"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh tujuh
Setelah kejadiannya di belakang rumah, hubungan Damian dan Helena akhir-akhir ini agak sedikit meregang dengan sikap Damian yang kembali dingin kepada Helena. Sikap Damian masih perhatian seperti sebelumnya, hanya saja Damian seperti menjaga jarak dengan Helena.
"Kamu nanti pulang jam berapa? Mau aku bawakan bekal makan siang nanti? " tanya Helena, dia mengikuti dari belakang langkah Damian yang hendak pergi berangkat kantor.
"Gak perlu, nanti aku akan makan siang bersama rekan bisnis. Untuk pulang aku belum tau pasti jam berapa nanti, tapi kamu tidak perlu menunggu aku pulang lagi nanti. " setelah mengatakan itu, Damian langsung berlalu meninggalkan Helena yang menatap belakang punggungnya dengan wajah sedih.
"Kenapa bisa jadi begini? Apa gunanya aku dikasih kehidupan kedua bila ujung-ujungnya aku tetap menyedihkan begini? " gumamnya lirih, menundukkan kepalanya menatap kosong pada lantai keras dibawahnya.
Sementara Damian, kini dirinya sudah berada di dalam mobil dengan pak Tarno yang menyupirnya, laki-laki baya itu menatap pantulan wajah Damian dari kaca spion di atas kepalanya. Wajah merenung Damian membuatnya prihatin, semenjak kejadian malam yang menimpa Helena, hubungan kedua pasangan suami - istri itu terlihat kembali mendingin.
Pak Tarno sudah menjelaskan bagaimana kejadian malam itu, Damian percaya. Namun, rasa kesal karena Helena yang tidak mematuhi omongannya membuatnya merasa tidak di hargai.
•••••••
"Bagaimana, kamu sudah dapat apa yang saya suruh? " tanya Damian pada Niko, kini keduanya masih berada di restoran setelah melakukan pertemuan bisnis dengan kliennya.
"Belum, pak. Orang itu bermain dengan sangat rapi, pencarian yang saya lakukan selama ini belum juga mendapatkan hasilnya. " ujar Niko menjelaskan.
Damian melipat kedua tangannya di atas dada, otaknya bercabang memikirkan soal Helena dan pelaku yang sudah menjebak istrinya itu. "Terus, untuk teman-temannya Helena, apa ada hal yang mencurigakan dari mereka? "
"Tidak ada hal mencurigakan yang mereka lakukan, semuanya terlihat biasa-biasa saja selama saya menyelidiki mereka, pak. " jelas Niko.
Damian menaikkan satu alisnya, mengelus bawah dagunya dengan wajah bingung. Kalau bukan teman-teman Helena pelaku yang sudah menjual istrinya itu, lalu siapa? Apa laki-laki yang sudah memeluk tubuh Helena itu hanya menipu Helena agar wanita itu terpedaya dan percaya akan omong kosongnya?
Atau mungkin, laki-laki itu adalah orang yang selalu menguntit Helena selama ini? Hmm, masuk akal juga.
"Ya sudah, kamu tetap cari tau siapa dalang yang menguntit Helena selama ini sampai ketemu. " perintah Damian, setelahnya.
"Lalu teman-teman bu Helena bagaimana, pak? " tanya Niko.
"Biarkan saja dulu, tidak perlu melanjutkan penyelidikan, kita fokuskan terlebih dahulu siapa dalang yang sudah menguntit Helena. " putuskan Damian.
"Pak. Mengenai soal kandidat asisten baru, sudah ada empat pelamar yang mengajukan di perusahaan kita. " beritahu Niko memecah keheningan yang terjadi beberapa saat tadi di antara keduanya. "Dan salah satu kandidat pelamar, ada nona Dellia juga yang melamar sebagai asisten bapak. " ujarnya menjelaskan, Niko memang meminta Damian untuk mencarikan asisten pendampingnya kerja bersama bila Damian sibuk dengan urusan di luar kerjaan kantor.
Damian mengiyakan permintaan Niko, dia juga tau bagaimana kesusahan Niko yang selalu kerja sendiri bila dirinya melemparkan semua pekerjaannya pada asistennya itu.
"Dellia? " Damian terdiam sejenak, "Nanti kirimkan Cv nya kepada saya, untuk Dellia akan saya sendiri yang akan mewawancarainya. "
"Bapak akan menerima nona Dellia untuk menjadi asisten, bapak? " tanya Niko memastikan, jangan sampai Damian menerima Dellia menjadi asistennya.
"Akan saya pikirkan nanti. "
"Hah? " cengo Niko menatap kepergian Damian yang beranjak keluar dari restoran. Ini tidak bisa dibiarkan, Niko tidak mau ada wanita lain di hubungan pernikahan bosnya, dirinya bukan tidak tau kalau dulu Damian menaruh sedikit perhatian pada Dellia, dan sekarang Niko tidak akan membiarkan itu.
••••••••••
"Jadi sekarang hubungan mu dengan Damian lagi tidak baik-baik saja? " tanya Trissa dengan wajah kaget dan sedih, namun siapa yang tau bahwa ada sedikit senyuman licik yang tersampir di ujung bibirnya.
Trissa kini berada di rumah Damian dan Helena, Helena sendiri yang mengajak Trissa untuk bertemu. Helena menaruh rasa curiga pada wanita licik itu, mengingat di kehidupannya yang pertama, Trissa pernah menjebaknya beberapa kali kesempatan. Dan kali ini, Helena tebak pasti bahwa Trissa lah yang juga menjebaknya kali ini.
