Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Toko Roti.
Raeba,tak mengindahkan ucapan Rain karena gadis itu belum memikirkan sampai kesana. Ia,lebih memilih untuk diam dan kemudian beristirahat.
Keesokan harinya. Raeba, mendapatkan surat dari Zagra Narous—bahwa Dia dan Leader sudah menemukan kesimpulan dari pengintaian terhadap Nona Dalvisa Alacane Zaken. Ternyata gadis itu hanyalah perantara untuk melancarkan rencana dari pengikut ilmu hitam yang kini kembali mencari target mereka.
Rain, tertawa sumbang. Wajah tampannya kini di dominasi oleh rasa kekecewaan, kemarahan,dan juga merasa sangat tidak senang dengan berita yang di terimanya.
"Apa kau akan menemui gadis itu malam ini?"Rain, menatap Raeba yang kini juga menatapnya dari sofa seberang.
"Hem. Aku yakin dia tidak akan bisa mengelak lagi malam ini,kita harus paksa gadis itu untuk mengatakan siapa pemimpinnya." Angguk Raeba dengan suara datar. Wajahnya jauh lebih datar dari sebelumnya saat ia mengingat bagaimana keadaan dua remaja laki-laki yang berhasil di selamatkan dari dalam Gua.
"ya! Aku akan menemanimu ke markas,Zagra Narous. Sore nanti sebelum matahari terbenam sepenuhnya kita sudah harus sampai di alun-alun kota. Meminimalisir terjadinya penyerangan di jalanan tengah hutan." Seru Rain,meminum teh hangatnya hingga habis dan segera melangkah menuju kamarnya.
"Terserah kau saja." Jawab Raeba setelah rain hampir menghilang dari pandangannya.
•••
Ruyika, yang kini berjalan di alun-alun kerajaan Gaperals,dengan dua pelayan wanita yang berada di sisi kanan dan sisi kirinya,tak menampilkan ekspresi sama sekali. Wajahnya lebih dominan datar dan dingin.
Semenjak beberapa hari yang lalu, setelah ia mendapati sebuah minuman berisi racun di dalam poci teh dalam ruangan kamarnya. Ruyika, tidak lagi banyak menampilkan senyuman manisnya, kecuali di hadapan Baginda Raja Khargan dan Baginda Ratu Sagima,dan Putra Mahkota Khairan beserta Putri Khairaya.
"Putri? Apa Anda ingin membeli sesuatu di toko pakaian?" Malisa, menawarkan dengan suara lembut,sambil terus berjalan pelan tanpa berhenti terlebih dahulu, karena Ruyika,tidak berhenti semenjak mereka keluar dari dalam paviliun,bahkan sudah empat jam lamanya.
"Tidak!" Sahutnya dengan suara datar, membuat Malisa menelan pahit air liurnya. Sebab sudah beberapa hari ini Junjungannya tidak banyak berbicara, untuk sekedar menjawab saja sepertinya Ruyika sangat enggan.
Malisa,dengan cepat mengangguk tanpa ingin bertanya lagi, Dia cukup trauma dengan perubahan sikap junjungannya.
Vena, hanya tersenyum tipis, tatapannya lurus ke depan, sesekali memperhatikan gerakan tangan Ruyika yang memberinya kode agar tetap waspada. Meskipun kini tiga orang prajurit yang tengah menyamar sebagai pelindung mereka, tetapi itu tidak akan cukup jika seseorang datang menyerang secara tiba-tiba.
Ruyika, menggunakan gaun biru muda dengan sedikit corak, terlihat sangat sederhana tapi cukup elegan. Rambut pirang keemasannya sengaja di gerai lepas membuatnya terlihat jauh lebih anggun.
Wajahnya, di tutupi cadar tipis begitu juga dengan Vena, kecuali Malisa, wanita itu memakai pakaian jauh lebih sederhana dari Ruyika dengan warna Pink.
Dari kejauhan seseorang tengah mengamati dengan seksama,kemana arah Ruyika dan kedua pelayannya melangkah. Akhirnya mereka masuk ke sebuah toko roti yang cukup ramai pengunjungnya.
Ketiganya duduk di sebuah meja panjang yang tidak hanya diisi oleh mereka saja,ada enam sampai delapan orang gadis bangsawan yang ikut duduk semeja dengan mereka.
"Nona, Ruyika? Anda tidak apa-apa kan?" Vena, berbisik kepadanya saat melihat kegundahan di hati Nonanya.
"Hem. Tetaplah berhati-hati, Vena! Tempat ini di kelilingi oleh orang-orang kaya dan para bangsawan." Jawabnya, memperingati Vena agar lebih berhati-hati lagi.
Seorang gadis bergaun abu-abu terang kini tengah berkacak pinggang di belakang Ruyika sambil menatap penuh amarah ke arahnya.
