"Kamu tahu arti namaku?" Ucap Acel saat mereka duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sore itu sembilan tahun yang lalu.
"Langit senja. Akash berarti langit yang menggambarkan keindahan langit senja." jawab Zea yang membuat Acel terkejut tak menyangka kekasihnya itu tahu arti namanya.
"Secinta itukah kamu padaku, sampai sampai kamu mencari arti namaku?"
"Hmm."
Acel tersenyum senang, menyentuh wajah lembut itu dan membelai rambut panjangnya. "Terimakasih karena sudah mencintaiku, sayang. Perjuanganku untuk membuat kamu mencintaiku tidak sia sia."
Air mata menetes dari pelupuk mata Zea kala mengingat kembali masa masa indah itu. Masa yang tidak akan pernah terulang lagi. Masa yang kini hanya menjadi kenangan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istana berhawa neraka
Pesta terus berlangsung, sedangkan Zea berada di ruang istirahat sendirian karena dia merasa tidak lagi sanggup berdiri ditengah meriahnya pesta pernikahan yang tak kunjung usai. Dia melamun memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini. Lebih dari itu Acel tidak menjelaskan apapun padanya selain memaksanya untuk menerima pernikahan ini.
"Kenapa kamu kembali perempuan murahan?!"
Itu suara Amel, dia menghampiri Zea selama Acel sibuk dengan tamu tamunya.
"..."
"Apa kamu merayu kak Acel dengan memberikan tubuhmu seperti yang kamu lakukan delapan tahun lalu?"
"Astaghfirullah, aku tidak serendah itu, Mel."
"Amel!"
"Kak..."
"Tidak ada yang boleh memakinya selain aku. Dia aku nikahi untuk memperlihatkan padanya seperti apa neraka yang sebenarnya."
Ya, inilah yang akan terjadi pada Zea. Selain untuk menjadi pemilik Sky grup, inilah alasan lain Acel menikahinya, untuk membalaskan rasa sakit hatinya selama ini.
"Kak, ada banyak wanita lain yang lebih pantas menjadi bagian dari keluarga kita. Kenapa harus si miskin ini?! Apa Kakak lupa bagaimana dia tiba tiba pergi dengan laki laki lain, jelas jelas dia sengaja memanfaatkan Kakak. Dia mendekati Kakak untuk mengambil keuntungan dari Kakak, sementara dia sudah punya kekasih."
"Tidak perlu mengingatkan aku tentang itu, Mel. Aku ingat semua pengkhianatan itu. Aku tidak akan pernah melupakannya sampai aku mati sekalipun."
"Lalu, kenapa Kakak menikahinya!" Teriak Amel tidak mengerti jalan pikiran Kakaknya itu.
Acel melirik kearah Zea yang tertunduk di depan Amel. "Dia harus merasakan rasa sakit yang dia tinggalkan padaku delapan tahun yang lalu, aku ingin menyaksikan penderitaan itu dengan kedua mataku sendiri." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari Zea.
Amel tetap tidak setuju dengan alasan itu, dia tidak tinggal diam saja. Tangannya dengan cepat menarik paksa jilbab Zea, hingga membuat Zea merintih menahan sakit.
"Percuma kamu menutupi seluruh tubuhmu dengan pakaian seperti ini. Bau bangkai akan tetap busuk meski tersimpan rapat sekalipun!" pekiknya sambil terus menarik jilbab Zea semakin kuat.
Leher Zea tergores oleh jarum pentul yang tajam hingga mengeluarkan sedikit darah. Zea merintih merasakan perih.
"Amel!" Seru Acel sambil memberi tatapan tajam.
"Kenapa Kakak menatapku seperti itu? Aku hanya muak melihat wanita murahan ini mencoba terlihat menjadi wanita baik baik. Itu menjijikkan!"
Acel marah, sehingga dia tidak bisa mengendalikan diri, diraihnya pergelangan tangan Zea, menariknya menjauh dari Amel meninggalkan Amel sendirian diruangan itu yang masih kesal dan terus berteriak.
Brug
Tubuh lemah Zea dihempaskan keatas kasur dengan taburan bunga mawar berbentuk hati di kamar pengantin mereka dihotel tempat pesta pernikahan mereka berlangsung.
"Apa kamu tidak punya tenaga untuk melawan Amel?!"
"Aku tidak berhak melawannya..." jawab Zea sambil membenarkan jilbabnya dan kembali pada posisi duduk.
"Mulai hari ini, kamu akan merasakan betapa tidak menyenangkannya tinggal di istana megah berhawa neraka. Jangan pernah mencoba kabur! Jika kamu berani kabur, akan saya pastikan mencari sampai ke lubang semut sekalipun. Ingat itu baik baik!" Tegasnya sebelum dia pergi dari kamar itu meninggalkan Zea sendirian.
Menangis bukan hal yang diinginkan Zea saat ini. Air mata bahkan tidak ingin tumpah dari pelupuk matanya. Dia hanya terdiam, mencoba menenangkan hati dan pikirannya.
"Ya Allah, ampuni dosa dosaku. Ampuni dosa dosaku dimasa lalu. Ampuni aku ya Allah..."
Kembali berdua dengan Akash di kamar beberapa saat lalu, membuat Zea kembali teringat kejadian yang mebuatnya sampai mengandung dan merasakan sakitnya melahirkan.
"Astaghfirullah..." berulang kali kalimat permohonan ampun itu diulang olehnya sampai kilas balik kejadian hari itu perlahan memudar dan berhenti berputar dalam pikirannya.
Zea bukan gadis yang tidak paham agama pada saat itu. Dia bahkan telah dididik dengan baik oleh Ibu panti. Hanya saja, pertemuannya dengan pria sebaik dan sepenyayang Akash membutakan mata hatinya. Zea terlalu dalam mencintainya hingga dia tidak mampu menolak saat Akash yang tengah mabuk berat mendatanginya secara tiba tiba malam itu. Cintanya yang begitu besar pada Akash membuatnya kalah dengan rayuan setan.
Sayangnya, Akash benar benar tidak menyadari apa yang telah terjadi malam itu, sebab saat dia membuka matanya dia berada di kamarnya sendiri di rumahnya. Itulah, mengapa Akash langsung percaya saja tentang Zea yang telah berselingkuh darinya.
Saksi kejadian malam itu tidak lain adalah Handi dan Alia. Mereka mendobrak pintu kos itu dan mendapati Zea yang berantakan dengan Akash yang terlelap disampingnya tanpa busana.
Kejadian malam itu menghancurkan harga diri Zea. Tapi, dia tidak bisa mengatakan menyesal saat itu, karena dia melakukannya dengan kekasih yang sangat dia cintai. Tapi, pertemuan kembali dengan Akash ternyata membuat bayang bayang kejadian itu kembali mengganggu pikirannya. Ingatan tentang perjuangannya untuk menyelamatkan bayinya dan rasa sakit perjuangan melahirkan bayinya pun kembali membayanginya.
"Anh Lin benar, tidak seharusnya aku kembali ke Negara ini." gumamnya merasa menyesal tidak menerima saran dari sahabat baiknya di kota Hoi An.