"Manusia tidak dapat dikalahkan selama ia masih percaya kepada dirinya sendiri"
Arya masih benar-benar tak percaya jika ia harus terseret ke dalam dunia berandal. Ia hanya ingin menjalankan kehidupannya dengan tenang dan damai di kota barunya.
Suatu hari ia mendapat masalah dengan salah satu pentolan Geng "Mandala" yang terkenal di sekolahnya. Namun karena bantuan dari seseorang, ia berhasil mengatasi pentolan Mandala yang mengakibatkan ia malah menjadi buronan kelompok-kelompok yang lebih besar. Lagi-lagi orang tersebut membantunya mengatasi gangster tersebut, merasa berhutang budi, ia akhirnya mengemban misi balas budi pada pemuda yang menolongnya membereskan permasalahan berandal di kota dan mengasah ilmu bela dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryuu Ajaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 : Kelompok Anti-Lotus II
"Sejak saat itu, mereka kemudian menghimpun pasukan dan mulai melakukan penyerangan kepada pihak Lotus" Kirana menutup ceritanya.
"Akhirnya, perseteruan itu benar-benar tak terelakkan lagi. Kedua kelompok benar-benar terlibat bentrok berkelanjutan di Sektor Timur dan Sektor Tengah. Kemudian merambat ke Sektor Barat dan Utara" Tukas Kirana.
"Lantas bagaimana Anthrax itu bisa dibubarkan dan dikalahkan" Timpal Arya.
Kirana melirik kearah Leon yang tampak acuh tak acuh, asyik dengan cemilan dan kue-kue kering buatan Kirana.
Arya mengangguk, paham akan isyarat yang diberikan oleh kakaknya.
"Oleh karena itu, pikirkan matang-matang sebelum masuk latihan" Kirana beranjak dari posisinya, dan melenggang menuju dapur.
Arya termangu mendengar cerita kakaknya tersebut. Tak pernah terbesit sekalipun di pikirannya bahwa organisasi besar seperti Lotus memiliki permusuhan dengan kelompok gangster.
"Senpai" Ucap Arya dengan nada rendah.
"Aku ingin mendengar langsung dari anda, kelanjutan kisah yang dibawakan kak Kiran tadi" Arya memasang wajah serius.
Leon perlahan menelan kue-kue yang tersumpal di mulutnya, dan mencoba mengingat-ingat kepingan memori kelam beberapa waktu lalu.
"Bentrok itu... Aku sudah agak lupa-lupa ingat. Yang jelas itu dimulai beberapa tahun yang lalu, setahun usai aku dan kakakmu disahkan" Jelas Leon.
"Dan bentrokan terus berlanjut hingga puncaknya kekalahan anthrax menghadapi ratusan Arus bawah Lotus di pusat Shouran" Sambungnya.
Arya sebenarnya masih belum puas dengan penjelasan Leon, oleh karenanya ia ingin mengungkap sendiri kejadian kelam tersebut.
"Begitu ya, terimakasih penjelasannya senpai" Pungkas Arya.
Leon hanya mengangguk, dan kembali berkutat pada kegiatan senam rahangnya, mengunyah makanan dari Kirana bersama Ian.
"perseteruan Anthrax dan Lotus, Apakah ada hubungannya dengan Ashura??"
...****************...
Flashback beberapa bulan yang lalu
Note : Ilustrasi pusat kota Shouran
Pusat kota Shouran dihiasi gedung-gedung tinggi yang menantang cakrawala. Gemerlap kilau cahaya lampu berbagai jenis tampak ada dimana-mana.
Kendaraan banyak yang berlalu lalang menyusuri jalanan aspal kota yang mulus.
Di sebelah kiri simpang lima utama Shouran, sebuah supermarket berdiri kokoh dengan hiasan-hiasan dan produk yang dijual terpampang dari kaca depan.
Di depan supermarket, terdapat beberapa gazebo juga taman berbunga yang memanjakan mata. Pria dan wanita dengan beragam usia banyak yang keluar masuk ke supermarket tersebut.
