Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 19
Dinda pun seketika teringat, pada aditya. dia pun menggeleng pelan, melihat sikap gevano yang memperlihatkan rasa tidak suka, pada Aditya.
"Vano, kamu tidak boleh seperti itu. Dia namanya, om aditya. Orangnya, tidak galak." sahut dinda, lembut.
Gevano tetap pada pendiriannya, jika sekali tidak suka tetap tidak suka.
Dinda yang mengerti akan sikap gevano pun, tak lagi berbicara. dia pun segera melajukan motornya, dengan kecepatan sedang.
Selama di perjalanan, gevano terlihat mengantuk. sesekali dia memejamkan matanya, bahkan sampai tertidur.
Namun tiba-tiba saja, ada sebuah motor yang menghadang jalan mereka. hal itu pun membuat dinda, seketika menghentikan motornya.
Gevano yang tertidur pun ikut terkejut, sebab dinda menghentikan motornya secara tiba-tiba.
"Mah, ada apa?" Gevano membuka matanya.
Dinda tidak menjawab pertanyaan gevano. matanya menatap pada kedua orang, yang menghadangnya.
Perasaan dinda menjadi takut, apalagi dirinya hanya berdua dengan gevano. "Siapa kalian? Kenapa menghadang, jalan kami?" seru dinda, dengan suara gemetar.
Kedua orang itu pun hanya tersenyum smirk, di balik helm full face mereka.
"Serahkan anak itu pada, kami. Jika tidak, kami akan melakukan hal, yang kejam pada kalian!" balas salah satu orang, yang menghadang dinda.
Dinda menggeleng cepat. "Tidak! Jangan macam-macam, pada anak ku. Aku tidak mempunyai masalah, dengan kalian. Jadi tolong, biarkan kami pergi." Dengan erat, dinda memeluk tubuh mungil gevano.
"Mah... aku takut.... " Gevano nampak ketakutan saat melihat dinda, sedang berusaha melindunginya.
Dinda pun mencium puncak kepala gevano. " Tenang sayang. Mamah tidak akan membiarkan mereka, membawa mu." ujar dinda menenangkan.
Gevano pun mengangguk pelan, hatinya menjadi teringat pada sosok raffael.
Di saat mereka saling menguatkan, kedua penjahat itu menghampiri mereka. salah satu dari mereka, berusaha mengambil gevano dari gendongan dinda.
"Mamah, vano takut!" teriak gevano, saat salah satu dari penjahat itu berhasil, merebutnya dari dinda.
"Vano...!" balas dinda berteriak. berusaha merebut kembali gevano, yang berhasil di ambil oleh mereka.
Gevano pun menangis histeris, saat penjahat itu membawanya pergi dari sana.
Dinda pun berusaha mengejar mereka, namun sayang kedua penjahat itu, berhasil membawa gevano dari sana.
"Vano...!" teriak dinda menangis histeris, karena tidak bisa melindungi gevano.
Dinda yang berusaha lari kencang harus terjatuh, karena kakinya tiba-tiba saja terkilir.
Dengan rasa penyesalan, dinda menangis sejadi-jadinya. tak ingin menyerah, dinda memilih menghubungi inces. berharap temannya itu, dapat menolongnya.
*
*
*
Di kosan inces terlihat sedang bersama raffael dan roy. ternyata mereka sedang menunggu kedatangan gevano. sebab dari tadi, raffael sangat ingin bertemu dengannya.
Namun sayang, ternyata gevano ikut bersama dinda, ke tempat kerjanya. awalnya raffael ingin menyusul gevano ke rumah makan, tapi roy dan inces memberikan saran, supaya raffael menunggu saja di kosan inces.
Drrrrt... Drrrrt... Drrrrt...
Ponsel milik inces berdering, tak menunggu lama, inces pun menerima panggilan dari dinda.
"Halo... din. " sapa inces, tenang.
"Inces, tolong aku! Gevano di culik... hikss...hiks...." sahut dinda dari seberang telepon, terdengar menangis.
"Apa! Vano di culik? Kok bisa sih, din?"
"Tolong aku, ces. Aku harus bagaimana? Mereka berhasil membawa, vano."
Inces pun menghela nafas. "Ok, tenang. Beritahu, posisi kamu sekarang di mana? Biar aku, susul kesana."
"Aku sekarang, berada di jalan dekat perkebunan pohon karet , ces. Di sini, sama sekali tidak ada orang. Sehingga tidak ada yang menolong, ku...."
Inces semakin khawatir, karena dinda berada di jalan yang sangat rawan kejahatan. dia pun memutuskan panggilannya, dan segera bergegas untuk menyusul dinda.
"Apa yang sudah terjadi, pada Vano?" tanya raffael penasaran, dan mulai tidak tenang.
Inces menatap raffael dan memberitahu apa, yang sebenarnya terjadi pada dinda dan gevano.
Raffael seketika merasakan dadanya bergemuruh, menahan amarah. dia pun memutuskan ikut dengan inces, untuk mengejar para penculik gevano.
"Gue juga ikut!" seru roy, yang merasa khawatir pada gevano.
Raffael dan inces mengangguk, kemudian mereka bergegas pergi.
