NovelToon NovelToon
Jejak Di Balik Kabut

Jejak Di Balik Kabut

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Penyeberangan Dunia Lain / Permainan Kematian / Penyelamat / Pendamping Sakti
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anggun juntak

dibaca aja ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun juntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayang bayang yang mengintai

Arka dan Maya melanjutkan perjalanan mereka dengan suasana hati yang jauh lebih berat. Buku tebal di tangan Arka seakan menyimpan rahasia yang menekan dada mereka. Meski mereka telah keluar dari hutan tempat pohon besar itu berada, ketegangan tetap terasa.

Langit perlahan berubah kelabu, pertanda hujan akan turun. Maya, yang berjalan di depan, berhenti di sebuah lapangan kecil yang dipenuhi rerumputan tinggi. "Kita istirahat di sini sebentar. Langit nya nggak kelihatan bersahabat."

Arka mengangguk dan menurunkan tasnya. Mereka duduk di atas batu besar, mencoba mengumpulkan tenaga. Di antara mereka, buku itu tergeletak, seolah menjadi penghalang yang tak kasatmata.

"Apa menurutmu nenek tahu soal bahaya ini?" tanya Maya tiba-tiba, memecah keheningan.

Arka menatap buku itu dengan alis berkerut. "Kalau dia tahu, kenapa dia nggak bilang apa apa? Dia cuma bilang kita harus menemukan rahasia ini, dan itu penting untuk keluarga kita. Tapi aku rasa dia menyembunyikan sesuatu."

"Ya, sesuatu yang besar," gumam Maya sambil memeluk lutut nya. "Arka, kamu sadar nggak? Sejak kita mulai perjalanan ini, kita selalu dikejar sesuatu entah itu harimau tadi atau gemuruh di lorong tadi. Seperti nya rahasia ini nggak mau ditemukan."

Arka menatap Maya, mencoba mencerna kata kata nya. "Kamu pikir... rahasia ini terkutuk?"

Maya mengangkat bahu. "Aku nggak tahu. Tapi kalau ini benar benar penting, kita harus hati-hati."

---

Hujan mulai turun saat mereka melanjutkan perjalanan. Kabut tipis menyelimuti sekitar, membuat jarak pandang mereka terbatas. Suara derasnya air hujan menenggelamkan suara suara hutan, menciptakan suasana yang semakin menegangkan.

Maya menggenggam lentera kecil di tangan nya, berusaha menerangi jalan yang licin. "Arka, hati hati. Tanah nya licin."

"Aku baik baik saja," balas Arka sambil melindungi buku dengan jaket nya agar tidak basah.

Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika sebuah suara terdengar dari kejauhan suara derap langkah berat yang menghentak tanah.

Maya menoleh ke belakang, mata nya melebar. "Arka, kamu dengar itu?"

Arka mengangguk, tubuh nya tegang. "Iya. Itu nggak terdengar seperti langkah manusia."

Suara itu semakin mendekat, membuat mereka berdua saling pandang dengan cemas. Maya menarik tangan Arka. "Kita harus cari tempat berlindung!"

Tanpa pikir panjang, mereka berlari ke arah yang berlawanan dari suara itu. Namun, langkah berat itu terus mengikuti, seolah tahu persis di mana mereka berada.

"Ayo, ke sana!" Maya menunjuk sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak-semak.

Mereka bergegas masuk ke dalam gua, tubuh mereka basah kuyup dan napas mereka memburu. Di dalam gua, mereka bersandar di dinding batu yang dingin, mencoba menenangkan diri.

Arka mengintip keluar, tapi yang ia lihat hanya lah kabut tebal. Suara langkah itu kini menghilang, di gantikan oleh keheningan yang mencekam.

"Kamu pikir itu harimau lagi?" bisik Maya.

Arka menggeleng. "Nggak tahu. Tapi rasanya... lebih besar dari itu."

Maya meremas tangan nya. "Aku nggak suka ini, Arka. Semua nya terasa salah."

Arka menatap Maya, mencoba menenangkan. "Kita aman di sini untuk sementara. Kita tunggu sampai hujan reda, lalu kita lanjutkan perjalanan."

Maya mengangguk meski hati nya masih gelisah.

