Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Claudya kurang enak badan tapi hari ini dia juga harus bekerja untuk mengumpulkan uang, Claudya berangkat dengan keadaan yang kurang baik. Saat ini Claudya tengah meminum susu ibu hamil di sofa rumahnya, rumah sederhana itu sangat nyaman bagi Claudya. Apa lagi rumah peninggalan Neneknya itu hanya memiliki dua kamar dan satu kamar mandi, ada juga dapur yang tak terlalu luas tapi sangat apik.
Claudya suka tinggal di sana, rumahnya hanya sepetak tapi dia lebih nyaman mungkin karena dia tinggal sendirian saja.
Claudya menatap pada Indri yang baru saja datang kerumahnya, jarak rumahnya dan rumah Indri hanya terhalang dua rumah saja tapi wanita itu jarang datang paling cuman satu kali perminggu.
"Tante Indri, ada apa?" tanya Claudya.
"Aku mau ngasih makanan, kau makanlah!" sahut Indri.
"Terima kasih," ucap Claudya sambil mengambil keresek yang Indra sodorkan padanya.
Indri pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Claudya tidak terlalu memperdulikan masalah itu. Lagian Claudya cukup lama hidup bersama dengan orang-orang toxic.
Sedangkan saat ini di sebuah perusahaan terlihat Zidan yang tengah duduk di kursi kebesaran Ayahnya, Zidan adalah seorang anak keturunan orang kaya. Zidan juga sudah diwarisi beberapa aset oleh orang tuanya, tapi sayangnya karena usia Zidan yang masih dini jadi Zidan harus banyak belajar lagi.
Dan sekarang waktunya Zidan belajar dari perusahaan itu, perusahaan ini memang saat ini tengah kacau karena anjloknya pemasukan yang membuat para karyawan mendadak diberhentikan, ada juga karyawan yang mengundurkan diri secara suka rela dengan alasan gaji mereka kecil.
"Ada apa, Zidan?" tanya Elfian menatap pada sepupunya itu.
Zidan menggelengkan kepalanya.
"Kak El, kalau misalkan kakak punya pacar terus pacar kakak pernah melakukan hubungan bersama dengan pria lain, apa kakak akan terima wanita itu?" tanya Zidan.
"Memangnya kenapa? Kalau aku gak mau, masa aku sudah jaga diri untuk tidak melakukan hal yang macam-macam tapi pasangan kita sudah pernah melakukannya, rugi dong." Elfian berucap sambil menyilang kan tangannya di dada.
Zidan berpikir sejenak tapi sayangnya rasa cintanya pada Claudya tidak main-main, hingga dia tidak mempermasalahkan hal itu, Zidan juga akan menerima keadaan ini supaya dia terbiasa nantinya.
"Kak, aku ada urusan dulu, aku pergi sekarang." Zidan langsung pergi dari sana.
"Hei, kau belum mengatakan mengapa kau menanyakan hal itu? Zidan!" teriak Elfian yang malah diabaikan oleh Zidan.
Saat ini Zidan datang ke salah satu cafe tempat Claudya bekerja, tapi sayangnya Claudya tidak ada disana sekarang.
"Kemana Claudya?" gumam Zidan.
Zidan datang ke rumah Claudya untuk memastikan kalau Claudya baik-baik saja sekarang, Zidan sangat takut terjadi hal buruk pada Claudya apa lagi saat ini Claudya kurang kasih sayang dan orang tuanya seolah seperti mengabaikan Claudya.
Zidan yakin kalau orang tua Claudya bukan hanya menghukum Claudya tapi mereka juga sepertinya memang ingin mengabaikan Claudya begitu saja.
Tok
Tok
Zidan mengetuk pintu rumah Claudya, tapi sayangnya tidak ada orang disana terlihat sangat sepi sekali rumah itu. Zidan membuka pintu rumah itu ternyata rumahnya tidak dikunci, Zidan langsung masuk kedalam rumah Claudya tapi sayangnya tidak ada siapa pun didalam.
Saat Zidan keluar dari rumah, Zidan melihat Claudya tengah berjalan mendekat ke arahnya sambil menenteng sebuah kantong kresek yang cukup besar, Zidan langsung mendekat pada Claudya dan memeluk Claudya dengan sangat erat sekali. Membuat Claudya heran karena tiba-tiba saja Zidan memeluknya padahal semalam mereka juga bertemu.
"Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap Zidan.
Claudya mengerutkan keningnya.
"Memangnya aku kenapa?" tanya Claudya menatap Zidan dengan tatapan bertanya-tanya.
