Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
"Apa kamu yakin tidak ingin menikah?"
"Sekarang apa gunanya aku mengatakan bersedia atau tidaknya?" pedang menekan lehernya. "Ayah, aku akan menikah. Asal ayah menepati janji memasukkan Xiao Wei ke silsilah keluarga Xiao. Jika janji itu tidak di tepati. Meskipun aku mati. Aku akan tetap menyeret seluruh keluarga Xiao dalam kesengsaraan," menatap penuh amarah di dalam dirinya.
Tuan besar Xiao Tang menarik pedang yang ia todongkan ke leher putri ketiganya. "Pelayan," berteriak kuat. Para pelayan wanita berdatangan masuk ke dalam kamar. "Bantu pengantin wanita bersiap." Dia pergi begitu saja meninggalkan kamar Nona ketiga Xiao Xinyi.
Gadis di lantai itu di bantu para pelayan untuk bangun. Dia di arahkan duduk di depan cermin besar di kamarnya. Sebagai putri ketiga di keluarga Xiao gadis itu harus selalu patuh terhadap perintah ayahnya.
Membutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan riasan juga menata gaun pengantin agar terlihat rapi juga pas di tubuh Xiao Xinyi. Gadis itu hanya bisa pasrah dengan semua pengaturan ayahnya untuk masa depannya.
"Nona muda, kereta pengantin telah tiba. Sudah waktunya anda keluar," suara pelayan wanita dari arah luar kamar terdengar.
Di bantu dua pelayan di kedua sisi Xiao Xinyi berjalan perlahan. Gaun pengantin menjuntai dari pundak jatuh ke lantai. Tudung kepala di kenakan kepada pengantin wanita. Dia bergerak perlahan keluar dari kamarnya di tuntun ke arah aula depan. Keramaian terdengar saling bersautan membuat iringan musik kebahagiaan.
"Biar aku saja," Nyonya Xiao mendekat mengantikan pelayan yang menggandeng tangan Xiao Xinyi. Dia mendekatkan wajahnya, "Xinyi, hutang budi ini akan aku bayar di kemudian hari."
Wanita itu berbisik sangat pelan.
Senyuman tipis penuh kecewa terlintas di wajah pengantin wanita. Langkahnya terhenti di saat kedua tangan kecil menyentuh gaunnya. Dia melihat kearah bawah. Sepatu yang di kenakan adiknya ia sulam dengan kedua tangannya sendiri. Air matanya menetes.
"Kakak, kakak," Tuan muda ke empat Xiao Wei berusaha untuk menahan kakak perempuannya agar tidak pergi.
"Apa yang kalian lakukan. Cepat bawa Tuan muda keempat pergi," Nyonya Xiao menatap kesal kearah para pelayan.
"Baik," dua pelayan berusaha untuk membawa Tuan muda keempat pergi dari aula depan. Tapi dia terus memberontak tanpa henti.
Tuan Xiao Tang sudah menatap tajam dari kejauhan. Saat dia ingin berjalan mendekat. Dia menghentikan langkahnya karena Putri ketiganya telah berhasil menenangkan adiknya.
Sebaliknya Xiao Xinyi memeluk adiknya sangat erat dan melepaskan di menit berikutnya. "Ibu kita pergi."
Nyonya Xiao mengandeng putrinya keluar dari kediaman naik ke atas kereta pengantin.
"Berangkat," teriak seorang wanita tua pelaksana pernikahan. Rombongan berangkat di saat waktu menunjukkan pukul dua siang.
Membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk dapat sampai di kediaman Adipati Ling Yun. Keramaian terlihat sepanjang jalan. Kebanyakan orang akan berhenti melihat arak-arakan pernikahan sebelum melanjutkan perjalanan mereka kembali.
Kediaman megah di pinggiran kota telah di hiasi warna merah. Di atas pintu masuk kediaman terdapat pelakat nama yang tergantung 'Adipati Ling Yun'. Di depan kediaman sudah ada banyak orang yang datang menyambut pengantin wanita.
"Nona anda bisa keluar sekarang," suara wanita tua penyelenggara pernikahan berbisik pelan di balik jendela luar.
