Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Rama kembali keruangan Syarin dengan membawa beberapa makanan karena dia lupa menanyakan Syarin mau makan apa.
"Nih kamu pilih sendiri mau makan apa." Rama menyodorkan beberapa kantong makanan.
Syarin segera bangkit dari tidurnya, mengubahnya keposisi bersandar dan meraih beberapa kantong makanan itu lalu membukanya.
"Aku mau semuanya." Syarin membuka satu persatu bungkusan itu.
"Kamu mau menghabiskan semua?" Rama membulatkan matanya.
"Tentu saja, gak baik buang-buang makanan, aku juga perlu makan banyak biar cepet sembuh" Syarin tersenyum menatap makanan dihadapannya.
Rama hanya bisa menelan ludah saat melihat Syarin makan dengan begitu lahapnya seperti orang yang tak makan selama berhari-hari.
Hingga terdengar Syarin bersendawa begitu keras saat selesai menyantap makannya dan menjilati jari jemarinya.
"Kamu lagi kesurupan ya? Kok bisa-bisanya sih cewek makan sebanyak itu." Rama menatap heran saat makanan yang dibawanya tadi habis tak bersisa.
"Enak aja kamu ngatain aku kesurupan, kan aku udah bilang tadi kalau aku perlu makan banyak biar cepet sembuh." Syarin menatap tajam Rama.
"Ya gak sebanyak itu juga." Rama melengos saat dirinya ditatap tajam Syarin.
"Kenapa? Kamu gak ikhlas makannya habis?" Kali ini Syarin menatapnya lebih tajam.
"Ikhlas kok ikhlas, syukurlah kamu makan banyak biar aku bisa segera lepas dari perempuan mengerikan seperti kamu." jawab Rama gelagapan.
"Apa kamu bilang, aku mengerikan?" Kali ini Syarin menarik rambut Rama.
"Ampun.. ampun.. nggak kok kamu nggak mengerikan, kamu cantik.. kamu cantik." Rama memohon ampun.
Syarin melepaskan cengkramannya lalu merengut dan melipat kedua tangannya didada.
"Kayanya ni cewek bener-bener kesurupan." Rama berguman lalu bergidik ngeri.
Rama membereskan bekas makan Syarin yang masih berserakan, baru kali ini dia diperlakukan seperti babu.
Setelah beres Rama kembali duduk disamping Syarin.
"Aku denger kamu lagi butuh uang buat biaya operasi Ayah kamu." Rama kali ini mulai bicara serius dengan Syarin.
"Kenapa? Kamu mau bayarin juga?" Jawab Syarin sinis.
"Boleh, asal kamu mau kerja ditempatku."
"Kerja apa?" Syarin mengerutkan dahinya.
"Menikah kontrak sama aku selama satu tahun dan aku akan menanggung semua biaya pengobatan Ayah kamu sampai dia sembuh total." Rama tersenyum menatap Syarin menunggu jawaban darinya.
"Kamu emang udah gila, menikah itu bukan suatu hal yang bisa permainkan, lebih baik aku kerja jadi babu dari pada harus menipu Ayahku dengan pernikahan palsu." Syarin mendengus kesal.
"Emang kalau kamu kerja jadi babu mau sampai kapan kamu ngumpulin uang buat operasi Ayahmu, aku dengar dia harus segera dioperasi, pikirkan baik-baik tawaranku, aku beri waktu kamu sampai besok." Rama tersenyum penuh arti.
Syarin hanya bisa menghela nafas saat menyadari kalau ucapan Rama ada benarnya.
Mungkin dengan kehadiran Rama, Ayahnya tak akan terlalu mengkhawatirkannya.
"Baiklah, aku setuju tapi jangan sampai Ayahku tau kalau kita hanya menikah kontrak, kamu harus bisa meyakinkan Ayahku kalau kamu benar-benar mencintaiku." Syarin berkata dengan wajah sendu.
"Kalau soal itu aku bisa melakukannya dengan baik, kamu tenang saja, aku juga akan tetap membiayai hidup kalian walaupun pernikahan kita berakhir nanti." Rama tersenyum yakin.
"Aku juga gak mau kita tidur satu kamar."
"Kalau soal itu, aku pikirkan dulu, aku juga gak mau kalau sampai orang-orang dirumah ku tau kalau kita hanya nikah kontrak, kamu juga harus bisa meyakinkan keluargaku."
"Baiklah, ayo kita berakting setotal mungkin." Syarin mengepalkan tangannya.
"Setelah kamu lebih baik, ayo kita temui Ayahmu untuk meminta restu, aku mau membayar semua biaya rumah sakit Ayahmu dulu biar Ayahmu bisa segera dioperasi"
Rama bangun dari duduknya akan tapi Syarin menarik lengannya yang membuatnya seketika menoleh.
"Terima kasih, terima kasih banyak." Syarin menundukan kepalanya dan menitikan air mata.
Rama hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Syarin.
***
Beberapa hari berlalu kondisi Syarin sudah membaik dan kini dia sedang duduk didepan ruang operasi dengan perasaan cemas dan didampingi Rama.
Pak Burhan sempat tak sadarkan diri dan mengharuskannya untuk operasi saat itu juga.
Setelah menunggu hampir 2 jam lamanya operasi Pak Burhan selesai, terlihat beberapa dokter datang menghampiri Syarin dan Rama.
"Gimana operasinya Dok?" Tanya Syarin cemas.
"Operasinya berjalan lancar Bu, tapi kondisi Pak Burhan masih sangat lemah, mungkin perlu beberapa bulan untuk peroses pemulihan."
