NovelToon NovelToon
Trapped In Forbidden Desire

Trapped In Forbidden Desire

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Mutzaquarius

Axeline tumbuh dengan perasaan yang tidak terelakkan pada kakak sepupunya sendiri, Keynan. Namun, kebersamaan mereka terputus saat Keynan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

Lima tahun berlalu, tapi tidak membuat perasaan Axeline berubah. Tapi, saat Keynan kembali, ia bukan lagi sosok yang sama. Sikapnya dingin, seolah memberi jarak di antara mereka.

Namun, semua berubah saat sebuah insiden membuat mereka terjebak dalam hubungan yang tidak seharusnya terjadi.

Sikap Keynan membuat Axeline memilih untuk menjauh, dan menjaga jarak dengan Keynan. Terlebih saat tahu, Keynan mempunyai kekasih. Dia ingin melupakan segalanya, tanpa mencari tahu kebenarannya, tanpa menyadari fakta yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Axeline melempar tasnya ke tempat tidur begitu saja. Langkahnya terasa berat saat ia berjalan menuju tempat tidur, lalu membiarkan tubuhnya jatuh begitu saja di atasnya. Ia menatap langit-langit dengan napas yang masih sedikit bergetar sebelum akhirnya menghela napas panjang.

"Aku lelah sekali," gumamnya lirih.

Kelopak matanya perlahan terpejam, berharap bisa mengistirahatkan pikirannya meski sejenak. Namun, belum sempat benar-benar terlelap, suara ponselnya berdering, memecah keheningan. Axeline mengerjap malas, enggan membuka mata.

"Siapa yang menelepon malam-malam begini?" gerutunya pelan.

Dengan enggan, ia menarik tali tasnya agar lebih dekat, lalu merogoh ke dalam tas untuk mengambil ponselnya. Namun, saat matanya menangkap nama yang tertera di layar, tubuhnya langsung menegang.

Jemarinya menggenggam erat ponsel, tapi ia tidak segera menjawab. Sebaliknya, ia memejamkan mata dan membiarkan panggilan itu berlalu begitu saja. Namun, si penelepon tampaknya tidak berniat berhenti. Dering ponselnya kembali memenuhi ruangan, membuat Axeline mendesah kesal.

Dengan gerakan cepat, ia menekan tombol tolak panggilan dan membalikkan tubuhnya, kembali mencoba untuk tidur. Namun kali ini, suara notifikasi pesan masuk terdengar menggema di kamarnya yang sunyi.

Axeline mengerutkan kening dan perlahan mengangkat ponselnya. Begitu membaca isi pesannya, gerakan tangannya terhenti sejenak.

"Angkat!"

Satu kata. Singkat, tapi cukup untuk membuatnya terdiam.

Ponselnya kembali berdering. Kali ini, Axeline tidak punya pilihan selain menjawabnya. Dengan enggan, ia menekan tombol hijau dan membawa ponsel ke telinganya.

"Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi. Suaranya terdengar dingin, nyaris tanpa emosi.

Dari seberang, suara Keynan terdengar jelas, sedikit tajam. "Kenapa kau tidak mengangkat telepon dariku, hah?"

Axeline tertawa kecil, namun tidak ada kehangatan dalam tawanya. Ia tidak berniat menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting.

"Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, aku tutup teleponnya."

Namun, sebelum ia sempat melakukannya, suara Keynan kembali terdengar, lebih cepat dari gerak jarinya.

"Dia hanya teman, tidak lebih."

Axeline terdiam sejenak. Tapi kemudian, senyum sinis terukir di wajahnya, diikuti dengan tawa pelan.

"Astaga, Kak," nada suara Axeline terdengar penuh sarkasme. "Kenapa kau harus mengatakan hal itu padaku, hah? Apa kau pikir aku peduli?"

Suasana hening sejenak setelah itu. Namun, di dalam dadanya, Axeline bisa merasakan sesuatu yang kembali menggores luka yang sudah susah payah ia tutupi.

Axeline menekan ponselnya lebih erat, berusaha menjaga nada suaranya tetap datar meski hatinya terasa sesak. "Mau dia kekasihmu atau bukan, aku tidak peduli. Jadi, kau tidak perlu repot-repot menjelaskannya padaku," ujarnya dengan nada dingin.