"Hei..kau? Lihat! Apa yang kau lakukan dengan saus sambal itu,heh? Kau membuat gaunku menjadi kotor!" Teriaknya dengan keras sehingga Ruyika dengan cepat berdiri dan membalikkan tubuhnya,melihat ke arah gadis bergaun abu-abu terang yang kini menunjuk ke arahnya dengan tangan kirinya.
Dua detik mata Ruyika menatap gadis itu,dan kini ia mengalihkan pandangannya pada bangku yang baru saja menjadi tempat ia duduk.
'Ck. Drama apa lagi ini?' Batinnya menghembuskan napas kasar.
'Astaga, Nona? Siapa yang telah melakukan semua ini?' Malisa, ternganga lebar dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Hei.. Kenapa kau hanya diam saja? Jangan-jangan kau sengaja melakukan semua ini,ya?" Bengisnya semakin garang. Tidak ingin kalah gadis itu maju dan menampar pipi,Ruyika.
Dengan pipi tertoleh ke samping,dan warna pink muda membekas di wajahnya. Namun tidak ada yang menyadari semua itu. "Ka-kau!" pekiknya dengan suara melengking.
Toko roti yang tadinya damai,kini riuh suara bisik dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Kira-kira siapa yang salah?"
"Aku rasa nona bergaun Biru muda itu tidak sengaja melakukan semua itu."
"Bisa saja gadis bergaun abu-abu terang itu yang sengaja mencari masalah dengan berpura-pura menyirami gaunnya dengan saus sambal itu kemudian meletakkan di bawah tempat duduk gadis gaun biru muda."
Banyak orang berasumsi bahwa gadis itu hanyalah berpura-pura. Tapi banyak juga yang membelanya.
Gadis abu-abu terang itu memegang pipinya yang memerah, sedangkan Ruyika tersenyum miring di balik cadar tipisnya.
"Oh, maaf Nona Gisua. Saya tidak bermaksud untuk menampar Anda! Tapi karena tangan anda yang hampir mengenai wajah Saya, Saya dengan reflek bergerak." Ucap Ruyika dengan suara datar tenang dan santai. Tidak terpancing emosi sama sekali.
"Apa? Tidak bermaksud? Kau sungguh keterlaluan,dasar gadis JALA*G." Maki,Gisua yang kini merasa terpojokkan oleh kata-kata Ruyika.
"Ohoo, begitukah. Kalau begitu saya minta maaf, Nona Gisua,saya benar-benar tidak bermaksud untuk mengotori gaun Anda." Ruyika, tiba-tiba berlutut di hadapan Gisua, menautkan kedua tangannya di depan kepala,dan berpura-pura menyesal.
Kini semua mata terfokus pada apa yang di lakukan oleh Ruyika, mereka menggeleng dengan penuh rasa iba.
"Hei, Nona? Bukankah Nona itu sudah meminta maaf kepada Anda? Apalagi dengan berlutut seperti itu,saya rasa kesalahannya tidak begitu fatal,dan juga belum tau kebenarannya, harusnya Anda cukup bermurah hati untuk memaafkannya." Ucap salah satu gadis bangsawan yang kini berdiri tidak jauh dari Ruyika yang sedang berlutut dengan tersenyum puas.
"Tidak benar apanya? Apa kau tidak melihat bukti nyata di gaunku yang ternoda ini?" Kini Gisua tidak hanya marah kepada Ruyika, tetapi kepada gadis itu juga.
"Kami setuju dengan Nona Vamilia,apa yang Nona Gisua katakan cukup membuat kami semakin percaya bahwa anda tengah berpura-pura!"
"Iya,saya juga menyetujui perkataan, Nona Vamilia."
Bisik-bisik kembali terdengar, Gisua, yang merasa gagal menjatuhkan harga diri Ruyika di hadapan banyak pengunjung toko roti kini malah menjadikannya sebagai seseorang yang begitu pemurah hati dan lemah lembut.
"Lihat saja nanti! Aku pastikan kau bertekuk lutut di hadapanku!" Ucap Gisua dengan datar,menendang tangan Ruyika dan bergegas pergi ke luar dari dalam toko bersama pelayannya.
"Anda tidak apa-apa,Pu—"
"—Aku, baik-baik saja." Potong Ruyika saat Malisa hampir saja mengungkapkan identitas dirinya.
"Maafkan kami, Nona. Kami tadi sudah salah menuduh Anda." Ucap pengunjung yang kini hendak kembali ke bangku masing-masing.
"Tidak, apa-apa. Sebagai orang biasa kami sering mendapatkan tudingan seperti ini." Jawab Ruyika dengan lembut.
Selesai di toko roti,kini Ruyika, Vena dan Malisa kembali ke paviliun. Matahari yang sebentar lagi akan tenggelam, mereka harus cepat-cepat pulang,agar tidak terjadi masalah nanti.
"Jangan memanggilku Putri jika berada di luar paviliun dan istana,Malisa! Kau bisa membuatku jatuh ke dalam masalah besar nantinya." Peringatan Ruyika. Lagi-lagi gadis itu berbicara datar dan dingin,entah ini yang keberapa kalinya ia menasihati Malisa.