NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

Daniah Hanania Eqbal, gadis lulusan ilmu kedokteran itu sedang menjalani KOAS di Rumah Sakit Harapan Keluarga. Selama menjalankan KOAS, ia harus berhadapan dengan Dokter pembimbingnya yang galak. Dokter Arrazi Dabith Dzaki.
Arrazi memang terkenal Dokter paling galak diantara Dokter lain yang membimbing para anak KOAS, namun ketika berhadapan dengan pasien kegalakan Arrazi anyep,baik hilang di balik wajah tampan bin manisnya.
Suatu ketika Basim meminta Daniah untuk mengabulkan keinginannya, yaitu menikah dengan cucu dari sahabatnya, guna menepati janji mereka. Daniah tidak menolak atau mengiyakan, ia hanya meminta waktu untuk memikirkan keinginan Kakeknya itu. Namun saat tahu laki-laki yang di jodohkan kepadanya adalah cucu dari pemilik Rumah Sakit tempatnya KOAS, Daniah dengan senang hati langsung menerima, selain sudah kenal dengan laki-laki itu, Daniah pun berencana akan menggunakan kekuasaannya sebagai istri cucunya pemilik Rumah Sakit Harapan Keluarga untuk menendang Dokter itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 35 : PDKT

"Untuk kontrol lukanya, Bapak bisa datang kesini tiga hari lagi ya Pak." ujar Daniah setelah menolong pasien yang mengalami luka di tangan akibat terkena goresan kaca saat bekerja. Karena lukanya lumayan parah, maka harus dijahit.

"Langsung bisa dilepas jahitannya Dok?" tanya pasiennya yang berusia 49 tahun itu.

Daniah dengan mulut masih di tutup masker ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Belum Pak, pada umumnya benang jahit pada luka akan dibuka secara bertahap di hari ke tujuh, tapi tergantung pada penyembuhan luka dan kondisinya, kalau lukanya sudah menutup total, bisa saja sebenarnya langsung dilepas." jelas Daniah.

Namun kening si Bapak malah mengerut.

"Kalo benangnya di lepas seminggu lagi, terus kata Dokter tadi tiga hari lagi saya kesini. Emang luka saya mau di apain Dok?" tanyanya agak ketus.

Daniah tetap tersenyum dan tenang menghadapi pasiennya.

"Maaf Pak, itu untuk mengontrol lukanya saja Pak. Agar tidak infeksi, nanti akan di bersihkan juga."

"Oooh......" ucap si Bapak membulatkan mulutnya.

"Untuk obat-obatannya Bapak tebus di bagian farmasi, ya Pak. Semoga Bapak sehat selalu." ujar Daniah memberikan selembar kertas berisi resep obat kepada pasiennya.

Pria paruh baya itu mengangguk sambil menerima kertas, lalu pamit. Setelah pasien itu pergi, Daniah menghela nafasnya lega. Karena itu adalah pasien terakhir di siang ini. Dan ada waktu lima menit lagi menuju jam istirahat. Daniah merapikan tempatnya dan pergi, setelah berpamitan dengan rekannya.

Daniah sudah berencana akan makan siang ini bersama suaminya. Maka dari itu, ia bergegas menuju kantin rumah sakit, akan membeli untuk makan siangnya disana. Pilihannya jatuh kepada menu ayam rica-rica, kesukaan sang suami.

Setelah mendepatkan apa yang di belinya, Daniah langsung menuju ruangan Arrazi.

TOK! TOK!TOK!

"Assalamualaikum, permisi." ucap Daniah sambil membuka pintu ruangan Arrazi.

Netranya langsung bertemu dengan netra sang suami yang sedang berdiri sambil memegang macbook, di samping jendela. Daniah memberikan senyuman manisnya, lalu ia masuk, menutup pintu dan menghampiri sang suami.

Sementara Arrazi kembali dengan apa yang dilakukannya saat itu.

"Mas, kita makan siang yuk. Aku udah beliin ayam rica-rica buat kamu." ujar Daniah mengangkat plastik bening berisi dua kotak makan, menunjukkan. Saat dirinya sudah di hadapan sang suami.

Tanpa mengucap sepatah katapun, Arrazi menutup macbooknya lalu berjalan melewati Daniah dan duduk di kursinya. Daniah yang merasa diacuhkan terdiam ditempatnya sambil memperhatikan sang suami.

