Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lintasan Pelabuhan Tua
Langit malam di atas pelabuhan tua terasa berat, seperti menekan udara yang sudah sarat dengan ketegangan. Lampu-lampu neon yang berpendar di sudut-sudut pelabuhan memancarkan cahaya kuning kusam, menciptakan bayangan panjang di antara tumpukan kontainer. Di tengah kegelapan itu, suara deru motor besar menggema, menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Galang berdiri di depan Honda CBR 1000RR Fireblade miliknya, memeriksa mesin untuk terakhir kalinya. Motor itu, dengan bodinya yang ramping dan balutan warna hitam yang berkilau, tampak seperti predator yang siap menyerang. Mesinnya, sebuah keajaiban teknik yang dirancang untuk kecepatan dan kelincahan, berdengung lembut di bawah sentuhan Galang. Ia tahu, di lintasan ini, motor itu akan menjadi satu-satunya sekutu yang bisa ia andalkan.
Di sisi lain lintasan, Andra ‘Crab’ Sujana bersandar pada motor besarnya, sebuah BMW R 1250 GS Adventure yang tampak gagah dan tak tergoyahkan. Dengan bodinya yang besar dan desainnya yang kokoh, motor itu jelas dirancang untuk menghadapi medan sulit seperti pelabuhan tua ini. Bobotnya yang berat memberi keuntungan di jalur yang tidak stabil, tetapi Galang tahu kelemahannya: kelincahan di tikungan tajam.
Andra melangkah maju, senyumnya yang licik tidak pernah meninggalkan wajahnya. “Kau tahu,” katanya sambil melirik Fireblade milik Galang, “motor itu bagus untuk lintasan lurus. Tapi di tempat seperti ini? Aku rasa kau memilih senjata yang salah.”
Galang tidak merespons. Ia hanya menatap lurus ke lintasan di depan mereka—jalur sempit yang diapit oleh tumpukan kontainer, dengan tikungan tajam yang tidak memberikan banyak ruang untuk kesalahan. Jalur itu jelas dirancang untuk menjebak siapa pun yang tidak terbiasa dengan medan seperti ini.
Anton, salah satu anak buah Andra, berdiri di tengah lintasan dengan sebuah bendera kecil di tangannya. Ia mengangkat bendera itu tinggi-tinggi, memandang kedua pria yang sudah bersiap di garis start. Di belakangnya, anggota Cancer Claws lainnya bersorak, menciptakan suasana yang semakin memanas.
“Siapkan diri kalian!” teriak Anton.
Andra menaiki motornya dengan gerakan santai. Suara mesinnya langsung meledak, menggetarkan udara di sekitarnya. BMW R 1250 GS Adventure miliknya tampak seperti binatang buas yang baru saja dibangunkan dari tidur panjangnya.
Galang, sebaliknya, tetap tenang. Ia menaiki Fireblade-nya, menyalakan mesin dengan sentuhan lembut. Suara mesinnya halus, tetapi penuh tenaga—seperti singa yang menunggu saatnya untuk menerkam.
“Bersiap!” teriak Anton lagi, mengangkat bendera lebih tinggi.
Suasana menjadi sunyi. Hanya suara mesin yang menggema, membuat setiap detik terasa seperti selamanya. Ketika bendera itu akhirnya diturunkan, kedua motor melesat bersamaan, meninggalkan jejak debu di belakang mereka.
Lintasan dimulai dengan jalur lurus pendek yang cukup untuk menguji akselerasi awal kedua motor. Seperti yang diduga Galang, Andra langsung memimpin. BMW-nya, dengan kekuatan mesinnya yang besar, meluncur di depan Fireblade dengan mudah. Raungan mesinnya memekakkan telinga, disambut oleh sorakan anggota Cancer Claws.
Galang tidak panik. Ia menjaga kecepatan stabil, membiarkan Andra memimpin sementara. Ia tahu bahwa tikungan pertama akan menjadi tempat di mana strategi dan pengalaman balapnya mulai bermain.
Ketika mereka mendekati tikungan pertama, Andra memperlambat motornya, mencoba menjaga stabilitas di jalur sempit. Bobot besar BMW-nya membuatnya sulit untuk bermanuver cepat, memaksanya mengambil sudut lebih lebar.
Galang melihat peluang itu. Dengan gerakan yang sangat terukur, ia memiringkan Fireblade-nya hingga hampir menyentuh tanah. Ban belakangnya meluncur dengan presisi di sisi dalam tikungan, meninggalkan jejak api kecil di aspal. Dalam sekejap, ia berhasil mendahului Andra.
Kerumunan berseru kaget, tidak percaya bahwa Galang bisa memanfaatkan tikungan itu dengan begitu sempurna.
“Dasar bocah!” teriak Andra, menekan gas lebih keras untuk mengejar.
Lintasan berikutnya adalah kombinasi jalur sempit yang diapit oleh tumpukan kontainer. Jalan itu gelap, dengan hanya beberapa lampu yang berkedip-kedip di sepanjang lintasan. Andra, dengan pengalaman bertahun-tahun di medan seperti ini, mencoba memanfaatkan keunggulan motornya untuk menekan Galang.
Ia meluncur mendekat dari belakang, mencoba memblokir jalur Galang di tikungan berikutnya. Tetapi Galang tetap tenang, membaca setiap gerakan Andra dengan cermat. Ketika Andra mencoba memotong jalurnya, Galang dengan cepat memanfaatkan sisi luar tikungan untuk meluncur lebih jauh, meninggalkan Andra sekali lagi.
“Ini belum selesai!” gumam Andra sambil menggertakkan giginya.
Tikungan terakhir adalah bagian paling berbahaya dari lintasan ini. Jalan itu sempit, dengan dinding beton di kedua sisinya yang tidak memberikan banyak ruang untuk kesalahan. Andra tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengambil alih. Ia menekan gas hingga maksimal, meluncur mendekat dengan kecepatan tinggi.
Tetapi Galang sudah mempersiapkan segalanya. Ketika Andra mencoba menyalipnya dari sisi dalam, Galang memanfaatkan momentum itu untuk memotong jalurnya di tikungan berikutnya. BMW R 1250 GS Andra, yang terlalu berat untuk bermanuver cepat, kehilangan keseimbangan sesaat, memaksanya melambat untuk menghindari tabrakan dengan dinding beton.
Galang melesat keluar dari tikungan terakhir dengan kecepatan penuh, meninggalkan Andra di belakang. Sorakan keras meledak dari kerumunan ketika Fireblade melintasi garis finis terlebih dahulu.
Andra tiba beberapa detik kemudian, menghentikan motornya dengan kasar. Wajahnya penuh kemarahan, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Kekalahan ini sudah jelas.
Galang turun dari motornya, melepas helm dengan gerakan tenang. Ia tidak berbicara, hanya menunggu Andra untuk membuat langkah selanjutnya.
Andra turun dari motornya dengan cepat, berjalan ke arah Galang dengan mata yang menyala. Tetapi, bukannya marah, ia tersenyum tipis. “Kau bagus, bocah,” katanya pelan. “Tapi ini baru separuh permainan.”
Galang mengangkat alis. “Apa maksudmu?”
Andra menepuk bahunya sendiri, lalu melangkah mundur. “Balapan sudah selesai, tapi kita belum selesai. Aku ingin tahu apakah kau sebaik itu tanpa motormu.”
Kerumunan bersorak lagi, menyadari bahwa malam ini belum berakhir. Galang tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain selain menerima tantangan ini. Ia bersiap untuk duel yang akan menentukan segalanya.