Aiko seorang gadis cantik yang memiliki garis keturunan orang jepang pindah ke Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya di Indonesia karena urusan pribadi keluarganya.
Aiko pindah sekolah saat menduduki bangku kelas 3 di SMAN Rubinium. Saat pertama kali masuk sekolah, Aiko menjadi pusat perhatian karena memiliki paras yang cantik. Kulitnya yang putih dan tubuhnya yang ideal membuat para gadis iri melihat tubuhnya yang begitu sempurna.
Aiko di sukai oleh banyak laki-laki di sekolahnya dan tidak jarang ada orang yang menyatakan perasaannya. Tapi semuanya di tolak oleh Aiko karena ia ingin berfokus pada masa depan dan karirnya.
Awalnya ia mengira kehidupan sekolahnya di Indonesia akan baik-baik saja dan berjalan seperti biasanya. Tapi kejadian-kejadian aneh mulai bermunculan, gangster, tawuran, geng motor, dan hal-hal aneh lainnya.
Sampai suatu kejadian yang tidak pernah diperkirakan muncul dan menimpa Aiko. Aiko terpaksa menikahi seorang murid laki-laki yang sekelas dengannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepasrahan
Dahulu ... Sejak kecil Arya tidak memiliki seseorang yang dapat ia jadikan teman. Bukan karena Arya tidak mau berteman, tetapi karena tidak ada seorangpun yang mau berteman dengannya. Orang-orang yang seumuran dengannya tidak mau berteman karena status sosial Arya yang lebih tinggi daripada mereka.
Mereka merasa setiap apa yang dilakukan Arya seolah-olah sedang sombong membanggakan dirinya. Mereka semua banyak yang salah paham dan mengira Arya adalah orang yang sombong. Sejak kecil, mulai dari TK sampai SD tidak ada seorangpun yang bisa ia jadikan seorang teman.
"Arya selamat ya! Ini adalah hari pertama kamu masuk SMP. Jadilah anak baik dan mulai berteman dengan orang-orang ya, jangan menjadi pendiam seperti biasanya" ucap ibu Arya sambil mengusap-usap kepala anaknya.
Dengan wajah yang datar Arya menjadi dengan singkat, "Iya Bu."
Arya merupakan anak tunggal, dan ia tidak bisa menceritakan masalahnya kepada siapapun. Bahkan orang tuanya saja tidak tahu kalau anak satu-satunya mereka tidak mendapatkan teman karena alasan orang tuanya. Arya enggan memberitahukan yang sebenarnya mengapa dirinya tidak mendapatkan teman kepada kedua orang tuanya.
Hari-hari berlalu dan dengan cepat kabar tentang Arya tersebar luas. Banyak orang-orang yang langsung menyimpulkan bahwa Arya adalah orang yang sombong. Karena ia terlihat menyendiri dan tidak banyak berbicara.
Namun tiba-tiba ada seseorang yang mendatanginya dan menepuk pundaknya. "Kau ini anaknya introvert banget ya? Apakah semua anak orang kaya seperti itu?" ucap seseorang yang terlihat sok akrab dengan Arya.
Arya hanya diam saja dan tidak menanggapi pertanyaan orang itu. Orang itu merasa greget melihat Arya tidak merespon sedikitpun meskipun telah di ajak berbicara olehnya. Hingga akhirnya orang itu mengambil bangku dan meletakkannya di samping Arya lalu duduk di sebelahnya.
"Namaku Toni ..." ucap Toni sambil menjulurkan tangannya.
Arya menjabat tangannya lalu wajahnya langsung murung kembali, "Kenapa kau tetap disini?" ucap Arya dengan heran.
Toni sedikit terkejut karena pikirannya teralihkan oleh wajah Arya yang terlihat suram. Ia mulai berpikir panjang kira-kira Arya orang yang seperti apa dan hal apa yang sudah ia alami. Dari awal mengenalnya Toni langsung paham dengan cepat.
"Kau ... Apakah kau berpikir menjadi orang kaya itu tidak menyenangkan?" ucap Toni dengan tiba-tiba dan membuat Arya terkejut.
"Apa maksudmu dari perkataanmu? Aku sama sekali tidak mengerti."
Toni melanjutkan pembicaraannya ke arah yang lebih serius. "Jika kau tidak suka dengan status sosialmu, maka berpura-puralah menjadi orang miskin" ucap Toni sambil tersenyum dengan lebar.
Kata-kata yang diucapkan oleh orang bernama Toni ini membuat pikiran Arya terbuka. Keesokan harinya Arya tidak lagi berangkat sekolah naik mobil mewahnya. Ia tidak lagi menggunakan tas, sepatu, tempat pensil, alat tulis dan perlengkapan lainnya yang terlihat mahal.
Kemudian satu-persatu orang yang sebelumnya mencap buruk tentang Arya kini mulai berubah. Perlahan-lahan orang-orang berdatangan kepada Arya dan sejak saat itulah Arya mendapatkan banyak teman. Kehidupannya mulai berubah semenjak orang yang bernama Toni itu memberikan suatu saran yang simpel kepadanya.
Namun saat ini ... Lagi-lagi Toni membantu Arya, ia menggantikan Arya bertarung. Bertarung dengan monster yang sejak kelas 1 SMA bisa mengalahkan pentolan dari kelas 3 dan menguasai Sekolah ini. Lagi-lagi Arya harus berhutang Budi kepada Toni untuk kesekian kalinya.
Buagh! Duagh! Bugh!
"Kau pikir dirimu akan terlihat keren karena mencoba untuk melindungi temanmu! Hahaha lucu sekali! Ucap Roy sambil memukuli Toni dengan bertubi-tubi ke seluruh tubuhnya.