"Sebaiknya kita berpencar. Sebab aku khawatir, dengan keadaan ibunya vano. Apalagi sekarang, dia berada di jalan yang sangat rawan dengan kejahatan." seru inces, memberi saran.
Raffael dan roy, saling tatap. Apa yang dikatakan oleh inces ada benarnya juga. mereka pun akhirnya memutuskan, untuk berpencar.
"Kalau begitu, gue ngejar penculiknya." seru roy, menatap Raffael. "Dan lo raf, sebaiknya lo jemput ibunya vano. Setelah itu, kita kepung para penculik itu. Bagaimana?" tanya roy.
"Enggak. Biar gue aja, yang kejar penculiknya." jawab Raffael tegas, menolak usulnya roy.
"Cukup! Enggak usah debat, dong! Kita sekarang, sedang menghadapi situasi genting. Jadi, eike harap kalian bisa kompak, ok." tegur inces,kesal. sebab bisa-bisanya mereka berdebat, di saat keadaan seperti ini.
Raffael dan roy terdiam, apa yang di katakan inces memang benar. sekarang mereka harus segera, menolong gevano dan ibunya.
"Apa yang di katakan dia benar." Inces menunjuk ke arah roy. "Sebaiknya, kamu menyusul ibunya vano. Sebab, jika kamu yang mengejar penculiknya. Aku tidak yakin, jika kamu tahu arah jalan desa ini." sahut inces lagi, menatap raffael.
Tidak ingin membuang waktu, raffael pun menuruti perkataan inces. sebab apa yang di katakan inces benar, jika dirinya belum tahu betul arah jalan di desa itu.
Mereka pun segera bergegas pergi, untuk segera mencari gevano dan menolong dinda. berharap mereka, dapat menyelamatkan gevano dan dinda.
*
*
*
Dinda berusaha berjalan meskipun tertatih, sebab tadi saat mengejar penculik, kakinya terkilir.
Dinda pun berharap ada orang yang lewat di sana, supaya dirinya bisa meminta pertolongan.
"Dinda." Suara bariton seseorang, mengalihkan pandangan dinda.
"A-aditya...!" pekik dinda terkejut.
Dinda kelihatan bingung, sebab kehadiran aditya sangat tiba-tiba dan kebetulan. apalagi dinda melihat, jika aditya tidak menggunakan kendaraannya.
"Sedang apa kamu di sini, dinda?" tanya aditya basa-basi, berjalan mendekati dinda.
Dinda yang merasa takut pun memundurkan langkahnya. "A-aku.... "
"Kenapa, kamu terlihat ketakutan? Apa sudah terjadi sesuatu kepada, mu? Dan mana anak itu?" sela aditya, menatap dinda dengan tatapan sulit di artikan.
Dinda terdiam,perasaannya kini bercampur aduk, antara sedih dan ketakutan. apalagi saat ini, aditya terus saja berjalan dan berusaha mendekatinya.
Aditya dapat melihat ketakutan dinda pun, akhirnya segera mencengkram tangannya. Bahkan dengan kasar, aditya menyeret dinda membawanya ke perkebunan pohon karet.
Dirinya yang gelap mata pun, memutuskan untuk melakukan hal yang akan membuat dinda, menjadi miliknya seutuhnya.
"Lepaskan aku, aditya! Kamu mau bawa aku, kemana?" Dinda berusaha berontak, sebab takut jika aditya melakukan hal buruk kepadanya.
Aditya menghentikan langkahnya, dan melirik pada dinda. "Malam ini, aku akan membuat mu, menjadi milik ku seutuhnya, dinda. Karena penolakan mu waktu itu, maka jangan salahkan aku, atas sikap ku padamu saat ini." sahutnya, sinis.
Dinda menggeleng cepat. "Tidak! Jangan lakukan itu kepada, ku. Maaf jika penolakan ku, membuat mu sakit hati. Tapi aku mohon, lepaskan aku, karena aku harus mencari anak ku. "
Aditya tersenyum miring. "Anak mu, ya! Anak mu akan selamat, jika kamu memberikan apa yang aku mau. Bagaimana?"
Dinda mengernyitkan dahi. "Apa maksud mu, aditya." Seketika mata dinda membulat. " Jangan-jangan, semua ini ulah mu. Katakan aditya!" bentak dinda marah.
Dinda tidak menyangka, jika aditya akan berbuat hal sejahat ini. kini dirinya kecewa, sebab orang sebaik aditya dapat melakukan hal sejahat itu, karena sebuah dendam.
Aditya menatap dinda. "Ya, semua ini memang rencana, ku. Jadi, sekarang aku minta kamu, harus menuruti keinginan ku dinda." sahutnya, kemudian berusaha memeluk dinda.
"Tolong...! Tolong...!" Dinda berteriak sekeras mungkin, saat aditya mulai melakukan aksinya.
Dinda berulang kali berontak, namun sayang tenaga aditya memang lebih besar darinya. namun dinda akan berusaha untuk melindungi, apa yang ada pada dirinya.
"BUGH... BUGH... " Seseorang orang menarik baju aditya, dan melayangkan dua pukulan di rahangnya.
Mata penuh amarah, menatap tajam aditya yang tersungkur.
Dinda seketika terkejut melihat orang, yang menyerang aditya. "Raffael." gumam dinda, dengan suara yang gemetar.
lanjut Thor 🥰