Di seberang telepon, Keynan terdengar menghela napas berat, seolah menimbang-nimbang kata-kata yang ingin ia ucapkan, hingga akhirnya ia berkata, "Baiklah, besok aku akan datang menjemputmu."

Axeline langsung menepis tawaran itu tanpa ragu. "Tidak perlu. Aku bisa berangkat ke kantor sendiri. Lagipula, aku tidak mau diperlakukan istimewa saat aku magang di sana."

"Tapi ..."

"Sudahlah, Kak. Jangan menggangguku lagi. Aku mau tidur." Tanpa menunggu jawaban, Axeline langsung memutus sambungan telepon. Tangannya masih menggenggam erat ponsel, jari-jarinya sedikit gemetar. Sejenak, dia hanya menatap layar yang kini gelap, sebelum akhirnya memejamkan mata dan menarik napas panjang, menahan gelombang emosi yang hampir pecah.

"Cukup, Axeline. Kau harus bisa melupakan perasaanmu," gumamnya lirih pada dirinya sendiri. Tapi, sekeras apa pun ia mencoba, hatinya tetap terasa berat.

Tidak jauh berbeda dengan Axeline, Keynan juga merasakan hal yang sama. Ia ingin melupakan perasaan yang seharusnya tidak pernah ada. Namun, semakin ia berusaha menekan rasa itu, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya. Terlebih setelah malam itu, malam panjang yang mengubah segalanya.

Sebuah kesalahan yang fatal, yang tidak termaafkan.

"Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" umpat Keynan. Ia mengusap wajahnya dengan frustrasi, lalu duduk di tepi tempat tidur, tubuhnya terasa berat oleh beban yang tidak bisa ia bagi pada siapa pun. Namun, sebelum ia bisa tenggelam dalam pikirannya, suara ketukan di pintu membuatnya tersentak.

"Keynan!" panggil suara yang begitu ia kenal.

Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya beranjak dan membuka pintu dengan enggan. "Ada apa, Mom?" tanyanya malas.

"Ada apa kau bilang?" Nada Nayya terdengar kesal. "Agnes ada di bawah, tapi kau justru meninggalkannya begitu saja."

Keynan mendesah kasar. "Suruh dia pulang saja, Mom. Aku mau istirahat." Tanpa menunggu reaksi dari ibunya, ia langsung menutup pintu dan menguncinya.

"Astaga, anak ini," gerutu Nayya sebelum akhirnya melangkah pergi untuk menemui Agnes.

Keynan kembali ke tempat tidur, merebahkan tubuhnya yang lelah, tapi pikirannya terus berputar. Dengan gerakan perlahan, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin kecil yang pernah ia berikan pada Axeline.

Ia menatapnya lama, sebelum meraih satu lagi kalung yang tergantung di lehernya dengan Liontin yang sama.

Perlahan, ia menyatukan keduanya. Dua potongan yang membentuk satu hati yang utuh.

"Dulu, aku tidak pernah memikirkan akibat dari perasaan yang aku rasakan. Aku hanya membiarkannya ada dan tumbuh diam-diam tanpa pernah berani mengakuinya. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda karena aku mulai mengerti."

"Itu sebabnya aku memilih untuk menghindar," bisiknya pada diri sendiri. "Tapi semuanya menjadi runyam setelah kita ..."

Keynan tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Hanya genggaman tangannya yang semakin erat pada liontin itu, seolah berharap bisa menghentikan waktu dan menghapus segala konsekuensi dari perasaan yang seharusnya tidak ada.

Di sisi lain, dengan sedikit rasa tidak enak, Nayya mencoba mencari cara untuk menyampaikan sesuatu yang mungkin tidak ingin didengar oleh Agnes.

Nayya berdeham pelan setelah kembali duduk di depan Agnes dan berkata, "maaf, Agnes. Sepertinya Keynan sangat lelah dan tidak ingin diganggu. Jadi, mungkin lebih baik kau kembali lagi besok," ucap Nayya dengan nada sehalus mungkin.

Agnes, yang sejak tadi duduk dengan tenang, langsung bersiap untuk bangkit. "Oh, kalau begitu biar aku lihat, Aunty," ucapnya, berniat menuju kamar Keynan.

Namun, Nayya buru-buru menahannya sebelum ia sempat bergerak lebih jauh. "Dia sudah tidur," ucapnya cepat. "Lagipula, tidak baik seorang wanita masuk ke kamar pria. Lebih baik kau pulang dulu saja. Kalian masih bisa bertemu besok."

