NovelToon NovelToon
Istri Ku Penghianat

Istri Ku Penghianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

memutuskan

Mentari menatap Wijaya dan Alvaro yang sedang bermain di halaman belakang rumah mereka. Wijaya menggendong Alvaro yang tertawa riang, dan suara mereka menggema, membawa secercah kehangatan di hati Mentari. Namun, di balik senyumnya, ada kesedihan yang sulit ia hilangkan.

Dia tahu, Wijaya adalah pria yang baik, sosok yang telah memberikan dunia untuknya. Dia mencintainya dengan caranya sendiri, tetapi perasaan itu tidak pernah seutuh cinta yang dulu dia miliki untuk Arga.

Setelah pertemuan dengan Arga beberapa hari lalu, Mentari mengambil keputusan. Dia memutuskan untuk bertahan, untuk tetap berada di sisi Wijaya, demi keluarga kecilnya. Alvaro adalah pusat hidupnya sekarang. Dia tahu anak itu pantas memiliki keluarga yang utuh, dengan ayah dan ibu yang ada di sisinya.

Namun, di lubuk hati yang paling dalam, nama Arga tetap bertahan. Sebuah ruang kecil yang tidak bisa ia isi dengan apa pun selain kenangan akan cinta pertamanya. Dia tahu ini salah, tetapi dia tidak bisa memaksa hatinya melupakan pria itu sepenuhnya.

Malam itu, saat Wijaya memeluknya di tempat tidur, Mentari memejamkan mata, membisikkan doa dalam hati.

"Terima kasih, Mas, karena mencintaiku dengan tulus. Aku akan belajar mencintaimu sepenuhnya, demi kamu dan Alvaro. Aku janji."

Air matanya jatuh pelan, tak terlihat oleh Wijaya. Dalam keheningan malam, Mentari mengukuhkan hatinya untuk menjalani hidup yang telah ia pilih, meski ia tahu akan selalu ada bagian dirinya yang kosong ruang kecil yang tak pernah bisa diisi oleh siapa pun, kecuali bayangan Arga.

Dan begitu pagi tiba, Mentari berusaha melangkah lagi, mengenakan senyum terbaiknya untuk keluarga yang telah ia janjikan untuk dijaga. Hidup tidak selalu tentang apa yang kita inginkan, tetapi tentang apa yang perlu kita perjuangkan.

Arga duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh dinding kaca yang memamerkan pemandangan kota. Lampu-lampu jalan yang gemerlap tidak mampu mengusir kegelapan yang bersarang di hatinya.

Di luar, dunia melihat Arga sebagai pria sukses—seorang pengusaha muda yang telah membangun kerajaan bisnisnya dari nol. Harta melimpah, kekuasaan di genggaman, dan kehidupan yang terlihat sempurna. Tetapi hanya Arga yang tahu, di balik semua itu ada kehampaan yang tak bisa ia isi.

Dia meneguk segelas anggur merah yang tidak lagi terasa nikmat. Pikirannya melayang pada pertemuan singkatnya dengan Mentari beberapa waktu lalu. Wanita itu tampak begitu berbeda—dewasa, anggun, tapi masih memiliki senyum yang dulu ia cintai.

Namun, senyum itu bukan lagi miliknya. Mentari sudah menjadi milik pria lain, membangun keluarga yang seharusnya mereka miliki bersama.

"Kalau saja aku kembali lebih cepat," gumam Arga sambil mengepalkan tangan. Penyesalan itu menghantui setiap detik dalam hidupnya. Dia pikir, dengan bekerja keras, mengumpulkan kekayaan, dan membangun masa depannya, dia bisa membahagiakan Mentari. Tapi kini dia sadar, semua itu tidak ada artinya jika Mentari tidak di sisinya.

Hidup Arga kosong. Dia punya segalanya, tapi tidak memiliki siapa pun untuk diajak berbagi. Rumah besar yang ia miliki terasa seperti penjara, penuh keheningan yang menyakitkan.

Beberapa wanita mencoba mendekatinya, tapi dia tidak pernah benar-benar membuka hati. Hatinya masih milik Mentari, wanita yang tidak bisa ia miliki lagi.

Malam itu, Arga duduk di balkon apartemennya, memandang bintang-bintang di langit. Dulu, dia dan Mentari sering berbicara tentang mimpi-mimpi mereka di bawah langit malam yang sama. Kini, hanya kenangan itu yang menemaninya.

"Aku sudah kehilangan semuanya," bisik Arga dengan getir.

Namun, di balik kesedihannya, Arga tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dia memutuskan untuk tetap menjalani harinya, meski tanpa Mentari di sisinya. Dia ingin percaya bahwa suatu saat, luka ini akan sembuh, dan dia bisa menemukan kedamaian meski tanpa cinta yang pernah menjadi pusat hidupnya.

Namun, malam-malam seperti ini selalu menjadi pengingat bahwa meski dia memiliki segalanya, tanpa Mentari, hidupnya tetap terasa hampa.

Sore itu, langkah Arga terasa berat saat ia melangkah keluar dari mobil. Pikiran tentang Mentari masih membebani hatinya, seperti duri yang tak kunjung terlepas. Namun, hari itu, ia memutuskan untuk mampir ke kafe yang pernah menjadi tempat kenangan mereka.

Begitu memasuki pintu kafe, suara ramai para pengunjung menyambutnya. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang tiba-tiba menabraknya dari arah berlawanan.

"Aduh! Maaf, Pak, saya nggak sengaja!" Suara seorang perempuan terdengar panik.

Arga mendesah pelan, menatap ke bawah untuk melihat siapa yang begitu ceroboh. Pandangannya bertemu dengan wajah yang dikenalnya—perempuan itu. Kayla.

