Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab VII _ Ranty kembali berulah
#Hafiz
Pagi ini ku bangun lebih pagi, berencana membersihkan rumah baruku yang sudah 1 bulan belum pernah dibersihkan. Membersihkan debu-debu dan unboxing perabot rumah tangga yang kubeli secara online.
Kalo ada kesempatan libur aku lebih suka dirumah, biasanya kalau dirumah orangtuaku aku pergi ke kebun dan gudang penyimpanan teh. Aku bukan lelaki yang hobi nongkrong, dugem dan pergaulan bebas lainnya. Sedari kecil pekerjaan rumah selalu kami kerjakan sendiri, bukan karena tidak mampu membayar ART tapi ada rasa kepuasan jika rumah kita rawat sendiri.
Drrtt...drrttt...drrttt..
Ponselku berdering, ada beberapa chat masuk. Ranty?
'Mas, hari ini aku jadi ya minta anter keliling Jakarta? Aku udah pamit Tante untuk pulang malam. Om bilang yang penting perginya sama mas'
'Baik Ran, siap-siaplah. 45 menit lagi mas jemput'
'Aku yang ke rumah mas aja deh. Kelamaan nunggu 45menit'
'Yakin ga apa-apa? Sebentar mas konfirmasi dulu ke pamanmu'
'Please mas jangan mulai deh, ko ribet banget sih jadi orang'
What?!!! Ribet ?
Tak sabar mengetik dan merangkai kata panjang lebar, akhirnya kupilih menelponnya langsung agar dia tidak salah paham
Tutt...tutt..tutt..
1x teleponku diabaikan
2x kembali diabaikan
3x di reject
4x nomerku di blok
Ugghh..!!
'Maunya apa sih?! Susah sekali diajak ngomong baik-baik' gerutuku
"Arrgggkkk.." Kulempar hp diatas sofa
Aku beranjak ke dapur untuk membuat sarapan. Tak berapa lama hape ku berbunyi lagi, tapi kuabaikan.
Drrtt...Drrtt...drrtt..
Kulirik sebentar, dari nomer tak dikenal
Pesan chat masuk
'Mas, aku tunggu di rumah paman 20 menit dari sekarang'
Damn!! Dia pikir bisa secepat itu menempuh jarak dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara
Kuambil kunci mobil dan melajukannya ke arah Kelapa Gading
Sesampainya di depan pintu pagar rumah pak Fredy, kulihat Ranty keluar dengan wajah merengut. Membuka pintu mobil dengan kasar dan menghempaskan bokongnya di kursi penumpang baris belakang.
Aku meliriknya dari kaca spion tengah
"Aku bukan driver, pindah duduk di depan!" tegas kuambil sikap
"CK!! Udah cepet jalan!"
Aku menggelengkan kepala
Sepanjang perjalanan tak ada yang berniat membuka pembicaraan duluan. Aku sendiri tidak tau dia minta dianter kemana, malas aku membuka obrolan. Akhirnya mobilku cuma muter-muter jalanan Jakarta.
"Ini tujuannya mau kemana sih, ko muter-muter HI doang dari tadi!" protesnya dengan suara meninggi
Aku meliriknya sekilas; "Aku ditugaskan pamanmu mengantarkan kemana kamu mau, so?! Sekarang kamu mau kemana?"
Ku atur nada bicaraku sehalus mungkin, menghadapi sikapnya yang keras kepala bikin darahku mendidih
"Aku mau belajar menembak, berenang" Suaranya kali ini merendah nyaris seperti rengekan balita selesai merajuk
Ingin rasanya ku terbahak, tapi kutahan. Kukulum senyum menjadi garis dibibir.
"Ok, aku bawa kamu ke tempat itu" tetap dengan suara datar,
menjaga wibawaku
"Terima kasih mas Hafiz.."suara manjanya disertai senyum manis menghiasi wajah cantiknya
'aahh kamu benar-benar mempermainkan emosiku. Lihatlah sekarang hatiku berbunga-bunga dan berdebar tak karuan'
Ku putar laju mobil menuju tempat latihan menembak di kawasan Jakarta Selatan. Aku ambil rate 400meter. Kupasangkan pengaman sesuai SOP dibagian-bagian tubuhnya.