Agnes terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan kata-kata itu. Matanya tampak meneliti wajah Nayya, mencari sesuatu, sebelum akhirnya dia tersenyum dan mengangguk setuju.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan menemuinya lagi besok," ujarnya santai. Tanpa berkata lebih banyak, ia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.

Nayya memperhatikannya hingga sosok Agnes menghilang dari pandangan. Ada sesuatu dalam sikap wanita itu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Perlahan, ia menghela napas dan menggeleng pelan sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya.

"Entahlah, aku jadi tidak yakin dengan wanita itu. Tapi, aku merasa ada sesuatu antara Keynan dan Axeline. Atau, semua hanya perasaanku saja?" gumamnya lirih, sebelum akhirnya masuk ke kamarnya sendiri, mencoba mengusir perasaan risih dengan sikap Agnes dan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul di hatinya setelah melihat gelagat aneh Keynan dan Axeline.

1
+62 88
berapa episot lagi buat dia ga waras? 😒
Nar Sih
jdi laki,,yg tegas keynan jgn grgr ancaman dri agnes kmu jdi lembek ,
Miya Gelliant Troufella
sama-sama kak author. semangat lanjutt
jaran goyang
𝙖𝙦 𝙨𝙠𝙞𝙥... 𝙠𝙧𝙣 𝙖𝙦 𝙜𝙠 𝙨𝙠... 𝙡𝙠𝙞 𝙡𝙤𝙣𝙜𝙤𝙧.... 𝙜𝙠 𝙠𝙚𝙟𝙖𝙢.... 𝙖𝙖 𝙮𝙜 𝙨𝙠
jaran goyang
𝙟𝙖𝙡𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙠𝙨𝙞
jaran goyang
𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙖𝙪 𝙥𝙚𝙣𝙜𝙚𝙘𝙪𝙩
jaran goyang
𝙖𝙦 𝙟𝙞𝙟𝙞𝙠 𝙡𝙞𝙖𝙩 𝙠𝙖𝙪... 𝙡𝙠𝙞 𝙡𝙚𝙢𝙤𝙩... 𝙜𝙠 𝙩𝙩𝙥 𝙨𝙢 𝙥𝙣𝙙𝙧𝙞𝙖𝙣
Fitri Yani
goblok lu Ken,cm karna vidio disebarkan kamu menyakiti hati perempuan blain, harusnya kamu cepetan jujur Ama orang tuamu biar si Agnes mati kutu misinya GX berhasil, ntar giliran axelin pergi jauh baru tahu rasa lo
jaran goyang
𝙖𝙦 𝙨𝙠𝙞𝙥
Miya Gelliant Troufella
👍👍
Nar Sih
emang kmu itu pengecut keynan ,harus nya kmu jujur pada org tua mu juga org tua alin bukan marah,,ngk jls🤣🤣
+62 88
tingkat gila 10%
Nindyaputri Pangestika
pengecut
+62 88
😒 hoser
axm
ah percuma keynan ama agnes aja takut gak gentle ah ,siap2 menyesal aja keynan kl masih pengecut/Facepalm/
Nar Sih
semakin ngk ngerti dgn sikap keynan semakin ngk jls
✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ: Dia itu, anu. Egois, Pengen enaknya sendiri /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
akhirnya xelin pergi eh ngak tau nya hamil ya kan..🤭🤭
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira: hahaha...boleh juga tu
✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ: Kalau gagal, tinggal coba lagi/Facepalm/
total 4 replies
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
pengen gigit keynan boleh ngak sih gerget banget aku tuh....
✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ: Brakot aja, bunda/Determined/
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira: iya kan kk biar kapok dia ihh gerget nya aku
total 3 replies
+62 88
beneran al pengen keynan gila.. ☺️
+62 88: kaya ga ada ahlak 😭
✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ: Gila, tapi kaya. Hmmm🤔🤔🤔
total 2 replies
Nar Sih
keseelllll🤣🤣dgn keynan yg nyebelin ...enk bnr mainin hti alin seperti pepatah udah manis sepah di buang ,dan lelaki yg seperti itu bagus nya di gantung saja /Sob/
✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ: Eman, dia kaya, lho/Facepalm/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!