Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 | Bicara Dari Hari Ke Hati
Sejak kecil, Aina memang sangat jarang menyuapinya. Isvara masih terlalu kecil tetapi sudah memiliki adik. Jadi perhatian kedua orang tuanya, lebih banyak kepada Ineisha dibandingkan dirinya. Apalagi Ineisha juga sakit-sakitan sejak kecil, hingga membuat Isvara tersisihkan dan gadis itu di urus oleh babysitter.
"Kamu kenapa, menangis sayang. Jangan menangis ya, sayang. Anak Mama yang paling cantik," ujar Aina sambil mengusap air mata putrinya.
"Enggak papa, Ma. Aku cuma menangis bahagia, Ma. Terima kasih, udah masakin aku, suapi aku juga. Aku sangat bahagia, Ma." Kata-kata yang diucapkan oleh Isvara menusuk-nusuk hati Aina, perlakuannya pada sang putri adalah perlakuan yang sangat wajar dilakukan para ibu pada anaknya. Namun, dulu ia jarang melakukannya pada putri sulungnya. Hingga saat melakukannya, Isvara merasa sangat bahagia, bahkan sampai berterima kasih sampai segitunya.
"Kamu nggak perlu berterima kasih, sayang. Mama hanya melakukan kewajiban Mama sebagai Mama kamu, yang selama ini ternyata tidak Mama lakukan ke kamu. Maafin, Mama ya, sayang. Mama banyak sekali kurangnya sebagai Ibu kamu."
Isvara tidak tahu harus menjawab apalagi, karena di dalam hatinya tentu ada rasa kecewa kepada sang Mama. Namun, ia tidak mungkin mengatakannya. Gadis cantik itu malah semakin menangis
Aina langsung membawa Isvara ke dalam pelukannya, mereka berdua menangis bersama-sama. Setelah puas menangis, Aina baru teringat bahwa ia ingin berbicara dari hati ke hati tentang sesuatu yang penting.
"Kita ke kamar yuk, sayang. Biar bicaranya bisa lebih santai, walau sejak tadi kita berdua juga udah bicara banyak. Tapi ini Mama mau bahas hal lain dan penting sama kamu," ajaknya.
Saat hendak ke kamar Isvara, Ibu dan anak itu bergandengan sangat erat. Dalam hati Aina, wanita itu berjanji pada dirinya untuk berubah menjadi Mama yang lebih baik lagi bagi Isvara.
Mereka akhirnya sampai di kamar Isvara, Isvara langsung mengajak sang Mama untuk duduk di sofa yang ada di kamarnya.
"Mama mau bicara apa?" tanya Isvara tanpa basa-basi.
"Kamu mau tau 'kan Ineisha–adikmu akan menikah dengan Chio?" Isvara hanya mengangguk, jika ia tahu akan membahas hubungan sang adik dengan pria yang ia cintai. Gadis cantik itu jelas menolak berbicara dengan Mamanya.
"Mereka akan menikah dua minggu lagi, sedangkan untuk lamarannya dilakukan besok. Ini semua atas keputusan Omanya Chio, Mama, Papa dan Eyang kamu sudah setuju. Ineisha pun sama sekali tidak keberatan."
"Lalu?" tanyanya dengan malas.
"Karena Ineisha akan menikah lebih dulu dari kamu, yang berarti kamu akan dilangkahi oleh adik kamu, sayang. Mama mohon sekali sama kamu, kamu harus bisa ikhlas berikan restu untuk adik kamu. Harusnya Mama bicarakan ini sebelum Chio dan Oma Tiana datang ke rumah, karena dari awal Mama udah tahu niat mereka dari Ineisha."
"Mama sebenarnya enggak mau hal ini terjadi, tentu Mama ingin yang terbaik untuk kedua putri Mama. Tapi gimana lagi, Ineisha sudah ada jodohnya. Mereka juga sudah siap, nggak ada lagi yang harus ditunggu," lanjutnya.
Isvara menghela napas panjang, dirinya mulai mengerti arah pembicaraan sang Mama.
"Karena kamu dilangkahi, kamu bisa minta apapun sama Ineisha, adik kamu pasti akan memenuhinya."
"Ma..."
"Iya, Isvara sayang."
"Boleh, aku bicara?" ucap Isvara lembut, Aina mengangguk pelan, tentu ia dengan senang hati mengizinkan putri sulungnya untuk berbicara.