Helena membawa Trissa ke sini untuk mencari bukti bahwa wanita itulah pelakunya yang selama ini Damian cari.
"Ya, seperti yang aku ceritakan tadi. Minggu-minggu ini ada seseorang yang menguntit ku kemana saja, dan mengambil fotoku secara diam-diam dan kirimkannya kepada Damian. "ujar Helena dengan wajah dibuat sesedih mungkin.
" Tapi, apakah Damian sudah menemukan siapa dalang yang sudah menguntit kamu? " tanya Trissa, harap-harap takut bila Damian mengetahui bahwa dirinya lah pelaku yang selama ini laki-laki itu cari.
Helena menghembuskan nafasnya, ini yang dia bingungkan. Trissa cukup kuat juga menyembunyikan kebusukannya hingga Damian sampai sekarang belum juga mendapatkan pelakunya, "Belum, sepertinya orang itu sangat bermain cantik hingga Damian saja sampai sekarang belum menemukannya. "
Trissa tanpa sadar menghembuskan nafas penuh kelegaan, dan itu di sadari Helena. Dia akan dengan segera mencari bukti bahwa Trissa lah pelakunya dan akan dia berikan kepada Damian, biar laki-laki itu yang akan memberikan perhitungan kepada Trissa.
Hingga selanjutnya, obrolan keduanya di isikan dengan Trissa yang memberikan tips-tips aneh kepada Helena, dengan dalih agar Damian kembali dekat dengannya.
"Aduh, aku ingin ke kamar mandi. Sebentar, aku izin ke belakang untuk buang air kecil dulu. " Trissa tiba-tiba saja berdiri dan meminta izin untuk kebelakang dapur menuju kamar mandi.
Melihat kepergian Trissa yang terbirit-birit, membuatnya memutar kedua bola matanya dengan malas. Setelah kepergian Trissa, Helena mengambil kesempatan untuk menggeledah tas milik Trissa yang tergeletak di atas sofa. Tersenyum puas dia tampilkan saat menemukan ponsel milik Trissa.
Namun, kebahagiaannya tidak bertahan lama saat benda pipih itu tersegel kata sandi. Tanpa putus asa, Helena mencoba menekan pin dengan tanggal - tahun lahir Trissa, namun pin ponsel tersebut salah. Dia kembali mencoba keberuntungan dengan menekan angka kelahiran Damian, dan hasilnya....
Juga salah!
Sebenernya apa sandi pin ponsel Trissa? Bahkan angka kelahiran Damian yang wanita licik itu sukai saja, salah. Helena di buat kesal, menghembuskan nafas dengan gusar, Helena menatap kesal pada benda pipih yang di pegangnya.
Hingga notifikasi pesan masuk dari ponsel tersebut membuat Helena tersentak kaget, Helena mengernyit dahinya bingung menatap nomor yang tidak memiliki nama itu dengan wajah linglung. Melirik sebentar pada belakang dapur untuk memastikan bahwa Trissa belum kembali.
Dia membaca pesan tersebut dengan wajah kaget.
___________
"Terimakasih atas kiriman uangnya, bila ada kerjaan lagi seperti kemarin, hubungi saja aku lagi dengan segera. "
_____________
Helena kaget, ini bukannya nomor salah satu temannya? Kenapa dia bisa mengirimkan pesan kepada Trissa? Ada hubungan apa mereka? Dan pekerjaan apa yang dia maksud?
Apa jangan-jangan......?
Helena tersentak kaget saat mendengar suara hentakan sendal yang mendekat, dia dengan cepat menyimpan kembali ponsel milik Trissa ke dalam tas.
"Maaf membuat kamu menunggu, kita lanjutkan kembali obrolan kita yang terpotong tadi. " Trissa duduk kembali di tempatnya disamping Helena, kembali memberikan tips-tips tak bergunanya kepada Helena.
Sedangkan, Helena. Wanita itu tidak begitu memperhatikan apa yang di bicarakan Trissa kepadanya, dia sibuk memikirkan pesan masuk dari ponsel Trissa tadi.
Benaknya bertanya-tanya, ada hubungan apakah dia dengan Trissa? Dan pekerjaan apa yang dimaksud hingga Trissa mengirimkannya uang.
Apakah, ini ada hubungannya dengan jebakan yang Helena dapatkan di hotel malam itu? Tentang temannya yang telah menjualnya seperti apa yang dikatakan laki-laki itu?
Jadi, berarti dia yang telah menjual Helena?
Helena benar-benar tidak menyangka, ada maksud selubung apakah hingga teman masa kuliahnya itu sampai hati melakukan hal keji ini kepadanya?
•
•
•
selamat datang di tahun 2025, semoga tahun ini selalu di selingi kebahagiaan dan keberuntungan untuk kita kita semua. maaf juga karena akhir-akhir ini aku jarang up cerita, karena ada kesibukan tersendiri yang tidak bisa ditinggalkan.
komen dong kira-kira siapakah teman Helena yang sudah menjebaknya malam itu.
Tari, komen di sini🙀
Lucia, komen di sini🥸
Sera, komen di sini 🤨
selamat membaca semuanya, jangan lupa vote, komen dan bintang limanya. jangan lupa juga follow akun author. beybey🥰🥰