"Ngapain melamun? Cepat, saya sudah lapar!" tegur Arrazi. Daniah langsung mengangguk cepat, lalu duduk di kursi dekat suaminya yang berjarak karena terhalang meja.

Daniah mengeluarkan kotak makan dari plastik, kemudian membuka tutupnya dan memberikan kepada Arrazi.

"Ini mas, buat kamu." ujar Daniah. Arrazi lebih mendekatkan kotak makan itu kearahnya.

"Terima kasih." ucapnya.

"Ya, sama-sama."

Lalu keduanya makan, makanan masing-masing dengan menu yang sama. Diam-diam Daniah memperhatikan suaminya yang terlihat begitu menikmati makanannya, sepertinya Arrazi benar-benar lapar.

Ada senyuman kecil di bibir Daniah melihat sang suami begitu lahap. Melihat hal itu, membuat Daniah merasa terobati atas kealpaannya tidak membawakan sarapan untuk sang suami.

Daniah menarik selembar tissue dari kotaknya, lalu menyeka bumbu ayam rica-rica yang tertinggal disudut bibir sang suami. Kembali, netra mereka bertemu, kali ini dengan jarak yang begitu dekat, suasana menjadi canggung, ditambah tangan Daniah yang tiba-tiba di tahan oleh Arrazi, saat tissue baru saja menempel di sudut bibirnya. Tatapan Arrazi semakin tajam. Jantung Daniah berdegup kencang, ia langsung panas dingin.

"M.....maaf." cicit Daniah menarik tangannya kembali membawa tissue yang sempat menyentuh sudut bibir sang suami.

Arrazi melanjutkan makannya, sementara Daniah untuk membuka mulutnya rasanya berat, ia masih belum bisa menetralisir perasaannya, mendapati respon dari Arrazi yang seperti itu.

Suasana hening itu tidak berlangsung lama, Arrazi yang terlebih dahulu menyelesaikan makan, langsung beranjak dari duduknya dan mencuci tangan di wastafel yang berada di sudut kiri ruangan.

Daniah tidak bisa melanjutkan makan, karena nafsu makannya sudah hilang sejak ia ditatap tajam oleh Arrazi saat hendak membersihkan sisa bumbu di sudut bibir suaminya. Lalu Daniah menutup kembali kotak makan dan merapikan meja suaminya.

Arrazi kembali duduk di kursinya melirik sekilas kearah Daniah yang sedang minum, lalu kembali membuka macbook.

"Mas." panggil Daniah.

"Hm?" jawab Arrazi tanpa menoleh.

"Nanti Mas mau pulang atau mau nginep lagi?"

"Pulang."

Daniah tersenyum mendapatkan jawaban itu. Kemudian ia membuka suara lagi.

"Pulang nanti, boleh aku ikut sama Mas?"

Arrazi melirik sebentar, lalu mengangguk. Lagi, Daniah tersenyum. Meskipun tanggapan Arrazi begitu singkat dan terkesan cuek, namun Daniah cukup senang. Awas saja kalau jawaban Arrazi sebaliknya, Daniah pasti akan uring-uringan dan mengadu kepada Kakek Dzaki.

Ah, ini akan menjadi permulaan Daniah untuk pendekatan dengan suaminya. Daniah sudah merencanakan beberapa hal untuk hari ini dan seterusnya agar hubungannya dengan Arrazi semakin membaik dan romantis layaknya seperti suami istri.

Daniah akan mengambil hati Arrazi, si Dokter galak yang tampan itu.

...****************...

Saat ini Daniah dan Arrazi sudah berada didalam mobil, dan mobilnya sudah keluar dari halaman rumah sakit lima menit yang lalu.

"Mas, mau nggak kita belanja dulu? Soalnya bahan makanan di dapur tinggal sedikit......." Daniah menghentikan kalimatnya saat melirik kearah Arrazi, yang ternyata sedang melirik kearahnya. Lalu Arrazi mengalihkan pandangannya dari sang istri.

GLEK!

Daniah menelan ludah.

"Kalau Mas capek, besok aja deh belinya." lirih Daniah, kembali memandang jalanan dari jendela depan.