---

Di dalam gua, mereka membuka kembali buku itu. Arka menyalakan lentera agar mereka bisa membaca dengan jelas. Di salah satu halaman, ada sebuah peta lain yang lebih detail, menunjukkan lokasi lokasi yang tersebar di seluruh wilayah.

"Ini seperti jaringan," kata Arka sambil menunjuk garis garis yang menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lain. "Mungkin semua tempat ini terhubung dengan rahasia keluarga kita."

Maya memperhatikan dengan seksama. "Kalau gitu, tempat yang kita temukan tadi cuma permulaan."

Arka mengangguk. "Dan aku rasa ini jauh lebih besar dari yang kita bayangkan."

Tiba-tiba, liontin emas yang mereka ambil dari peti di bawah pohon besar mulai bersinar samar di dalam tas Maya.

"Arka, lihat ini!" Maya mengeluarkan liontin itu, memperlihatkan nya kepada Arka.

Cahaya dari liontin itu semakin terang, seolah merespons sesuatu. Maya memegang nya dengan hati hati.

"Kamu pikir ini semacam penunjuk jalan?" tanya Maya.

"Atau kunci," jawab Arka sambil mengamati liontin itu. "Tapi aku nggak tahu bagaimana cara kerja nya."

Sebelum mereka bisa berpikir lebih jauh, suara langkah berat itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat dari sebelum nya.

Maya menoleh dengan panik. "Arka, dia menemukan kita!"

Arka memadamkan lentera, membuat gua itu tenggelam dalam kegelapan. Mereka berdua menahan napas, berharap makhluk itu tidak menemukan tempat persembunyian mereka.

Suara langkah itu semakin mendekat, hingga akhir nya berhenti tepat di depan gua.

Maya mencengkeram lengan Arka, matanya terpejam erat. Di luar, terdengar suara napas berat, diselingi suara geraman rendah.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti selama nya, suara itu perlahan menjauh, meninggalkan mereka dalam keheningan.

Maya menghembus kan napas lega, tapi tubuhnya masih gemetar. "Apa itu tadi?"

"Aku nggak tahu," jawab Arka pelan. "Tapi aku yakin, itu bukan makhluk biasa."

Maya menatap liontin di tangan nya, yang kini kembali redup. "Arka, kita harus segera mencari tahu apa ini sebelum semua nya semakin buruk."

---

Keesokan pagi nya, hujan berhenti, dan mereka melanjutkan perjalanan. Peta dalam buku itu menunjukkan bahwa lokasi berikut nya berada di sebuah dataran tinggi yang hanya bisa dicapai dengan mendaki tebing curam.

Perjalanan mendaki itu tidak mudah, terutama bagi Arka yang masih merasakan sakit di lutut nya. Tapi dengan bantuan Maya, mereka berhasil mencapai puncak sebelum matahari terbenam.

Di atas dataran tinggi itu, mereka menemukan sebuah altar batu yang dikelilingi oleh lingkaran pilar pilar kuno.

"Ini pasti tempat nya," kata Arka sambil mendekati altar itu.

Maya mengamati sekeliling, merasa tidak nyaman. "Kamu nggak merasa tempat ini... terasa terlalu tenang?"

Sebelum Arka sempat menjawab, liontin di tangan Maya kembali bersinar terang. Cahaya itu memancar ke arah altar, seolah menunjukkan sesuatu.

Arka mengikuti arah cahaya itu dan menemukan sebuah celah kecil di altar batu. "Maya, coba bawa liontin nya ke sini."

Maya mendekat dan memasukkan liontin itu ke dalam celah. Begitu liontin itu masuk, terdengar suara gemuruh, dan altar itu mulai bergerak, membuka pintu menuju ruangan bawah tanah.

Maya melangkah mundur, wajah nya penuh ketakutan. "Arka, apa kita benar benar harus masuk ke sana?"

Arka menatap Maya, lalu menatap pintu itu. "Kita nggak punya pilihan. Ini mungkin satu satu nya cara untuk memahami semua nya."

Maya terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Tapi kali ini, kita harus benar-benar hati-hati."

Dengan lentera yang menyala, mereka masuk ke dalam ruangan bawah tanah itu, tidak tahu apa yang akan mereka temukan di dalam nya.

Dan untuk pertama kalinya, Arka merasa bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.

---

Bersambung...

1
SAF.A.NAPIT
bagus banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!