Hanzel Faihan Awal tak menyangka jika pesona janda cantik penjual kue keliling membuat dia jatuh hati, dia bahkan rela berpura-pura menjadi pria miskin agar bisa menikahi wanita itu.
"Menikahlah denganku, Mbak. Aku jamin akan berusaha untuk membahagiakan kamu," ujar Han.
"Memangnya kamu mampu membiayai aku dan juga anakku? Kamu hanya seorang pengantar kue loh!" ujar Sahira.
"Insya Allah mampu, kan' ada Allah yang ngasih rezeky."
Akankah Han diterima oleh Sahira?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih bintang lima sama koment yang membangun kalau suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BTMJ2 Bab 1 1
Dion kini merasa bingung bagaimana caranya untuk mengambil Cia dari Sahira, Karena wanita itu kini sudah mempunyai Hanzel yang akan melindungi. Dion ini sudah tahu siapa Hanzel, cucu Aksa Pramudya, orang terkaya di ibu kota.
"Ck! Gue harus apa? Apa pura-pura deketin Cia aja ya dia sekolah?"
Dion berpikir dengan begitu keras, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sekolahan Cia. Namun, saat dia tiba di sana ternyata Cia sudah dipindahkan ke sekolah internasional.
Sepertinya Hanzel bukan hanya ingin menjamin Sahira saja, tetapi pria itu juga ingin menjamin kehidupan Cia. Ingin memanjakan Sahira dan juga Cia dengan kekuasaan yang brondong tajir itu punya.
"Oke! Gue gak boleh nyerah, gue harus ketemu Cia."
Dion akhirnya pergi ke sekolah internasional, saat istirahat tiba, dia minta izin untuk bertemu dengan Cia. Tentunya awalnya dia kesusahan, tetap setelah mengatakan kalau dia ayah kandungnya, barulah dia mendapatkan izin.
Di sinilah Dion dan juga Cia sekarang, di sebuah taman yang ada di belakang sekolah. Keduanya nampak duduk berdampingan, tetapi masih ada jarak di antara keduanya.
"Cia, Daddy minta maaf. Daddy datang untuk berdamai dengan kamu," ujar Dion mengawali pembicaraan.
Cia langsung menolehkan wajahnya ke arah ayahnya, dia tak menyangka jika setelah dia mendapatkan banyak keluarga, ayahnya juga datang dan mengakui dirinya.
Padahal, dulu Cia begitu Ingin punya sosok seorang ayah, tetapi dia tidak pernah mendapatkannya. Dia ingin sekali merengek kepada ibunya, tetapi hal itu tidak dia lakukan karena takut membuat Sahira bersedih.
"Sudah Cia maafkan, soalnya kata Ibu nggak boleh benci sama orang."
Rasanya kesal melihat pria itu datang dan ingin berdamai dengan dirinya, karena dulu di saat dia susah bersama dengan ibunya, pria itu tak pernah datang sama sekali.
Namun, jika mengingat apa yang dikatakan oleh ibunya, Cia menepis rasa kesal itu dan berusaha untuk memaafkan ayah kandungnya itu.
"Good! Kalau gitu, Cia mau kan' tinggal bareng sama Daddy?"
Cia dengan cepat menggelengkan kepalanya, mana mungkin dia akan tinggal bersama dengan seorang pria yang baru menemui dirinya itu.
Walaupun orang itu berkata kalau pria itu adalah ayah kandungnya, walaupun tanpa tes DNA dia yakin kalau pria itu adalah ayah kandungnya, tetapi dia tidak bisa begitu saja ikut dengan pria itu tanpa memedulikan perasaan ibunya.
"Maaf, kalau untuk itu Cia gak bisa. Nanti ibu sedih gak ada Cia," jawab anak itu dengan polos.
Dion paham kenapa anak itu tidak bisa langsung menerima dirinya, Karena itu adalah kesalahannya sendiri. Namun, dia harus berusaha untuk memenangkan hati anak kecil itu.
"Tapi, Sayang. Sebentar lagi ibu kamu akan menikah, dia pasti akan punya anak lagi. Sedangkan ayah tak bisa punya anak, kamu tinggal sama Daddy aja. Daddy janji bakal bahagiain kamu," ujar Dion.
"Cia tahu ibu akan nikah, tapi Cia akan lebih nyaman kalau Cia tinggal sama ibu dan juga ayah Han."
"Apa? Kamu panggil dia ayah?"
"Yes, Daddy. Dia ayahnya Cia, dia pria baik yang mau mengakui Cia sebagai anaknya. Dia pria baik yang mau memanjakan Cia, gak seperti Daddy."
"Maaf, Sayang. Tapi, sungguh Daddy minta maaf, tinggal sama Daddy ya?"
"Maaf, gak bisa."
"Tapi, Sayang. Daddy adalah ayah kandung kamu, Daddy janji akan berusaha untuk menyayangi kamu dan mengabulkan apa pun yang kamu inginkan."
"Pertama Cia ucapkan terima kasih, karena walaupun awalnya Daddy tak mengakui Cia sebagai putri Daddy, tapi kalau tak ada Daddy, Cia tak mungkin ada. Kedua, tolong jangan ganggu Cia lagi. Karena Cia gak akan mau tinggal sama Daddy," ujar anak itu dengan tegas.
"Cia, Sayang. Tak adakah kesempatan untuk kita tinggal bersama?"
"No! Cia mau tinggal sama ibu dan ayah Han, permisi. Waktu istirahat sudah habis," ujar Cia yang langsung meninggalkan ayahnya.
Dion sampai melongo dibuatnya, karena anak kecil itu tidak bisa dia rayu dengan mudah. Dia merasa kalau anak itu benar-benar dewasa sebelum waktunya.
"Ck! Kenapa begitu susah menaklukkan hati anak ini?"
Walaupun Cia dididik dengan sangat baik oleh Sahira, tetapi tetap saja dia kesal saat melihat wajah Dion. Wajah itu begitu mirip dengan dirinya, tetapi sayangnya orang itu pernah menolak kehadirannya bahkan saat masih berada di dalam kandungan ibunya.
"Cia gak mungkin tinggal sama orang itu, ibu pasti sedih." Anak itu berlalu tanpa menolehkan wajahnya sama sekali ke arah Dion.