Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 (Rencana)
Mereka berempat pun berjalan menuju parkiran dan masuk kedalam mobil Silva. Awalnya Marco menolak tawaran Silva untuk mengantarnya pulang kerumahnya, karena dia tidak ingin merepotkan kekasihnya itu, apalagi malam semakin larut, khawatir dengan Silva menyetir sendirian setelah mengantar dirinya dan juga kedua sahabatnya. Namun, Silva tetap memaksa agar Marco ikut bersamanya. Karena Silva berpikir, arah kerumah Marco searah dengan kost Hilda dan Flea. Mau tidak mau Marco pun akhirnya mengalah dan menuruti apa yang diinginkan oleh wanita kesayangannya itu.
Mobil Silva beranjak keluar dari area parkir menuju ke kost Flea dan Hilda terlebih dahulu.
"Oh iya, apa rencana kalian berdua setelah ini? Apa mau lanjut kuliah atau mau langsung nyari kerja gitu?" Tanya Flea saat dalam perjalanan menuju ke kostnya.
"Aku sih mau kuliah, cuma belum nentuin mau kuliah dimana, masih nyari kampus yang bagus gitu" jawab Silva seadanya.
"Terus kalau kamu, Co?" Flea beralih pada Marco.
"Aku sama kayak kamu, Fle, aku mau langsung kerja aja, yah.... Kerja apa aja deh, yang sesuai dengan ijazah yang aku miliki, nanti gaji aku itu aku tabung, kalau misalkan tabungan aku udah cukup, baru deh aku daftar kuliah" Marco menjelaskan tentang rencananya itu.
"Aku sadar kalau keluarga bukan berasal dari keluarga yang berada, jadi, aku harus berusaha keras agar bisa mewujudkan keinginanku untuk kuliah" lanjut Marco.
Sepuluh menit kemudian, mobil Silva yang dikemudikan oleh Marco pun berhenti di depan kost Flea dan Hilda.
"Sil, Co, makasih yah udah anterin kita berdua" Flea turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih pada sepasang kekasih itu, diikuti Hilda.
"Iya, sama-sama" jawab Silva singkat.
"Ya udah, kita berdua pamit yah, Fle, Da" Marco berpamitan pada kedua sahabat Silva.
"Dadah, Fle, Da" Silva melambaikan tangannya.
"Dah, Sil, Co, hati-hati dijalan" kata Flea dan Hilda hampir bersamaan dan membalas lambaian tangan Silva.
Mobil pun kembali melaju dengan perlahan dan berjalan semakin jauh dari kost Flea dan Hilda.
"Mereka benar-benar pasangan yang serasi yah" kata Hilda setelah mobil Silva tidak terlihat lagi.
"Iya, Da, aku harap hubungan mereka terus berlanjut sampai ke pelaminan, menjadi pasangan suami istri" balas Flea.
"Amiiin....." Hilda mengaminkan perkataan Flea, yang dimana Hilda juga berharap hal itu menjadi kenyataan. Mereka pun berjalan menuju kamar masing-masing.
"Oh iya, sayang, aku mau lanjutin obrolan yang tadi" kata Silva.
"Obrolan yang mana?" Tanya Marco yang tetap fokus menyetir.
"Yang soal kamu mau kerja itu loh, tadi kan kamu yang bilang" jawab Silva.
"Oh... Yang itu, iya, sayang, aku memang rencananya mau langsung nyari kerja , nyari info lowongan di internet atau nanya orang-orang dekat rumah aku, siapa tahu aja ada yang tahu info lowongan kan" terang Marco.
"Tapi, emangnya mau kerja apa, sayang? Apalagi dengan ijazah SMA aja, jaman sekarang susah tahu" Silva berkata sesuai dengan kenyataannya.
"Kalau gak dicoba kan, gak tahu hasilnya kayak apa, aku sih optimis bisa dapatkan kerjaan meskipun hanya bermodal ijazah SMA, sambil nanti aku kuliah kalau tabungan aku udah mencukupi dan nyari kerjaan yang lebih baik lagi setelah aku lulus kuliah" Marco memberitahu Silva tentang rencana yang sudah lama dia susun. Silva yang mendengar jawaban Marco merasa senang. Dirinya tidak menyangka kalau kekasihnya itu memiliki pola pikir yang dewasa.
Silva memiliki keyakinan kalau Marco mampu meraih kesuksesan dan tentu saja akan membuatnya bangga memiliki kekasih yang hebat, yang bisa meraih kesuksesan di usia muda.
"Aku sebagai kekasihmu akan mendoakan yang terbaik untukmu, sayang, aku selalu setia bersamamu dan memberi support padamu sebagai penyemangat untuk meraih yang kamu cita-citakan, aku yakin kamu pasti bisa" Silva memberikan suntikan semangat pada Marco. Marco tersenyum sambil mengelus lembut kepala Silva.
"Sayang, aku ada ide nih, tapi, aku gak tahu kamu setuju atau gak" kata Silva yang berbalik ke mode serius.
"Coba kamu bilang dulu, baru nanti aku jawab setuju atau tidaknya" Marco siapa mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Silva.
Silva lalu menjelaskan mengenai ide yang tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya. Dia berniat untuk membantu Marco dengan cara membayarkan biaya kuliahnya sampai selesai dengan menggunakan tabungan yang dimilikinya agar Marco bisa mendapatkan pekerjaan yang baik setelah lulus kuliah. Dengan begitu, Marco tidak perlu susah payah kerja dulu, lalu menabung untuk biaya kuliahnya.
Silva tahu bagaimana sulitnya mencari pekerjaan di jaman sekarang, apalagi hanya bermodal ijazah SMA. Menurutnya, Marco akan kalah saing dengan yang lain dalam hal melamar pekerjaan ataupun persaingan di kantor itu sediri, apalagi kalau saingannya itu lulusan sarjana.
"Gimana menurut kamu, sayang" Silva meminta pendapat Marco.
"Sayang, aku tahu kamu punya niat baik seperti itu untuk bantu aku, tapi, maaf sayang, aku gak bisa terima itu,, nanti apa kata orang, kesannya aku kayak manfaatin kamu dan hanya ingin morotin harta kamu aja, aku harap kamu ngerti yah, sayang" Marco menolak secara halus.
"Iya, sayang, aku hargai keputusan kamu" Silva menerima apa yang telah diputuskan oleh kekasihnya itu.
Selang beberapa menit kemudian, mobil Silva berhenti tepat di depan rumah Marco. Marco pun turun dari mobil Silva dan mengucapkan terima kasih pada kekasihnya itu. Setelah itu, Silva langsung melajukan mobilnya perlahan menuju ke rumahnya.