Kuajarkan pengetahuan basic tentang menembak, sesekali kugenggam tangannya untuk mengarahkan agar bidikannya mengenai sasaran.
Sejauh ini sikapnya baik, patuh dan seringkali menggemaskan.
Aku mulai memahami karakternya, dia butuh perhatian lebih. Butuh sanjungan dan validasi. Mungkin karena sejak kecil terbiasa dimanja dan kurang perhatian dari papa mamanya yang super sibuk.
"Mas, habis ini kita ke hotel xxx yuk!"
"Hotel? Katanya mau berenang?!" aku mengingatkan
"Males ahh, udah sore. Kita dugem aja ya..di hotel itu ada pertunjukan bagus mas. Cocktailnya juga enak mas"
"Stop! No! No! Ga ada dugem-dugeman. Pertunjukan apa di diskotik yang bagus?! Coba aku pengen tau?!"
"CK!! Mas ini yaa..noraaakk!!" Ranty membentakku
"wow!!" aku membelalakkan mata menatapnya tak percaya
"Kalo ga mau nganterin ya udah! Aku bisa jalan sendiri! Sebentar lagi Gavin jemput aku"
Ranty meneriakiku
"No!! Kamu berangkat sama aku dan pulang harus sama aku! Paham?!" kubentak balik
Emosiku benar-benar mendidih. Kutarik lengannya dan menggiringnya ke dalam mobil
"Setelah kuantar sampai rumah pamanmu, terserah kamu mau kemana, dengan siapa, aku tak perduli!!!" kembali aku tegas padanya
"hiksss...hiikkss..hiikkss kamu jahat, kamu teriak di depan wajahku. Aku cuma mau dugem masa ga bo-boleh hiikkss..hiikkss" tangisnya pecah
Entahlah hatiku terenyuh saat melihatnya menangis tersedu seperti itu. Apa memang aku sejahat itu? Tapi dugem? Aku juga ga bisa tolerir itu.
"Aarrrggkk..!!" kupukul stir berkali kali dengan keras.
"Kamu boleh minta kemanapun, minta barang branded apapun. Asal tidak pergi ke diskotik, dugem, drink apalah itu.. Aku tidak suka perempuan sepertimu berkeliaran di dunia gelap" suaraku melunak, kutahan egoku sekuatnya, agar tidak menyakitinya lagi
"Mass...!"
Ranty menghambur memelukku, dia terisak di dadaku. Aku mengusap surainya yang berwarna brown, kuelus punggungnya. Dia semakin terisak menumpahkan emosinya di dadaku. Hatiku sakit melihatnya menangis. Aku tau sebenarnya gadis ini rapuh
Setelah tangisnya mereda
"Dan satu lagi yang mas ga suka, jangan pernah niat pergi dengan laki-laki lain terutama Gavin. Mas ga rela kamu dirusak oleh 'garangan sawah' itu"
Dia mengangguk pelan. Aku makin tidak tega melihatnya. Kutarik lagi ia ke dalam pelukanku lebih erat.
"Jadi, sekarang mau pulang atau ada rencana lain?" sambil memeluknya erat dan mengelus punggungnya
"Aku bosan di rumah mas, di rumah selalu sepi. Mereka semua sibuk"
"Mas ajak ke suatu tempat mau?!"
"m-m..terserah mas aja"
"Oke, pakai lagi seatbeltnya ya"
Ranty melepas pelukan
"Sebentar, mas telepon pamanmu minta ijin"
********
Mobilku melaju ke area pantai berpasir putih di pinggir wilayah kota Jakarta. Setelah sampai kuajak Ranty turun, kugenggam erat jemari lentiknya. Menikmati hembusan angin malam dipinggir pantai adalah caraku mengusir emosi yang berulang kali meluap. Aku merasa tenang di sini.