"Aku sama sekali nggak masalah kalo harus dilangkahi oleh, Ineisha. Aku juga nggak akan minta apa-apa, jika harus minta aku janji nggak akan minta yang memberatkan." Wajah Aina langsung sumringah ketika mendengar ucapan Isvara, ia tahu Isvara bukanlah Kakak yang jahat, karena tidak ingin dilangkahi malah berusaha menggagalkan pernikahan adiknya.
"Tapi apa Mama yakin Chio itu adalah laki-laki yang tepat buat Ineisha, Ineisha baru berusia 18 tahun, Ma? Apa mereka nggak terlalu buru-buru ingin menikah? Apalagi aku baru tahu dari Ineisha, mereka berhubungan baru satu bulan. Apa mereka nggak butuh waktu untuk penjajakan lagi?"
Isvara memberikan pertanyaan dengan bertubi-tubi kepada mamanya.
"Ini bukan soal aku, Ma. Tapi soal Ineisha, apa mentalnya sudah siap? Aku sangat takut kalau sampai Ineisha tidak bahagia di dalam pernikahannya, sedangkan pernikahan itu bukan pacaran yang bisa putus nyambung. Ineisha juga terlihat masih sangat labil, Ma. Perihal pernikahan tidak bisa diputuskan dengan mendadak, harus dibicarakan dengan pelan-pelan dan kelapa dingin. Maafin, aku, Ma. Bukan maksudku untuk menggurui, Mama," ujar Isvara panjang lebar.
Kali ini Isvara serius bicara demi kebaikan Ineisha, ia sangat menyayangi adiknya. Bukan sengaja berbicara hanya demi menggagalkan pernikahan Ineisha dengan laki-laki yang ia cintai.
Aina tampak diam merenungi ucapan putri sulungnya, yang sebenarnya tidaklah salah. Bukan hanya Isvara saja yang bicara tentang hal itu padanya dan sang suami, saudara-saudaranya juga banyak yang tidak setuju Ineisha menikah muda dengan Chio. Saat ia dan suaminya memberitahukan kabar baik itu pasa mereka. Karena pertimbangan umur keduanya yang memang masih sangat muda.
Namun, sebagai saudara Darius maupun saudara Aina. Mereka hanya bisa berpendapat, keputusan pernikahan Ineisha dan Chio jelas ada di tangan kedua orang tua Ineisha. Jadi jika Darius serta Aina sudah memutuskan untuk tetap menikahkan Ineisha mereka bisa apa?
"Terima kasih, sayang. Semua yang kamu bilang itu benar kok, nanti biar Mama coba diskusikan lagi sama Papa. Mama tahu maksud kamu itu baik, Mama bangga sama kamu Isvara berani bicara demi kebaikan adik kamu."
"Sama-sama, Ma."
"Mama mau ke bawah ya, sepertinya Papa kamu sebentar lagi akan pulang," pamitnya.
***
Dua minggu kemudian....
Isvara sudah berbicara panjang lebar, sama sekali tidak di dengar. Pernikahan Ineisha bahkan sudah akan terjadi besok, persiapannya sudah selesai.
Sudah banyak yang menentang pernikahannya diadakan secepat itu, tetapi karena kemauan pihak keluarga Chio yang sama sekali tidak ingin ada penundaan atau lebih baik dibatalkan. Tentu saja Ineisha yang memang menginginkan pernikahannya tetap terjadi, sekalipun banyak yang menentang. Memaksa pernikahannya tetap terjadi tanpa perduli apapun.
Untuk pelangkah yang Ineisha berikan kepada Isvara, walaupun Isvara tidak memintanya. Ineisha memberikan sebuah mobil sport terbaru. Tentu saja membelinya menggunakan uang Darius, Ineisha tidak mungkin rela menggunakan uangnya untuk membelikan Isvara mobil.
Isvara sendiri, lebih memilih untuk berdiam diri di kamar dibandingkan membantu persiapan pernikahan Ineisha dan Chio yang memang diadakan di kediaman Heksatama akad nikahnya.
Sedang asyik bermain game di ponselnya, tiba-tiba ia mendapatkan notifikasi pesan dari nomor yang tidak dikenal.
087xxxx
Jika kamu ingin tau sebuah rahasia yang berhubungan dengan adik kamu, segera temui saya di taman anggrek. Jam 9 malam nanti.