Tak jauh dari bangunan tersebut, terdapat monumen besar yang merupakan pusat dari kota Shouran.
Di seberang monumen terdapat taman yang cukup luas, terlihat asri di tengah-tengah kota yang penuh polusi.
Di sebuah bangku kayu di bawah tiang lampu, seorang pemuda berhoodie bunga teratai tampak sedang duduk menikmati malam yang sunyi.
Ia kerap kali menoleh ke kanan kiri, dilihat dari gerak-geriknya ia sedang menunggu seseorang. Di tengah-tengah hiruk pikuk masyarakat yang menikmati weekend nya di taman kota.
Tak berselang lama muncul 2 orang pemuda berhoodie hitam-hitam, salah satunya bergambar teratai juga, sementara yang berjalan di depan bertuliskan angka 22.
Pemuda yang sedari tadi duduk menunggu, langsung berdiri menyambut kedatangan orang yang ia tunggu dengan sebuah uluran tangan.
"Dimana titik kumpulnya?? Gio?? " Pemuda berhoodie 22 menyingkap penutup kepalanya.
Kini nampak jelas wajah dari pemilik hoodie 22 tersebut, yang tak lain adalah Alfian, sementara orang yang terus mengekornya berhoodie bunga teratai adalah Kevin.
"Sebaiknya kalian bersembunyi dirumahku dulu, sembari menunggu yang lain, kabarnya mereka akan tiba besok malam" Tukas
"Arus bawah banyak yang akan kemari, ini akan menjadi pertemuan besar-besaran" Tandasnya.
Mereka segera beranjak dari tempatnya masing-masing, melangkah menuju luar taman. Di samping bangunan taman, terdapat apartemen besar yang nampak dihuni oleh banyak orang.
Giovan menuntun mereka memasuki rumah susun tersebut, hingga sampailah mereka di ambang pintu tempat tinggal Giovan.
Kriett!!...
Suara khas pintu kayu yang berdecit ketika dibuka, saat Gio menyingkap pintu jati tersebut. Di dalam, nampak dua orang pemuda yang tengah bersantai di sofa milik Gio.
"Kalian sudah sampai disini rupanya" Fian dan Kevin berjingkat menuju ruang tamu.
"Ah Fian ya, aku dari kemarin sudah disini" Jawab seorang pemuda yang tak lain adalah Reynhard.
"Kalau kau kra??" Tambah Fian berbasa-basi.
"Aku kesini tadi pagi bersama anak-anak Shouten, mereka memutuskan berkumpul di padepokan ranting jadi ku tinggal kemari saja" Timpal Chakra.
Chakra dan Giovan adalah salah satu dari 9 Shinigami saat itu. Leon merekrut mereka saat Leon kelas 2 SMP, dengan membantu mereka mengalahkan kelompok gangster di wilayah tempat tinggal mereka di Shouten.
Keduanya bertempat tinggal di Shouten perbatasan. rumah susun ini adalah milik pamannya yang saat ini tengah pulang kampung ke Shouten, sehingga ia dipasrahi untuk menetap selama seminggu disana.
Giovan mengeluarkan beberapa makanan ringan serta kopi yang sengaja ia siapkan untuk rekan-rekannya.
"Ayo dimakan, tak perlu sungkan" Gio menawarkan makanan yang sudah ia sajikan.
Kevin dan Fian menanggapinya dengan anggukan kecil, sementara Chakra dan Rey tampak acuh tak acuh, asyik dengan Handphone miliknya.
"Oh ya, bagaimana orang-orang Houshen, siapa saja yang berangkat ke pusat??" Gio memulai pembicaraan.
"Untuk sekarang hanya kami berdua, Bang Leon nanti menyusul bersama yang lain kok" Timpal Kevin.
"Kapan lagi bisa bertemu dan berkumpul bersama saudara-saudara yang lain" Imbuh Fian.
"Benar sekali" Gio menyunggingkan bibirnya.