"Kamu suka?!" tanyaku memastikan perasaannya
"He-em..aku suka" ucapnya sambil tersenyum
"boleh mas peluk?" meminta ijin
"Bukannya tadi mas sudah peluk aku?" cicitnya mengerucutkan bibir ranumnya
"Oiya ya, tapi menurut mas tadi moment berbeda" mataku mengerjap dengan senyum jahil
"iya boleh" kulihat wajahnya merona merah. Dia malu?
Sreeggg...
Kutarik pinggangnya lebih merapat ke tubuhku. Kuhirup aroma surainya, aroma tubuhnya menguar. Menenangkan perasaanku
"Mas sering kesini?" tanyanya
"Kalo disini mas baru kali ini, dulu waktu di kampung tiap Minggu sore mas ke pantai. Sekedar main jetski atau voli pantai"
"Kamu, sering ke pantai?" tanyaku
"Aku takut ombak mas"
"Ko sekarang ga takut?"
"Karena ada mas.." wajahnya merona lagi
"Cantik!" tanpa sadar aku memuji wajah meronanya
Cup
Dia mendaratkan kecupannya di bibirku sekilas
Aku posisikan tubuhnya berhadapan denganku. Kutatap wajahnya, ku angkat dagunya agar matanya menatapku.
Kulihat kedalam bola matanya, tatapannya polos, kulihat kerapuhan jiwa di matanya.
"Sudah lama Mas jatuh cinta padamu, Ran"
Kulumat bibirnya lembut, dia membalas. Melumat bibirku begitu dalam. Kubiarkan bibirnya memainkan bibir dan rongga mulutku.
Setelah dia menyadari aku tidak membalas ciumannya. Dia menarik diri, memberi jarak.
Kutarik kembali tubuhnya, kueratkan pelukanku, kutarik tengkuknya, kulumat bibir ranumnya dengan intens. Dia kembali terpancing. Kuikuti permainannya, lumatan demi lumatan hingga ciuman berubah menjadi ciuman panas dan menggairahkan. Memberi jeda hanya untuk menarik napas, ciuman panaspun kembali kami lakukan.
"Bibirmu bengkak, Sayang" kuusap sisa saliva di bibirnya
Wajahnya kembali merona merah
"Setelah ngambek dan ciuman, perutku laper Mas. Aku butuh makan" dia merengek
"hahahaha.." aku terbahak lepas
"Ayo kita cari makan!"
Kepeluk pinggang rampingnya dengan posesif
*****
Pukul 01.15 dini hari aku sampai di kediaman pak Fredy, kuantar Ranty masuk hingga ruang tamu. Hanya ada ART kediaman. Pantas saja dia merasa kesepian, setiap hari semua orang di rumahnya sibuk. Aku makin kasian pada Ranty.
"Ran, besok mas harus pulang kampung. Papa meminta mas segera pulang karena ada urusan penting. Mas belum tau sepenting apa urusan itu. Apa tidak apa-apa mas ga bisa temani waktu liburmu?" Entah kenapa aku selalu ingin berbagi cerita dan masalahku kepadanya
"hmm..Aku sendirian lagi dong. Mas bisa antar aku ke rumah nenekku dulu ga?" "Mas besok berangkat jam berapa?" kulihat wajahnya cemas
"Mas berangkat ke Malang sore. Adek mau diantar jam berapa? Kemana?" tanyaku memastikan
"Selama mas di Malang, aku nginep di rumah nenek yang di Bogor"
"Ok, besok pagi mas antar ke Bogor ya"
"Mas ga nginep disini aja malam ini?" rayunya sambil memainkan Zipper jaketku
'Ya Tuhan, dia terus menguji imanku' batinku
"CK, ga boleh begitu nanti aku khilaf" Senyumku mengembang
"Mas pulang ya?!" pamitku sambil mengecup keningnya
Ranty menganggukkan kepala
Cup sekilas ciuman dibibir ranumnya
Di bab ini emosi author juga turun on-trun off...seperti menguras danau pemirsah..🤣
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen ya gaess...