Sepertinya misi Daniah yang ingin mengajak jalan-jalan dengan alibi belanja pupus, karena Arrazi terlihat tidak mau. Namun, tak lama, mata Daniah membulat saat mobil yang sedang di kendarai suaminya berbelok memasuki halaman Mall, menuju basement.

"Mas, kok kita kesini?" tanya Daniah heran.

"Mau belanja kan?" Arrazi balik bertanya.

Daniah mengangguk, tentu dengan senyuman manis mengembang di wajahnya yang sangat cantik itu. Ia tidak menyangka Arrazi akan mengabulkan keinginannya. Misi yang tadinya dirasa gagal, kini mendapat lampu hijau dan akan berhasil.

"Terimakasih ya Mas." ucap Daniah sebelum keluar dari mobil. Arrazi hanya meliriknya sekilas. Lalu keduanya keluar dari mobil.

Tangan Daniah melingkar di lengan Arrazi saat mereka memasuki Mall. Meskipun awalnya Daniah ragu, apakah Arrazi akan menolak perlakuannya itu. Namun Arrazi hanya melirik sebentar kearahnya san tidak protes, justru Daniah melihat ada senyuman tipis yang nyaris tidak terlihat di bibir suaminya. Tentu hal itu membuat Daniah mesem-mesem sendiri, senang sekali.

Daniah malah semakin mendekatkan jarak diantara mereka, bahkan sesekali ia menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Menambahkan kesan romantis perjalanannya menuju market yang berada di lantai bawah Mall.

Setelah mengambil troli, sepasang suami istri itu menyusuri rak-rak yang menyediakan berbagai makanan, buah-buahan dan berbagai macam kebutuhan rumah tangga. Arrazi yang mendorong troli. Sementara Daniah mengambil barang yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup mereka sebulan kedepan.

Beberapa kali Daniah menanyakan saran kepada sang suami tentang barang yang akan dibelinya, namun Arrazi tidak banyak memberi saran. Jawabannya hanya terserah, mengangguk atau menggeleng. Namun ada beberapa barang yang langsung diambil Arrazi tanpa diminta saran dari Daniah. Tentu hal itu tidak luput dari perhatian Daniah, ia langsung memasukkan barang yang diambil sang suami dan akan diingat baik-baik.

"*Kalau Arrazi yang pilih, berarti dia suka*."

Itu adalah kalimat Nenek Dariah yang selalu Daniah ingat. Meskipun konteks itu tertuju pada baju daster yang dibeli Arrazi diam-diam waktu di taman wisata itu, tapi hal itu mungkin juga berlaku untuk barang yang lainnya. Pikir Daniah.

"Ariq!" panggil Daniah melihat sosok laki-laki yang sedang berdiri di depan rak berisi tepung, yang berada tak jauh dari tempatnya.

Ariq menoleh, lalu tersenyum. Daniah menghampiri laki-laki yang memiliki tinggi 190 cm itu.

"Lagi belanja?" tanya Daniah melihat troli yang ada di samping Ariq berisi bahan makanan. Ariq mengangguk.

"Iya nih, buat kebutuhan di RCH."

"Lo belanja sendirian?" tanya Daniah lagi, karena tak ada orang lain di dekat Ariq.

Ariq menggeleng.

"Nggak, gue sama Bu Ava dan Mbak Sophia."

Daniah menengok kanan kiri dan tidak ada dua orang yang disebutkan Ariq.

Ariq terkekeh.

"Mereka lagi ke toilet, Nia." ujar Ariq menjawab tingkah Daniah yang sedang mencari dua orang yang dimaksud Ariq.

Daniah sendiri sudah mengenal Bu Ava dan Mbak Sophia, mereka adalah staf Rumah Cinta Harapan.

"Oooh...."

"Lo lagi belanja juga?" tanya Ariq. Daniah mengangguk.

"Iya, gue lagi belanja sama......." Daniah menggantung kalimatnya saat menoleh kebelakang melihat Arrazi menatap tajam kearahnya.

GLEK!

Daniah menjadi salah tingkah melihat tatapan itu. Tatapan tajam yang tidak biasanya, seperti ada suatu hal yang membuatnya tidak enak hati.