Bruak! Toni ambruk dan ia tidak bisa lagi berdiri. "Sepertinya ... kau tidak tahu seperti apa rasanya punya teman ya?" ucap Toni yang membuat Roy kesal.
"Apa katamu? orang sepertiku tidak punya teman?! Tentu saja aku punya! Walaupun setidaknya aku hanya punya satu teman yaitu Alan!" ucap Roy.
Kemudian Toni melanjutkan pembicaraannya, "Dia bukan teman yang baik untukmu, seharusnya kau sadar karena kaulah yang paling mengetahui hal itu. Kalau Alan hanya memanfaatkan kekuasaanmu sebagai pelindung" ucap Toni.
Lalu entah kenapa Roy merasa semakin kesal begitu mendengar ucapan Toni. Ia menjadi sangat marah dan mulai memukuli Toni dengan bertubi-tubi. Hingga akhirnya Angga datang dan menendang Roy hingga terpental, lalu dengan cepat Angga mengangkat Toni dan meletakkannya di samping Arya.
"Lagi-lagi para cecunguk datang! kau yang terakhir kan! Kalau sampai ada satu lagi cecunguk yang berani menggangguku! Aku akan benar-benar menghabisinya hingga mampus!" teriak kepada semua orang dengan tatapan yang mengintimidasi.
Orang-orang ketakutan melihat Roy berkata seperti itu. Yah meskipun memang tidak ada seorangpun yang akan datang menolong kami bertiga. Karena sejak awal kami hanya ada bertiga dan tidak ada siapapun yang hadir di samping kami dalam suka dan duka.
Roy mulai menghajar Angga dan membuatnya babak belur. Kemudian Roy mengangkat Angga dengan kedua tangannya dan melemparkannya ke arah Toni dan Arya. Bruak! Angga terpelanting dengan kencang dan saat ini Roy menghampiri kami bertiga.
"Lihatlah orang-orang seperti kalian! Begitu menyedihkan. Terutama mau Arya!" ucap Roy dengan lantai sampai setiap perkataannya air ludahnya muncrat.
"Hei Roy ... Mungkin ucapanmu benar tentangku. Orang sepertiku memang tidak pantas untuk tuan putri seperti Aiko " ucap Arya dengan wajah murung dan kehilangan harapan.
Rika yang mendengarnya bergumam, "Ya, itu benar sekali."
Roy mulai tertawa terbahak-bahak dengan sangat keras. "Siapapun yang menerima pukulanku sudah pasti otaknya akan kembali berjalan lagi!" ucap Roy dengan bangga.
Angga dan Toni mencoba menyadarkan Arya bahwa apa yang baru saja ia katakan itu salah. Tapi terlihat dari wajah Arya ia sudah sangat pasrah, karena sejak awal Aiko tidak pernah mencintai Arya. Cinta ini terjadi hanya karena cinta sepihak Arya terhadap Aiko.
Arya menatap wajah Aiko dan mulai berkata, "Aiko ... Kalau kau sudah tidak kuat ... Ayo kita cerai" ucap Arya sambil tersenyum lebar, tapi wajahnya tidak dapat berbohong.
Melihat Arya seperti itu membuat hati kecil Aiko merasa tersakiti. Tatapannya Arya sangat jelas penuh dengan makna, bahkan matanya pun berkaca-kaca karena menahan air matanya agar tak terjatuh. Tapi ... Aiko tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia sedang dilema oleh pikiran dan perasaannya.
Aiko bergumam dalam batinnya. "Ada apa denganku? Bukankah seharusnya aku hanya mengatakan iya saja lalu semuanya akan berakhir. Aku tidak akan lagi hidup dengan si bodoh mesum itu lagi, tapi ... Aku tidak mengerti."
Seutas kenangan mulai terbesit di dalam pikiran Aiko. Ia mulai mengenang dan memikirkan sisi baik Arya yang pernah ia lihat. Mulai dari Arya yang menyelamatkan Aiko dari kejadian bunuh diri, Arya yang mencoba untuk merubah sikap demi Aiko dan juga Aiko menahan diri ketika di depannya terdapat Aiko yang sedang tanpa busana.
Semua kejadian itu mulai tertanam dengan tajam di pikiran Aiko.
"Arya ... Aku masih sangat emosi sekarang. Rasanya jika aku melihatmu masih hidup, kurasa rasa menjijikan ini tidak akan pernah hilang. Maka dari itu ... aku akan membuatmu mati dengan tenang" ucap Roy sambil mengangkat meja dan hendak melemparkannya tepat ke kepala Arya.
"Tolong singkirkan kedua orang itu dariku" ucap Roy yang menyuruh anak buahnya.
Kemudian Toni dan Angga yang mencoba menyelamatkan Arya di seret menjauh dari Arya. Kaki, tangan dan tubuhnya terasa sudah remuk dan tak dapat digerakkan dengan benar. Angga dan Toni berteriak dengan keras memanggil Arya agar sadar.
Namun suara mereka yang begitu keras tidak terdengar ke telinga Arya. Karena saat ini pikiran Arya menjadi kosong dan hatinya benar-benar terasa hampa. Arya terlihat sangat pasrah dan sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.
"Arya ... Dengan ini, matilah dengan tenang" ucap Roy sambil mengayunkan kaki meja ke arah kepala Arya dengan kencang dan kuat.
gabung yu di GC Bcm
kita d sn akan belajar brg mengenai teknik nulis. sama Kaka mentor senior
JD ckup follow me
maka Kaka akan dpt undangan thx.