Muridku Anak Dari Mantanku

Rabu pukul 8 pagi, saat ini Ayana sudah siap untuk memenuhi panggilan polisi, dalam hati perempuan itu, tiada henti menyebut kalimat Allah, bertujuan agar semuanya di lancarkan dan diberikan jalan yang terbaik.

Tak lupa perempuan cantik itu meminta restu kepada ibunya agar di lancarkan semua usahanya menguak kebenaran yang ada.

"Ibu, restui Ay, semoga saja hari ini ay bisa menguak semua kebenarannya dengan bukti-bukti yang sudah di bawa oleh kuasa hukum Mas Andreas," ucap Ayana seraya meminta ijin.

"Ibu selalu mendoakan apa yang sudah menjadi keputusanmu, semoga saja jalanmu selalu di berkahi oleh Sang Kuasa," sahut Anjar yang sekarang sudah mulai pasrah dengan keputusan anaknya.

Dengan di temani kuasa hukum Andreas, akhirnya Ayana mulai menaiki mobil, dan siap untuk memberikan keterangan yang iya ketahui serta bukti kuat yang akan menjawab semua tuduhan yang di layangkan terhadap dirinya.

"Ibu Aya, sudah siap?" tanya Alex yang merupakan pengacara dari Andreas.

"InsyaAllah sudah siap," sahut Aya.

"Baiklah kita hadapi sama-sama, dan semoga nanti Ibu bisa memberikan keterangan yang terbaik kepada pihak berwajib," ucap Alex sambil menyemangati klien nya tersebut.

"Baik Pak Alex Insya Allah saya sudah siap," jawab Ayana dengan lugas.

Saat ini Ayana sudah berada di ruang pemeriksaan, sebagai terlapor Ayana sudah siap memberi pertanyaan-pertanyaan yang memang dia ketahui di tempat kejadian itu.

"Baik saudara Ayana, apakah anda berada di tempat di mana saudara Yusuf tengah di pukuli oleh seseorang yang merupakan kekasih anda?" tanya polisi tersebut.

"Iya Pak benar sekali, namun di sini saya sedikit meluruskan, bahwa ketika saudara Yusuf di hajar oleh pria yang di duga kekasih saya, pada waktu itu keadaan saya tidak sadarkan diri," sahut Ayana.

"Tidak sadarkan diri bagaimana jelas-jelas di sini anda yang memicu kegaduhan sehingga pertengkaran itu terjadi," ucap polisi tersebut.

"Tidak Pak, semua tuduhan saudara Yusuf yang di layangkan kepada saya semuanya itu bohong," sahut Ayana.

"Terus yang benar seperti apa, mohon di jelaskan sejelas-jelasnya," pinta polisi tersebut.

"Begini bapak polisi yang terhormat, pada waktu itu saya dan saudara Yusuf selesai nonton film di salah satu bioskop, setelah itu kami memutuskan untuk makan di sebuah rumah makan, dan tidak lama kemudian saya merasakan kantuk yang begitu kuat sampai-sampai saya tidak bisa menahannya, setelah kejadian itu saya tidak sadarkan diri dan tiba-tiba bangun di sebuah penginapan saudara Yusuf sudah di pukuli oleh pria yang di duga kekasih saya itu," terang Ayana panjang lebar.

"Apa ucapan anda bisa dibuktikan," telisik polisi tersebut.

"Sangat bisa di buktikan bahkan saya membawa bukti-bukti tersebut yang sudah terekam di CCTV rumah makan tempat kita makan dan juga penginapan yang sudah di sewa oleh saudara Yusuf tanpa sepengetahuan saya," jelas Ayana sambil menyodorkan semua bukti tersebut kepada pihak berwajib.

Polisi begitu terkejut ketika melihat semua bukti tersebut, di sini peran Andreas begitu besar bahkan dia memberikan bukti yang begitu kongkrit, mulai si Yusuf, menyewa jasa waiters untuk menaruh serbuk di makanan Ayana, sampai Ayana di bawa ke penginapan dan bukti rekaman Yusuf yang ingin melecehkan Ayana semua sudah terekam jelas dan tidak semua orang bisa mendapatkan bukti itu dengan begitu mudah.

"Saudara Ayana, keterangan anda ini sangat berguna bahkan anda sudah berani menguak kejadian yang sebenarnya," ucap polisi tersebut.

"Saya memberikan keterangan dengan seadil-adilnya dan di dalam keterangan itu tidak ada yang saya kurangi ataupun tambahkan, semua sudah terlihat jelas seperti rekaman CCTV tersebut," ungkap Ayana.

"Mohon maaf Pak, kenapa pelapor saat ini tidak datang bukannya seharusnya dia datang untuk menyaksikan semua keterangan dari terlapor," ucap Ayana kembali.

"Terlapor tidak bisa hadir di karenakan masih dalam keadaan sakit," sahut polisi tersebut yang memang sudah mendapatkan surat keterangan dari dokter.