Arga mengerutkan dahi, lalu melangkah mundur sedikit. "Kamu lagi?" tanyanya dengan nada rendah.

Kayla, yang sedang memungut map yang terjatuh, mendongak dengan wajah memerah. "Pak Arga?" Suaranya terdengar kaget sekaligus malu.

Arga memandangnya lekat-lekat, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. "Suka sekali kamu menabrakku, ya?" katanya dengan nada setengah bercanda.

Kayla tergagap, jelas tidak siap dengan ucapan itu. "Eh, bukan begitu, Pak. Saya benar-benar nggak sengaja. Kebetulan buruk saja," jawabnya dengan gugup, sambil merapikan dokumen di tangannya.

Arga mengangguk pelan, tapi matanya masih mengamati Kayla. "Kebetulan yang menarik," gumamnya, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Kayla merasa canggung, apalagi dengan tatapan Arga yang terasa tajam namun penuh misteri. "Eh, saya permisi dulu, Pak. Ada yang harus saya urus," katanya sambil buru-buru berbalik menuju meja kasir.

Namun, sebelum Kayla benar-benar pergi, Arga memanggilnya. "Kayla."

Kayla berhenti, menoleh perlahan. "Iya, Pak?"

"Kamu kerja di sini?"

Kayla mengangguk pelan. "Iya, Pak. Saya supervisor di sini. Kafe ini masih milik Bu Mentari, jadi saya hanya membantu mengelolanya."

Mendengar nama itu, ekspresi Arga sedikit berubah. Ia mengangguk singkat, menyembunyikan gejolak perasaan yang kembali muncul. "Baiklah. Jangan tabrak aku lagi, ya," ujarnya dengan nada yang lebih ringan.

Kayla hanya bisa tersenyum malu, lalu melanjutkan langkahnya ke meja kasir.

Arga tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah Kayla pergi. Di tengah kehampaan yang ia rasakan selama ini, entah kenapa, pertemuan singkat dengan perempuan itu memberi sedikit warna.

Ia menghela napas panjang, lalu memilih tempat duduk di sudut kafe, mencoba mengabaikan perasaan yang mulai bercampur aduk. Sore itu, tanpa ia sadari, hidupnya mulai membuka ruang untuk sesuatu yang baru.

Saat itu Mentari sedang berkunjung ke kafenya. Ia baru saja berbincang dengan beberapa karyawan, memastikan semuanya berjalan lancar, ketika matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya Arga.

Ia melihat pria itu duduk di sudut kafe dengan santai, tatapannya mengarah keluar jendela. Ada sesuatu yang membuat Mentari merasa gemetar, perasaan yang selalu ia pendam rapat-rapat. Setelah menarik napas panjang, ia memutuskan untuk menghampirinya.

"Arga," sapanya pelan sambil menarik kursi di depan pria itu.

Arga mengangkat wajahnya, senyumnya muncul tipis. "Mentari. Lama tak bertemu."

"Kamu suka mampir ke sini?" tanya Mentari hati-hati, mencoba menyembunyikan debar jantungnya.

Arga mengangguk pelan, memandangnya dengan sorot mata yang sulit ditebak. "Iya. Aku sengaja."

Mentari mengernyit. "Sengaja? Untuk apa?"

Arga menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Mentari dengan senyum simpul yang mengesalkan. "Karena ingin bertemu dengan pegawaimu. Kayla, ya? Dia yang pernah menumpahkan teh ke jasku. Sepertinya aku mulai menyukai keberaniannya."

Kalimat itu membuat Mentari tertegun. Ia mencoba menahan ekspresinya, tetapi tidak bisa menutupi perasaan panas yang tiba-tiba membakar dadanya. Cemburu.

"Kayla?" ulangnya dengan nada datar, meski hatinya bergejolak.

Arga mengangguk lagi, senyumnya masih terukir di wajahnya. "Ya. Dia menarik. Mungkin aku harus sering-sering ke sini untuk mengenalnya lebih jauh."

Mentari menelan ludah. Ada perasaan sakit yang tak bisa ia jelaskan. Ia tahu seharusnya ia tidak merasa begini—ia sudah menikah, memiliki putra yang ia cintai. Tapi Arga... Pria ini masih memiliki ruang di hatinya, meskipun ruang itu seharusnya tidak ada.

"Kamu sengaja memanasiku, ya?" tanyanya akhirnya, mencoba terlihat tenang meski suaranya sedikit bergetar.

Arga mengangkat bahu, tatapannya tak lepas dari wajah Mentari. "Memanasimu? Kenapa aku harus melakukan itu? Bukankah hidupmu sudah lengkap sekarang?"

Mentari terdiam, tak bisa menjawab. Ia tahu Arga sengaja mengatakan hal itu untuk menguji perasaannya, dan sayangnya, Arga berhasil.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum Arga bangkit dari kursinya. Ia menatap Mentari untuk terakhir kalinya sebelum berkata, "Aku senang bisa melihatmu lagi, Mentari. Tapi aku harus pergi. Sampaikan salamku pada Kayla, ya."

Mentari hanya bisa mengangguk pelan, melihat punggung Arga yang menjauh. Perasaannya kacau. Di satu sisi, ia merasa bersalah atas apa yang dirasakannya, namun di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa Arga masih memiliki pengaruh besar dalam hidupnya.

1
Talnis Marsy
/Good/
Irma
semangat Thor semangat
Irma
udah di kasih suami pengertian nggak kasar mapan pula masih saja kau selingkuh manusia sekarang kurang bersyukur banget

semangat Thor
ayusw: terimakasih sudah mampir,terus ikuti ceritanya ya kak like dan komen biar aouthor semangat buat update nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!