KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian
Berapa hari setelah kepergian Kusno banyak hal yang dilalui oleh marni. Banyak tetangga saudara mencemoohnya mengatakan Marñi tidak bisa mengurus anaknya tanpa kusno. Namun marni menerima hal itu dengan lapang dada.
Hingga suatu hari ia sedang berkunjung kerumah Ayu bersama Tisna dan Fitri. Ayu menyambut kedatangan Marni dengan hangat. Ia selalu berusaha menghibur Marni agar tidak merasa terasingkan walaupun tidak ada suaminya. Disaat mereka tengah asyik mengobrol datanglah Tasim bersama istrinya.
“ Eh ada marni, aku kíra kamu udah pulang kerumah ibumu. Ya bukannya ikut campur marni, tapi kalau kamu memang ingin pulang juga tidak apa. Siapa tau kamu jenuh disini," ujar Tasim.
“ Kamu ngomong apa sih mas! Mending kamu pulang saja mas jika kamu mau menceramahi mba marni.” Ujar Ayu yang baru saja keluar membawa segelas kopi untuk Tasim.
“ Aku cuma bica begitu, kenapa kamu yang marah yu. Sedangkan Marni saja tidak marah, dia biasa saja," ujar Tasim.
“ Karena aku tidak suka kamu berkata begitu mas. Kamu terlihat tidak menyukai mba marni!! Apa kamu sama seperti Sri yang menginginkan mba Marni berpisah dengan mas kusno." Jawab ayu yang tersulut emosi oleh perkataan Tasim.
" Sudah ayu, tidak baik kamu berkata seperti itu pada mamasmu. Yang dikatakan dia memang benar. Aku pasti pulang mas," ujar marni.
Marni yang tidak nyaman dengan suasananya ia berpamitan untuk kembali pulang. Dan ia berkata pada ayu agar tidak memperpanjang masalah hanya karena masalah sepele. Ayu merasa malu pada marni karena ia berdebat dengan kakaknya didepan marni. Setelah berpamitan pulang, marni keluar bersama anak-anaknya.
Sesampainya dirumah ibu sudah menunggu kedatangan marni. Marni tersenyum didepan ibu kusno mencoba menutupi apa yang sedang terjadi di tempat ayu. Ibu kusno meminta Marni untuk makan dulu, karena sejak pagi marni belum makan.
“ Bu, aku sudah makan tadi dirumah ayu. Tadi juga aku bertemu sama Tasim disana. Aku mau pisang gorengnya saja bu," ujar marni beralasan.
“ Jika begitu kamu temani ibu makan ya? Sebenarnya ibu juga belum makan, ibu sengaja menunggu marni pulang. Agar kita bisa makan siang bersama." Jawab ibu kusno sembari mendekati Marni yang sedang duduk menyusui tisna sedangkan fitri sedang bermain dengan anak tetangga teman sebayanya.
Marni tak bisa menolak ajakan mertuanya. Selesai menyusui anaknya ia ikut makan bersama ibu mertuanya. Selesai makan mereka kembali beristirahat duduk diteras depan melihat lalu lalang warga kampung lewat di jalan. Sesekali juga ada yang menyapa marni, begitu juga dengan marni.
Tak terasa karena hembusan angin yang sepoi-sepoi disiang hari ditambah nuansa dirumah marni yang banyak pepohonan yang begitu rindang. Ingin rasanya ia memejamkan mata menikmati nuansa yang menenangkan hati. Saat mata hampir terpejam, ibu menepuk bahu marni.
“ Sana kamu tidur siang saja didalam, biar tisna ibu yang bawa” ujar ibu marni.
“ Iya bu, terimakasih ibu sudah perhatian padaku bu. Marni mau tidur disini saja bu. Suasananya enak, titip tisna dulu ya bu. Maaf jadi merepotkan ibu sekalian titip Fitri ya bu." Jawab marni sembari melepaskan tisna dari gendongannya dan memberikan pada ibu mertuanya.
Marni begitu cepat memejamkan mata, karena hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa dirinya. Ibu mertua marni berdiri masuk kedalam rumah dan mengambilkan bantal untuk marni yang sudah mulai terlelap dalam tidurnya.
Beberapa hari telah berlalu, beberapa minggu telah terlewati hingga sudah tiba usia Tisna menginjak enam bulan. Saat marni baru selesai membereskan rumah dan memasak ia pergi menyapu halaman. Baru beberapa kali ia menyapu ada suara seseorang memanggilnya lalu bertanya padanya.
“ Permisi, permisi! Maaf mba numpang tanya di mana ya rumah Sri Sunarti?" Ujar seseorang yang datang dari arah belakang marni.