"Ariq, itu Mas Arrazi, suami gue." ujar Daniah menunjuk Arrazi yang berdiri masih menatap kearahnya.

Ariq menghampiri Arrazi, diikuti Daniah yang langsung mengambil posisi di samping sang suami.

"Gue Ariq, teman sekampusnya Nia." ujar Ariq mengenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

Arrazi menyambut uluran tangan Ariq.

"Arrazi, suaminya Daniah." ujar Arrazi penuh penekanan saat mengucapkan kata 'SUAMI DANIAH', seolah ingin menegaskan kepada Ariq, bahwa perempuan yang menyapanya tadi adalah miliknya.

Sementara itu, mendengar kalimat sang suami, Daniah langsung menoleh kearahnya. Ia benar-benar tidak menyangka Arrazi akan mengenalkan dirinya kepada Ariq dengan nada bicara yang penuh penegasan seperti itu. Hal itu tentu saja membuat Daniah berbunga-bunga hatinya. Karena Arrazi mendeklarasikan dirinya adalah suami Daniah.

"Selamat ya atas pernikahan kalian. Sorry banget waktu itu gue nggak datang, kebetulan lagi ada acara keluarga." jelas Ariq.

"Nggak papa. Tapi kadonya gue tunggu ya." canda Daniah. Ariq terkekeh.

"Tenang, udah gue siapin kok." ujar Ariq sambil tersenyum.

Entah kenapa, melihat Ariq tersenyum kepada Daniah membuat Arrazi ingin sekali menjahit mulut laki-laki yang sedang memberikan senyuman kepada istrinya. Terdeteksi cemburu tidak sih, si Dokter galak itu?

"Ariq!" panggil seorang wanita paruh baya. Membuat tiga manusia itu mengarah kepadanya.

"Bu Ava!" sapa Daniah langsung menghampiri Bu Ava dan Sophia yang berada disampingnya diikuti Ariq, setelah berpamitan dengan Arrazi. Daniah langsung bersalaman dengan kedua perempuan itu.

"Huaaa pengantin baru lagi belanja nih." goda Sophia, saat melihat tidak hanya Daniah dan Ariq saja, tapi ada juga laki-laki yang ia kenal adalah suami Daniah. Karena Sophia datang saat Daniah menikah.

Daniah terkekeh.

"Iya nih Mbak. Baru sempet belanja." ujar Daniah.

"Mbak sama Ibu lagi belanja juga?" tanya Daniah berbasa-basi.

"Iya nih Nia. Bahan baku di dapur udah nipis, untung aja Mas Ariq bisa anter." ujar Bu Ava.

"Sok sibuk banget dia ya Bu." canda Daniah melirik kearah Ariq. Ariq terkekeh mendengar candaan Daniah.

Sementara itu, Arrazi tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan interaksi istrinya dengan orang yang tidak dikenalnya, sambil memasukkan tangan di saku celana.

"Main lagi ke RCH Mbak, ajak Mbak Eliza juga." ujar Bu Ava. Daniah tersenyum.

"Iya Bu, Insya Allah. Aku tanya Eliza dulu ya Bu. Soalnya akhir-akhir ini dia lumayan sibuk." ujar Daniah teringat obrolannya dengan Eliza tadi malam.

"Iya yah. Ya udah nggak papa, nanti kalau main kabar-kabar Mbak, siapa tau bisa sambil ngeliwet kita." lanjut Bu Ava.

"Eh, iya bener. Mbak Eliza juga katanya pengen makan nasi liwet buatan Ibu. Enak tau Nia nasi liwetnya. Kamu harus cobain. Iya nggak Mas?" sahut Sophia, meminta pendapat juga dari Ariq.

Ariq mengangguk dan memberikan jari jempol kepada Bu Ava. Perempuan paruh baya itu tersenyum.

"Hmmm, jadi pengen deh nasi liwetnya, nanti deh aku ajak Eliza main Bu." ujar Daniah.

"Iya nanti main ya...sambil silahturahmi sama Bapak-bapak dan Ibu-ibu disana."

Daniah memberikan hormat.

"Siap."

Setelah berbincang, kemudian mereka berpisah, karena Bu Ava dan Sophia mesti kembali ke RCH, membawa barang belanjaan untuk dapur yayasan sosial itu.