Pengantin wanita keluar di bantu dua pelayan wanita. Dengan sangat hati-hati gaun pengantin di rapikan kembali saat kedua kaki telah menginjak tanah. Pengantin wanita di tuntun masuk ke dalam kediaman tepat di depan aula utama. Saat upacara akan di mulai semua orang masih harus menunggu kedatangan pengantin pria. Tapi sudah lewat satu jam pengantin pria masih belum datang. Semua orang sudah memandang ke arah pintu masuk dengan sangat cemas.
Namun bagi Xiao Xinyi, semua tidak ada bedanya. Entah pernikahan bisa di langsungkan atau tidak dia tetaplah putri yang telah di nikahkan. Di saat kakinya sudah melangkah masuk ke dalam kediaman ada atau tidaknya prosesi pernikahan. Dia secara resmi menjadi keluarga Ling.
Eskpresi takut di wajah semua orang kini menjadi lega. Pengantin pria datang dengan jubah pernikahan.
"Waktu yang baik telah tiba."
Prosesi sakral pernikahan di langsungkan kurang dari setengah jam. Pengantin wanita di arahkan ke kamar pengantin setelah pernikahan selesai. Saat malam hari hanya tinggal menunggu pesta pernikahan untuk semua kerabat yang datang.
Nyonya besar Ling berusaha untuk menyapa semua tamu dengan sangat baik. Begitu juga Nyonya tua Ling nenek dari pengantin pria. Di keluarga Ling hanya ada satu cucu yaitu Adipati Ling Yun atau lebih di kenal Tuan muda Yichen. Karena banyaknya kabar buruk yang beredar tentang Adipati Ling Yun. Di usianya yang mencapai dua puluh delapan tahun dia masih belum memiliki istri. Ibu dan neneknya selalu mencarikan gadis yang pas juga baik dari segi perilaku juga penampilan. Namun kebanyakan dari mereka akan kabur ketakutan melihat pandangan mata Adipati Ling Yun yang selalu dingin juga tajam.
Kekejaman dalam mengintrogasi penjahat membuat dirinya di juluki iblis berwajah giok.
Di dalam kamar pengantin Xiao Xinyi berusaha mengintip kearah luar tudungnya. Dia hanya berharap untuk beberapa saat tidak akan ada orang yang masuk ke dalam kamar. Rasa lapar sudah menyerang perutnya. Dia tidak dapat menahannya lagi. Dua hari dalam kurungan kamar di bawah kendali ayahnya gadis itu tidak mendapatkan makanan.
Di saat dia melihat keadaan aman, dia bangkit perlahan menuju ke kursi di bagian tengah ruangan. Di meja sudah ada beberapa macam kue juga buah. Dia memakannya tanpa menunggu lagi. Yang penting perutnya terisi baru kembali duduk tenang menunggu suaminya datang.
Dari arah depan suara langkah kaki mendekat perlahan. Langkahnya kuat juga penuh hentakan.
"Adipati," dua pelayan di depan pintu langsung pergi setelah Adipati Ling Yun datang.
Xiao Xinyi berlari menyeret gaun pernikahan. Dia duduk membenarkan kembali tudung pernikahannya. Remah kue di dalam mulutnya di kunyah lebih cepat dan di telan begitu saja.
Krekkk...
Pintu kamar di buka.
Langkah kaki mendekat dan tudung di atas kepala Xiao Xinyi di lepaskan. Gadis itu menatap wajah tampan suaminya. Namun tatapan pria di depannya sangat tajam dan dingin.
Pria itu langsung bergerak menuju ke arah meja. Mengambil dua cangkir berisi anggur pernikahan. Dia mendekat kembali ke arah istrinya memberikan cangkir di tangan kirinya. Setelah mereka meminumnya, pria itu justru berjalan pergi meninggalkan kamar pengantin.
Xiao Xinyi menghela nafas lega. "Ini lebih baik," dia merebahkan tubuhnya kearah tempat tidur. Hiasan di atas kepalanya terasa sangat berat bahkan gaun pengantin yang ia kenakan seperti batu besar yang menekan tubuhnya.
Dia memejamkan kedua matanya tertidur lelap hingga pagi tiba.