Selesai menjalani pemeriksaan dari polisi akhirnya Ayana di perbolehkan untuk pulang, saat ini perasaannya begitu lega karena memang Aya sudah bisa membuktikan kepada polisi kalau dugaan terhadap dirinya salah besar.

Dan sekarang polisi masih menindaklanjuti kasus ini, bahkan status Ayana sekarang sudah berubah menjadi korban bukan tersangka seperti yang di tuduhkan oleh pihak Yusuf.

"Pak Alex terima kasih berkat bantuan Bapak status ku sekarang sudah berubah menjadi korban," ucap Ayana ketika sampai di depan rumahnya.

"Sama-sama, kalau mau berterima kasih berterima kasihlah kepada Tuan Andreas," sahut Alex, yang di tanggapi senyuman oleh Ayana.

*******

4 hari kemudian, saat ini polisi mulai mendatangi Yusuf yang baru saja keluar dari rumah sakit, karena polisi sudah mengantongi bukti yang kuat dari pelapor maka terlapor langsung di tangkap tanpa melewati surat pemanggilan terlebih dahulu.

"Maaf saudara Yusuf, anda sekarang kami tahan karena sudah berani membuat laporan palsu atas dugaan kasus kekerasan yang dilakukan oleh saudara Ayana," ucap polisi tersebut dengan tegas.

"Tapi Pak, memang benar keadaannya saya di pukuli gara-gara perempuan itu," kelit Yusuf.

"Sudah jangan mengelak seperti itu, anda mendapatkan kekerasan karena perbuatan bejad anda yang ingin melecehkan saudara Ayana," tegas polisi tersebut yang membuat Yusuf kelimpungan sendiri.

"Pak, tolong jangan tangkap saya," mohon Yusuf.

"Anda bisa memberi keterangan di kantor polisi," ucap polisi tersebut.

"Pak polisi tolong jangan bawa anak saya, ini semua pasti gara-gara perempuan murahan itu yang sudah membuat anakku di tangkap seperti itu!" teriak Dewi, yang tidak terima melihat anaknya di bawa paksa pihak berwajib.

"Kurang ngajar perempuan murahan!" desis Dewi.

Yusuf sudah di tangkap polisi dengan bukti yang cukup kuat untuk menjebloskan anaknya ke dalam jeruji besi, sedangkan saat ini Dewi begitu kepanasan tidak terima dengan penjemputan paksa anaknya itu.

"Aku tidak terima pokoknya aku harus datang ke rumah Anjar, untuk meminta maaf agar supaya si Aya perawan tua itu mencabut tuntutannya terhadap Yusuf," ucap Dewi sambil tergesa-gesa mendatangi rumah Anjar.

"Tok ... Tok ... Tok ...."

"Sebentar," sahut Anjar lalu mulai membuka pintunya.

"Dewi mau apa! Kau datang ke sini?" tanya Anjar dengan nada sinisnya.

"Anjar, aku ingin meminta maaf atas apa yang sudah saya lakukan terhadap anakmu," ucap Dewi.

"Apa! Sejak kapan kau memohon bukannya kemarin dengan lantang kau menampar anakku, ingat ya! Hatiku masih sakit, enak saja kau main tampar anak orang, sana-sana," usir Anjar sambil mengibaskan tangannya.

"Anjar, aku mohon maafkanlah anak saya yang sudah berbuat senonoh terhadap anakmu," pinta Dewi.

"He manusia serakah, seharusnya elu bersyukur anakku diem meskipun dia tahu kalau dirinya hampir di lecehkan sama anakmu, tapi berhubung isi otakmu hanya kesombongan, jadi hal itu yang membuat lu tidak tahu diri, sudah tahu tersangka sok-sokan lapor menjadi korban, dan sekarang rasakan gimana rasanya di tahan polisi, enak nggak?" tanya Anjar dengan nada sinisnya.

"Maaf Njar, aku sudah salah, tapi untuk kali ini saja aku mohon tolong bilang sama Aya untuk mencabut tuntutannya terhadap Yusuf, apa Aya tidak kasihan sama Yusuf meskipun begitu Aya dan Yusuf merupakan teman waktu kecil dulu," mohon Dewi.

"Nah, yang di maksud anakku itu seperti itu dia diem kagak mau laporin anak lu, tapi apa dasarnya elu dan anak lu yang memang tidak tahu diri, sekarang keluar dari rumah ku, keluar!" teriak Anjar.

Catatan penulis :

Malam ini double up lagi.

Teruntuk pembaca baru kali ini saya menemukan pembaca yang lompat bab. Tolong ya! Jangan di lakukan karena itu bisa merusak nilai retensi buku ini.

Sekian dari saya. Selamat membaca dan semoga kalian suka dengan kelanjutan bab ini. 🙏🙏🙏🥰🥰🥰