Sementara Daniah kembali menghampiri Arrazi, yang saat ini sedang memainkan HP-Nya. Satu tangannya memegang pegangan troli yang berwarna hijau.

"Mas, maaf ya jadi nunggu lama. Tadi tuh......"

"Sudah?" ucap Arrazi menginterupsi kalimat Daniah.

Daniah terdiam sebentar, lalu mengangguk pelan. Kemudian Arrazi mendorong troli meninggalkan Daniah, sontak Daniah langsung mengejar sang suami.

"Maaf, Mas." cicit Daniah berjalan sambil melihat kearah Arrazi yang memasang ekspresi datar diwajahnya. Dan memang selalu begitu kan ekspresi wajah suaminya?

Tapi Daniah melihat ada yang berbeda dengan ekspresi datar sang suami kali ini. Yang membuatnya tidak enak hati. Mungkin mengabaikan sang suami saat dirinya sedang asyik mengobrol dengan orang lain adalah penyebabnya. Ah, Daniah janji tidak akan mengulanginya lagi.

Setelah berbelanja, Daniah mengajak Arrazi untuk makan di salah satu tempat makan yang ada di Mall itu dengan menu nasi goreng. Selama makan, Daniah maupun Arrazi tidak banyak bicara. Mereka mengeluarkan suara hanya saat memilih menu dan berterimakasih kepada pelayan yang mengantarkan makanan. Selebihnya hanya detingan piring dan sendok juga garpu yang bersentuhan.

Selesai makan, Arrazi dan Daniah pulang ke apartemen dengan membawa barang-barang belanjaan yang cukup banyak, untuk persediaan sebulan ke depan.

Sampai di apartemen, Arrazi langsung mandi setelah membantu Daniah membawakan barang belanjaan ke dapur. Sementara Daniah masih di dapur, menyimpan barang belanjaan di tempatnya masing-masing, namun dengan perasaan yang tidak tenang. Ia masih memikirkan sikap Arrazi yang mengganjal itu, dan juga memikirkan sesuatu yang akan sudah ia rencanakan untuk sang suami.

Selesai merapikan barang belanjaan, Daniah masuk ke kamar, lalu membuka lemari. Daniah terdiam sambil memperhatikan isi lemarinya. Suara pintu terbuka, membuat Daniah langsung menutup pintu lemari dan menoleh ke sosok suaminya yang baru saha masuk dengan handuk yang ada di lehernya.

Netra mereka bertemu, namun Arrazi yang lebih dulu memutuskan pertemuan diantara dua netra yang sama-sama berwarna coklat itu.

"Sudah selesai Mas?" tanya Daniah, namun tak di tanggapi oleh sang suami. Daniah tersenyum kikuk.

Ia kembali membuka pintu lemari dan mengambil baju ganti, memeluknya, lalu pergi menuju kamar mandi dengan cepat.

1
Atik R@hma
Alhamdulillah, terharu🥺😭😭
Sri Murtini
perjuangan Daniah memang nyata berat utk melahirkan aplg 2 proses melahirkan yg berbeda.
Gmn perasaan Arazzi menunggui istrinya , terjwb sudah perjuangan mama melahir kan mu.
Mk surga aga ditelapak kaki ibu
Atik R@hma
terharu ka, sampai bacanya mewek😭😭😭
Atik R@hma
Alhamdulillah, sepasang🤲😍😍
Sri Murtini
Nggk bisa bayangkan sedihnya kisah ini akibat ayah yg nggk tanggung jawab.
kisah mama Rara , dr Arazzi maupun Elisa mereka korban atas kezaliman sang ayah yg suka selingkuh.
untung dipertemukan dr Arazzi dgn istri yg bisa menyembuhkan luka sekaligus merangkul mama mertua dan adik tiri
Ambil yg baik jgn ditiru meskipun bkn kisah nyata
Sri Murtini
plong😂😂😂
Sri Murtini
dengar tuh nasihat yg masih waras dr dafir
Sri Murtini
goblok atau bego pak dokter
Sri Murtini
emosi,sedih kecewa pdhl blm pasti😇😇😇😇
Sri Murtini
Alhamdulillah mau jadi kakek nih
Atik R@hma
ya mami kmu daniah😁😁
LISA
Pasti itu Maminya Daniah
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!