Adira Kirania sangat bahagia menggantikan Lestari Putri untuk menjadi pengantin untuk Arya Seno Nugroho. Tari menghilang sehari sebelum pernikahan mereka di gelar. Tidak ingin menanggung malu, kedua orang tua Arya meminta Dira putri sahabatnya menggantikan tari. Dira yang sudah lama menaruh hati kepada Arya langsung menyetujui permintaan orang tua Arya.
Sedangkan Arya terpaksa menerima pernikahan tersebut karena tidak ingin keluarganya menanggung malu akibat batalnya pernikahannya.
Pernikahan mereka berjalan lancar, walau Arya awalnya selalu dingin dan kasar kepada Dira. Tetapi berjalannya waktu Arya belajar menerima Dira sebagai istrinya, hingga badai itu datang. Tari kembali hadir dan berusaha merebut Arya kembali.
Hingga suatu hari Arya menyadari kalau hatinya sudah di penuhi oleh Dira, tetapi seolah tuhan ingin menghukumnya. Arya merasakan penyesalan saat mengetahui kebenaran tentang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rubi Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin serius
Dani menghela napasnya, ia memandang istri dari sepupunya itu. Rasa iba menghampiri saat mengetahui hasil pemeriksaan ditambah raut wajah sendu Dira membuat Dani merasa kasihan.
Dira semakin gugup saat Dani menatapnya, dengan memberanikan diri Dira bertanya hasil pemeriksaannya.
"Bagaimana hasilnya kak?" Tanya Dira.
"Jantung kamu semakin serius, apa kamu tidak mengindahkan larangan dari Dokter sebelumnya, kakak yakin beliau pasti sudah memberi tahu apa yang tidak boleh kamu lakukan. Apakah akhir-akhir ini kamu sering beraktivitas berlebihan seperti biasanya. Kamu harus ingat Dir, jantung kamu lemah. Kamu tidak boleh terlalu lelah dan banyak pikiran. Kamu juga tidak boleh makan-makanan tidak sehat, kamu harus rutin meminum obatmu.Apa kamu melakukan semua itu dengan baik?" Tanya Dani.
Dira hanya diam tertunduk, ia sadar jika sejak menikah dengan Arya. Dirinya seperti burung yang lepas dari sangkarnya, Dira yang selama ini selalu di batasi oleh kedua orang tuanya merasa bebas dan hilang kendali. Dira melakukan apa yang ia mau, ditambah akhir-akhir ini sikap Arya yang berubah, laki-laki yang dulu dingin dan kasar padanya kini berubah menjadi lelaki lembut yang penyayang yang akan selalu menuruti permintaan Dira.
Bukan salah lelaki itu, jika memperbolehkan Dira memakan makanan tidak sehat. Arya hanya kasihan kepada istrinya, mendengar cerita Dira selama hidupnya tidak pernah makan makanan cepat saji padahal Dira sangat ingin memakannya. Arya mengira mertuanya terlalu berlebihan dalam menjaga putri satu-satunya.
Jadi Arya hanya ingin membuat istrinya bahagia dengan sesekali membawa Dira menikmati apa yang belum pernah ia rasakan selama ini.
Setelah selesai pemeriksaan Dira memohon agar Dani tidak memberitahu Arya tentang penyakitnya, membuat Dokter muda itu heran dengan pemikiran Dira.
"Kenapa harus di sembunyikan, lebih baik Arya tahu biar dia juga ikut menjaga kesehatan kamu." Ucap Dani.
"Aku belum siap kak, untuk sekarang biarkan kak Arya tidak mengetahuinya. Aku tidak ingin semua orang mengasihani aku. Dira janji kak, suatu hari nanti Dira akan memberitahu Kak Arya tapi jangan sekarang aku belum siap." Pinta Dira.
Dengan sangat terpaksa Dani menyetujui permintaan Dira, bagaimanapun itu adalah hak dan privasi pasiennya.
Dira kini sedang berada di dalam taksi menuju perusahan suaminya, wanita itu hanya termenung mengingat pesan dari Dani, agar menjaga kesehatannya karena penyakit jantungnya semakin parah.
"Kenapa tuhan, disaat bahagia itu mulai menjemput, kau menghancurkan harapan indahku untuk hidup bersama laki-laki yang aku cintai. Apa aku tidak pantas untuk merasakan bahagia di cintai oleh laki-laki yang ku cintai. Jika memang engkau ingin mengambil nyawaku, tolong beri aku sedikit waktu untuk merasakan indahnya di cintai tuhan." Wanita itu berdoa dalam hati hingga tak tersadar pipinya sudah basah oleh air mata.
"Maaf mbak, kita sudah sampai." Ucap Sopir menyadarkan Dira.
"Maaf pak tadi saya melamun, ini uangnya. Terima kasih pak." Ucap Dira kemudian turun dari taksi.
Dira menghapus sisa air matanya, kemudian mulai memasuki perusahan suaminya. Di depan meja resepsionis Dira bertanya di mana ruangan Arya dan untung resepsionis itu mengenal Dira sehingga memberitahu ruangan bosnya.
Tok....tok.....tok....
"Siapa?" Tanya Arya dari dalam ruangannya.
"Maaf pak, ibu Dira datang ingin menemui bapak." Ucap seorang wanita yang merupakan sekretaris Arya.
"Masuk" Ucap Arya