-anak.
"Aku ingin bertemu dengannya," desak Andre dengan nada yang mengintimidasi.
"Baiklah kalau begitu akan saya antar," papar Hanna.
Saat ini Hanna mengantar donatur terbesar itu ke ruangan salah satu anak buahnya. "Ini Pak ruangannya silahkan masuk," ucap Hanna.
Andre pun langsung masuk ke meja Ayana sedangkan wanita itu masih tertunduk membaca materi yang akan dia sampaikan nanti.
"Oh ini wali kelas yang katanya sangat berprestasi dalam mengasuh anak-anaknya, tapi tidak mempunyai sopan santun," tandas pria itu yang membuat Ayana langsung mendongakkan kepalanya.
"Maksud Bapak sia-pa ......" Ayana sudah tidak bisa lagi meneruskan kata-katanya.
Degh!!!
Catatan penulis:
Gimana ya kira-kira reaksi Andre ketika tahu wali kelas anaknya, he he🥰🥰😄😄 selamat pagi menjelang siang Kakak kakak. Semoga suka dengan kelanjutan babnya
siapa ya yg coba memeras Bu Retno