Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Flashback sewaktu Lizda di rawat...
"Halo, Bi. Tolong masuk ke kamar Kakak dan cari obat yang ada di meja nya. Ambil beberapa obat nya untuk contoh lalu kembalikan seperti semula. Jangan ada yang tahu dan jika Daniel bertanya apapun tentang hal ini katakan saja tidak tahu!" ucap Lidya kepada bi Inah melalui telepon.
"Baik, Non." bi Inah mematikan telepon.
Setelah mematikan telepon bi Inah menjalankan perintah dari Lidya lalu kembali ke kamar nya dan menyimpan obat tersebut.
*
*
Kembali ke Lidya yang tengah membayangkan kejadian itu, andai dia kurang cepat sedikit saja. Daniel pasti sudah membuang barang bukti sebelum bisa di selidiki.
Brakk!!
Daniel yang sedang tersenyum menatap ponsel nya tiba-tiba menoleh ke arah pintu yang di tutup kencang oleh Lizda sembari dia mengerut kan alisnya. Raut wajah nya sudah nampak kemarahan, siap untuk memaki Lizda.
"Kenapa terlihat sangat tidak suka kamu kalau aku menutup pintu kencang seperti itu?" tantang Lizda. Matanya sudah terbelalak lebar yang mana di dalam nya sudah penuh dengan air mata.
"Di racuni apa kamu sama Lidya, balik dari kamar nya tiba-tiba menjadi kurang ajar ke suami mu?"
Lizda melempar surat lab itu ke wajah Daniel. Daniel membuka nya dan mencoba memahami apa isi dari surat itu, seketika dia ingat tentang obat yang dia buang waktu itu.
"Tapi mana mungkin, waktu itu aku sudah membuang nya bagaimana bisa Lidya mengambil obat itu?" batin Daniel. Raut wajah nya seketika berubah menciut, ada ketakutan di dalam dirinya meski dia mencoba menutupi.
"Kenapa diam? Kamu takut kejahatan mu akan ketahuan?" Lizda mendorong tubuh Daniel yang sedang duduk di atas kasur.
"Oke aku akui benar memang aku yang menukar obat itu. Tapi semua bukan tanpa alasan, aku ingin kamu bisa segera bekerja tanpa kita di repotkan oleh anak. Aku ingin menjalani masa-masa pacaran kembali, tetapi kita malah akan punya anak. Maafkan aku." Daniel berlutut di depan Lizda.
Ternyata Daniel pandai bersandiwara, dia menangis menyesali perbuatan nya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Daniel juga berkata akan menjadi suami yang lebih baik lagi.
"Apa kamu tidak ingin memimpin perusahaan sendiri, kamu terlalu percaya kepada keluarga mu. Seharusnya kamu sadar dan menyiapkan aset masa depan untuk anak kita," ucap Daniel yang membuat Lizda terdiam.
Perkelahian mereka berakhir begitu saja tanpa ada nya keputusan apapun.
*
*
Lidya hendak segera bertanya kepada Lizda tentang obat tersebut namun saat akhir pekan dirinya justru sedang ada pekerjaan di luar kota. Beberapa hari sudah berlalu...
"Kak, apakah dia mengakui perbuatan nya?" tanya Lidya saat melihat kakak nya sedang menyiram tanaman.
"Iya benar dia mengakui dan kakak memaafkan nya, Dek. Kakak berniat memberinya satu kesempatan lagi, seperti nya setelah melahirkan kakak sendiri yang akan bekerja di showroom bersama Daniel. Terima kasih kamu sudah sangat peduli ke kakak," ucap Lizda yang tidak menoleh ke arah Lidya sama sekali. Seperti nya dia sudah teracuni oleh Daniel.
Lidya hanya tersenyum lalu mengelus pundak kakak nya dan berpamitan untuk bekerja.
Pemandangan tidak mengenakkan setiba nya di showroom sering terlihat, bahkan banyak karyawan yang mengadu pada Lidya. Daniel dan Rara adalah biang kerok yang ada di kantor.
"Bagaimana melihat rencana mu gagal? Tidak ada reaksi apa-apa bukan dari kakak mu? Sebentar lagi kamu tidak akan jadi apa-apa karena showroom ini akan jadi milikku dan kakak mu." sindir Daniel yang tiba-tiba saja masuk ke ruangan Lidya.
"Kita lihat saja nanti, siapa yang lebih tidak menjadi apa-apa. Kalau susah nanti jangan harap aku akan membantu mu. Silahkan keluar dari ruangan ku," usir Lidya.
Alasan Daniel mengalah pada Lizda bukan hanya ingin menguasai harta nya namun juga harta itu bisa untuk nya berselingkuh menghidupi Rara.
Lidya yang kesal membuat janji temu ke papa nya. Mereka akan makan siang bersama di restoran khas jawa "Resto Kemuning"
Resto milik Lidya dan teman nya, Lidya memang pandai berbisnis sejak awal kuliah. Dia pandai mengatur keuangan, sehingga tidak pernah berdiri di balik ketiak papa nya yang terkenal.
"Tumben kamu ajak papa makan siang di resto mu, konsep nya keren ternyata ya. Buatkan papa satu seperti ini?" celetuk Marco yang baru saja tiba di resto tersebut.
"Bisa saja papa ini ah, mau bersaing di dunia kuliner sama aku?" jawab Lidya terkekeh.
"Sudah langsung saja, ada apa? Kamu sudah mau menikah?"
"Ihh bukan, Pa. Aku masih mau menata masa depan ku dulu. Aku mau membahas serius soal showroom yang akan papa berikan ke Daniel dan Kak Lizda,"
Lalu Lidya menyampaikan secara rinci rencana nya, bagaimana pun juga showroom itu nanti nya memang akan di berikan papa nya ke Lizda. Jadi apapun resiko ke depan nya harus sudah di siapkan. Mengingat sebentar lagi Lizda akan melahirkan.
Lidya juga mengatakan bahwa akan memperbesar resto nya dan membuka cabang di kota lain. Dia juga meminta izin papa nya untuk tinggal di luar kota setelah kakak nya melahirkan. Marco menyetujui semua permintaan Lidya termasuk melepas anak gadis nya yang sudah mampu berbisnis untuk tinggal di luar kota.
*
*