Memang benar, hanya disaat seperti ini lah mereka bisa berkumpul bersama saudara-saudara seperguruan mereka.
Walau harus berkumpul untuk meminta pertanggung jawaban dari pihak berwenang. Setidaknya ada penghibur di lubuk hati mereka, usai menerima berita pahit tentang penyerangan yang dilakukan Anthrax pada saudara mereka.
"Anthrax.... kelompok besar yang memang terlalu sering berbuat kekacauan" Gio mendesah pelan.
"32 korban sejak 2 tahun permusuhan ini, dan memang kita harus bertindak tegas" Sahut Kevin.
"Benar, walau yang diserang hanya mengalami luka ringan, namun tindakan semacam ini juga sudah tak bisa ditoleransi" Jelas Fian panjang lebar.
"Benar, itu sudah termasuk menyepelekan. Kita sudah berkali-kali melempar ultimatum pada pimpinan mereka, namun seakan tak diindahkan" Rey ikut bergabung dalam pembicaraan.
"Memang harus menempuh jalur hukum, mereka juga kerap berlaku onar pada masyarakat" Imbuh Chakra.
Para anggota Lotus banyak yang berkumpul dan membanjiri pusat Shouran. Karena ingin mengawal ketua dewan pusat, dalam upaya pelaporan penyerangan yang beberapa kali ditujukan pada anggota Lotus.
"Pokoknya kita harus mengawal kasus ini, hingga keparat-keparat itu diadili" Gio tampak menyimpan dendam pada Anthrax.
"Atau jika perlu.... kita yang akan menghukum mereka" Timpal Chakra dengan tangan mengepal.
"Rasa sakit hanya bisa dibalas dengan rasa sakit juga bukan??"
...****************...
Sang mentari menyembul dari ujung timur cakrawala. Menyingkap gelapnya malam yang semakin tersisih.
Hiruk pikuk masyarakat kota mulai terdengar kembali, kendaraan dengan berbagai macam dan jenis berseliweran menunaikan tugasnya.
Sebuah mobil bermerk Mitsubashi Pujari Sport melenggang diatas aspal jalanan, menelisik satu persatu bangunan yang terpampang di bibir jalan.
Mobil mewah tersebut terus menyusuri jalanan kota, hingga mobil tersebut melewati sebuah bangunan lama yang tak berpenghuni.
Di dalam bangunan tersebut, puluhan orang berjaket dengan senjata tumpul di tangannya. Salah satu diantara nya terus mengekor arah laju mobil tersebut.
Senyum terukir di wajahnya usai mangsa yang mereka tunggu-tunggu sudah tiba dalam perangkap mereka.
Ia segera meraih ponsel miliknya dan menelepon seseorang yang merupakan atasannya.
......................
Tutt!!.. tuling tuling!!!...
Seorang pria hanya mengenakan handuk di area bawahnya, melayangkan langkahnya menuju Handphone miliknya yang tergeletak di dipan.
Nampak aksesoris rumah tersebut menyiratkan bahwa ia merupakan dari keluarga mampu.
Ia meraih Handphone mahalnya, dan segera memenuhi panggilan yang sedari tadi berdering.
"Ya?? kenapa Vid??" Tanya pemuda tersebut.
Ia hanya mengangguk beberapa kali saat lawan bicaranya di panggilan telepon sedang menjelaskan berita yang tentu saja membuatnya bahagia.
Terlihat dari lekuk wajahnya yang menampilkan pose wajah penuh kebahagiaan, dengan seringai tercetak di parasnya.
"Ya... kumpulkan seluruh anggota dari seluruh penjuru Shouran. Kita habisi anjing-anjing jalanan itu" Pungkasnya.
Ia menutup teleponnya, dan kembali menuju kamar mandi untuk menyelesaikan urusan nya.
"Aku akan menghabisi mereka semua" Serunya diakhiri dengan tawa menggema.
"Aku... Martin Ivanthyn Setya Pradhenta... Akan menghabisi anjing-anjing jalanan itu satu persatu!!"
...****************...