Zidan mengambil kantong kresek itu agar Claudya membawa barang yang berat, hal itu semakin membuat Claudya heran karena sikap Zidan saat ini sangat aneh.
"Masuklah Zidan, sepertinya kamu tengah banyak masalah." Claudya mempersilahkan Zidan masuk walaupun dia juga masih bingung dengan sikap Zidan yang aneh itu.
Mereka duduk di kursi tua yang sangat antik, Claudya menyuguhkan minuman untuk Zidan. Pertama kalinya Claudya membawa seorang laki-laki masuk kedalam rumahnya dan saat ini Claudya tidak merasa takut atau canggung pada Zidan karena Claudya menganggap kalau Zidan adalah temannya.
"Clau, kalau kamu mau belanja ajak saja aku, kalau terjadi sesuatu sama kamu dan bayi bagaimana?" tanya Zidan dengan wajah yang panik.
Claudya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, Zidan. lagian aku ini harus banyak jalan-jalan kalau dirumah terus aku mudah merasa bosan," keluh Claudya.
"Ya setidaknya kamu harus dijaga, Clau." Zidan masih tetap pada pemikirannya.
"Tapi kenapa kamu tidak bertanya?" tanya Zidan.
"Aku kurang enak badan, jadi aku ke warung mau beli obat." Claudya membuka kantong kresek itu dan menunjukkan obat yang dia beli warung, tapi Zidan langsung mengambil obat itu dan memasukkan kedalam saku jaketnya.
"Ish, kenapa di masukan kedalam jaket?" desis Claudya.
"Clau, ibu hamil itu gak boleh minum obat apa pun tanpa resep dokter karena takutnya membahayakan bayi dalam kandungan kamu, jadi Clau. Tolong kalau melakukan sesuatu itu jangan gegabah, ya?" Zidan menjelaskan semuanya pada Claudya.
"Dari mana kamu tau?" tanya Claudya mengerutkan alisnya.
"Aku belajar tentang ini, Clau. Supaya aku bisa menjadi Ayah dari anak kamu suatu saat nanti," Zidan membatin. Zidan menatap pada Claudya sambil tersenyum.
"Aku tau karena dahulu Tante aku pernah hamil juga," ujar Zidan yang hanya dibalas anggukan oleh Claudya.
Andai saja Claudya tau kalau Zidan sangat sayang padanya, mungkin Claudya akan sangat bahagia mendapatkan laki-laki yang mau mempelajari tentang kehamilan padahal Zidan saja belum punya istri, sekarang saja Zidan belum ada kepikiran untuk menjadi seorang ayah diusia muda. Tapi karena demi Claudya dan bayi yang Claudya kandung, walaupun pembahasan itu tidak penting bagi Zidan tapi Zidan tetap mempelajarinya.
Sungguh Zidan adalah pria yang paling baik sedunia, kalau saja Zidan mempunyai sikap seperti pria lain. Mungkin saat ini Zidan sudah meninggalkan Claudya atau bahkan lebih parahnya lagi Zidan sudah mulai mencari pengganti Claudya dihatinya, tapi Zidan bukan tipikal pria seperti itu.
"Clau, bagaimana kalau aku bantu untuk mencari pria yang menghamili mu?" tanya Zidan.
Claudya yang tengah memakan cemilan langsung menghentikan gerakannya, Claudya menatap pada Zidan yang terlihat masih menunggu jawaban dari Claudya.
"Tidak perlu, Zidan. Aku yakin pria itu tidak akan mau tanggung jawab," duga Claudya.
"Tapi Clau, bisa saja kan pria itu menerima bayi itu?" tanya Zidan.
"Aku sudah mencarinya, beberapa kali aku datang ke bar itu tapi sayangnya tidak ada yang tau tentang Pria itu," sahut Claudya.
"Rara pasti tau," ujar Zidan yakin.
Claudya menggelengkan kepalanya.
"Rara gak tau, karena katanya yang tidur denganku itu bukan pria yang membeli aku, bayangkan saja aku tidur dengan pria asing yang sama sekali aku gak tau bagaimana rupanya," jelas Claudya.
Claudya tidak memberitau Zidan tentang black card dan surat itu karena Claudya belum siap untuk bertemu dengan pria yang waktu itu menghabiskan malam bersama dengannya.
Setiap malam Claudya hanya bisa menangis saja karena kehidupannya tidak semulus orang lain, bayangkan saja wajah semanis itu ternyata menyimpan luka seluas samudera.