"Terima kasih banyak Dok, bisa tolong pindahkan Pak Burhan ke ruang VIP saja." Rama kini angkat bicara.
"Baik Pak Rama, silahkan ikuti para perawat untuk mengantar Pak Burhan keruangannya."
Saat sudah diruangan Syarin duduk disamping Ayahnya, menciumi punggung tanggannya berharap Ayahnya akan segera sadar, sedangkan Rama hanya bisa berdiri disamping Syarin.
Akhirnya Pak Burhan tersadar saat merasakan cairan hangat menetes ditangannya.
"Syarin anakku."
"Bapak udah sadar, syukurlah Pak." Syarin tersenyum bahagia.
"Kamu kemana aja Nak beberapa hari ini, Bapak cemas kalau kamu sampai kenapa-napa." Pak Burhan membelai puncak kepala Syarin.
"Saya panggilkan dokter ya, sebentar." Rama membuka suara dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Dia siapa Nak?" Pak Burhan menatap Syarin lekat karena baru kali ini Syarin dekat dengan seorang pria.
"Nanti aku jelaskan Pak, sekarang Papak istirahat dulu ya, Papak kan baru sadar biar nanti dokter periksa kondisi Bapak dulu " Syarin tak ingin kondisi Ayahnya kembali drop saat mengetahui siapa Rama.
Tak berselang lama Rama kembali masuk bersama seorang dokter.
"Bapak udah sadar, syukurlah operasinya berjalan lancar, mari saya periksa dulu." dokter itu mengencek kondisi Pak Burhan.
"Apa ada keluhan pak?" Dokter itu bertanya ditengah-tengah pemeriksaannya.
"Nggak ada dok, hanya masih terasa sedikit nyeri dibagian dada." Pak Burhan mengusap lembut dadanya.
"Oh itu gejala normal pasca operasi, nanti saya akan berikan obat pereda nyeri, mungkin efek biusnya sudah berkurang." dokter itu menjelaskan.
"Tolong jangan sampai Pak Burhan kembali merokok ya, karena itu akan kembali memperburuk kondisinya." dokter itu kini menatap Syarin.
Pak Burhan memang menjadi pecandu rokok setelah kepergian mendiang istrinya.
"Tuh denger apa kata dokter Pak, Bapak sing suka ngeyel kalau aku kasih tau." Syarin mengomel pada Ayahnya.
Rama hanya tersenyum melihat kedekatan Ayah dan anak itu.
"Kalau begitu saya permisi dulu, tolong jaga pola makan dan tidurnya ya Pak dan tolong jangan kembali merokok lagi." doker itu memberi saran dan berlalu meninggalkan mereka.
Pak Burhan kini menatap Syarin dan Rama secara bergantian.
"Bisa jelaskan sekarang sama Bapak siapa lelaki disampingmu itu?"
"Ini Mas Rama, Pak. Dia temen deketku waktu sekolah dulu." jawab Syarin berbohong.
"Kamu kan gak pernah punya teman dekat waktu sekolah, lagi pula siapa yang mau berteman sama wanita bar-bar kaya kamu." Pak Burhan tahu betul masa lalu anaknya itu.
Rama hanya terkekeh saat mengetahui masa lalu Syarin.
"Ihh kok Bapak ngomongnya gitu sih, ini buktinya Mas Rama mau sama aku, ya kan Mas?" Syarin menyenggol lengan Rama yang masih cekikikan.
"Iya Pak, maaf saya terlambat menyapa Bapak, karena dulu Syarin menentang saya habis-habisan saat ingin bertemu Bapak." jawab Rama mengikuti alur sandiwara Syarin.
"Ohh.. pantas saja saya belum pernah lihat kamu."
"Kamu itu ya, punya teman cakep kaya gini bukannya dikenalin sama Bapak, malah kamu simpan sendiri, kan kalau kamu kenalin sama Bapak, Bapak jadi ada teman curhat." Pak Burhan kembali mencecar Syarin.
"Terus aku yang selama ini ada disamping Bapak, Bapak anggap apa." Syarin merasa dirinya terabaikan.
"Kalau Bapak curhatnya sama kamu yang ada kamu malah marah-marah sama Bapak, bilang lebay lah, bilang lemah lah." Pak Burhan mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.
Rama tertawa kecil melihat kedekatan mereka, ternyata masih ada keluarga sehangat ini meski tanpa kehadiran seorang ibu, berbanding terbalik dengan keluarganya.
"Tapi walaupun Syarin galak dan suka marah-marah, dia tetap cantik kok." kali ini Rama menimpali mengakui kecantikan Syarin.
"Nah cuma itu satu-satunya kelebihan anak Bapak ini." Pak Burhan setuju dengan ucapan Rama.
"Huuhh semua cowok emang sama ya, bisanya cuma mandang fisik." Syarin berdecih mendengar ucapan dua pria dihadapannya.
"Oh iya Pak, sebenarnya saya memberanikan diri datang kesini berniat untuk meminta restu Bapak, saya harap bapak mau merestui pernikahan kami."
"Apa!!! Kalian mau menikah?" Pak Burhan berkata dengan mata yang hampir keluar seluruhnya lalu menggenggam dadanya.
************
************
oy thor,sedikit masukan maaf ya sebelumnya,ketika dr.mengajak bapak dan rama sebaiknya jangan pakai kata kalian,karena terdengar kurang sopan,bisa dengan kalimat bapak,pak rama bisa ikut saya sebentar..hehe mf kalo salah