NovelToon NovelToon
Istri Simpanan Tajir

Istri Simpanan Tajir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Keluarga / Pihak Ketiga
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.

Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.

Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.

"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.

"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.

Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.

"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.

Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Hanin Mulai Pulih

Dalam satu minggu terakhir, kondisi Hanin mulai menunjukkan tanda tanda pemulihan. Mahreeen merasa sangat bersyukur, meskipun Hanin masih harus menjalani operasi lanjutan. Selama seminggu ini, Manaf hanya bisa menemaninya selama dua hari sebelum akhirnya harus kembali ke negaranya.

Namun, Mahreeen tidak dibiarkan sendirian. Malika, seorang asisten handal yang sangat dipercaya oleh Manaf, ditugaskan untuk mendampingi Mahreeen di negara tersebut. Malika adalah wanita cantik dan cerdas, setara dengan Olaf dalam hal kemampuan dan kepercayaan.

“Nyonya Mahreeen, jangan khawatir, saya akan mengurus segala sesuatu di sini. Anda fokus saja pada Hanin,” ucap Malika dengan senyuman yang menenangkan.

Mahreeen merasa sangat terbantu dengan kehadiran Malika. Dia terkejut ketika tahu bahwa Manaf ternyata memiliki perusahaan di negara ini, yang dikelola tanpa banyak orang yang tahu.

“Manaf benar benar orang yang penuh kejutan," lirih Mahreeen.

Yang lebih mengejutkan lagi, Malika mengenalkan Mahreeen kepada para staf di rumah sakit sebagai nyonya muda meskipun status mereka belum resmi.

“Nyonya Muda? Tapi... kami belum...,” jelas Mahreeen mencoba menjelaskan, namun Malika hanya tersenyum penuh pengertian.

“Tidak apa apa, Nyonya Mahreeen. Ini adalah perintah Tuan Manaf. Beliau ingin memastikan Anda dan Hanin mendapatkan fasilitas terbaik selama di sini,” jawab Malika dengan tenang.

Mahreeen terdiam, hatinya berkecamuk. Di satu sisi, dia merasa terhormat dengan perlakuan istimewa ini, namun di sisi lain, dia masih bingung dengan apa yang sebenarnya Manaf rasakan terhadapnya. Malika memastikan bahwa Mahreeen memiliki kamar pribadi di rumah sakit, tempat ia bisa beristirahat sementara Hanin mendapatkan perawatan intensif.

Manaf... Bagaimana kelak aku akan membalas ini semuanya? Sedangkan aku belum tahu kamu berbuat ini semua padaku karena apa? Batinnya.

***

Selama seminggu itu, Manaf selalu melakukan video call dengan Mahreeen. Setiap malam, mereka berbicara lama, dan setiap kali Mahreeen merasa cemas atau lelah, Manaf selalu tahu bagaimana cara menenangkannya.

“Bagaimana keadaanmu, Mahreeen? Apakah Hanin semakin membaik?” tanya Manaf suatu malam melalui layar ponselnya.

“Alhamdulillah, Hanin mulai pulih. Tapi aku masih khawatir untuk operasi berikutnya,” jawab Mahreeen dengan suara pelan.

“Kau kuat, Mahreeen. Dan aku akan selalu ada di sini untuk mendukungmu. Percayalah, semua akan berjalan lancar.” ucap Manaf tersenyum lembut.

“Terima kasih, Manaf... Aku merasa sangat beruntung bisa bertemu denganmu,” ucap Mahreeen sambil menahan air mata. “Tapi aku juga merasa bersalah karena belum kembali bekerja. Sudah seminggu lebih aku di sini.” lanjutnya.

“Jangan khawatir soal pekerjaan. Semua sudah aku urus. Fokus saja pada Hanin dan dirimu. Aku juga sudah memastikan anak anakmu di rumah dalam perlindunganku. Peros tidak akan bisa membuat masalah lagi.” ucap Manaf dengan cepat menenangkannya. Mahreeen merasa lega mendengar itu.

“Aku benar benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu, Manaf,” ucapnya dengan mata berkaca kaca.

“Jangan pikirkan soal itu, Mahreeen. Kebahagiaanmu sudah lebih dari cukup bagiku,” jawab Manaf dengan senyum tipis di wajahnya.

***

Hari demi hari berlalu, dan tibalah saatnya operasi ketiga untuk Hanin. Malika memastikan bahwa semua persiapan berjalan lancar. Pada malam sebelum operasi, Mahreeen menghabiskan waktu berdoa dalam sujud panjang, memohon kepada Allah untuk memberikan kelancaran dan kesembuhan bagi anaknya.

Ya Allah, hamba pasrah kepada-Mu. Berikanlah kesembuhan untuk Hanin, dan kuatkan lah hati hamba dalam menghadapi ujian ini, bisik Mahreeen dalam doanya yang penuh harap.

Jika nanti Hanin benar benar pulih kembali atas kuasa-Mu, aku akan membalasnya dengan Manaf yang akan menjadi istri yang baik dan melayaninya. Perantara-Mu adalah dia, Manaf. Berikanlah selalu kesehatan dan jauhkan lah dai hal hal yang akan menyakitinya. Amin.

***

Sementara itu, di negara asalnya, Manaf menghadapi permasalahan lain. Farisa, istrinya, kembali menuntut uang dalam jumlah yang tidak wajar. Manaf duduk di ruang kerjanya, memandang layar ponselnya dengan kerutan di dahi.

“Lagi lagi uang? Sudah seminggu ini aku memberikan 1 miliar, dan kau masih kurang?” ucap Manaf berbicara dengan nada frustrasi.

Di ujung sana, suara Farisa terdengar tajam.

“Uang itu tidak cukup! Aku butuh lebih banyak, Manaf. Kamu itu tidak akan habis uangnya, walau aku meminta lebih dari jatahku bukan. Jadi jangan menolak memberikannya padamu atau kalau kamu tidak memberikannya, kamu tahu apa yang bisa kulakukan!” ancam Farisa.

Manaf menghela napas panjang, menahan amarahnya.

“Apa lagi yang kamu inginkan, Farisa? Kamu sudah mendapatkan lebih dari cukup. Berhentilah menuntut hal hal yang tidak masuk akal.” kesal Manaf.

“Aku tidak peduli! Aku istrimu, dan aku berhak atas semua ini. Kalau tidak, aku akan membuat skandal yang akan menghancurkan reputasimu!” ancam Farisa lagi dengan suara penuh emosi.

Manaf menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan diri.

“Baiklah, aku akan mengirimkan uangnya. Tapi ingat, ini yang terakhir. Jangan pernah meminta lebih dari ini lagi, Farisa.” ucap Manaf dan menang Farisa kali ini.

Yes! Shopping again!!! Batin Farisa senang.

Hanya dengan sedikit mengancammu dan sedikit keras menggunakan skandal, kamu langsung kalah, Manaf. Dan aku suka itu. Jadi aku akan selalu menggunakannya lagi. Lanjut dalam hati Farisa.

Percakapan itu membuat Manaf merasa lelah, namun dia tidak punya pilihan lain selain memenuhi tuntutan Farisa. Baginya, menjaga ketenangan situasi lebih penting, terutama ketika dia masih harus fokus pada Mahreeen dan Hanin.

"Sudah aku kirimkan, aku tidak mau tahu itu harus kau cukup untuk bulan ini." ucap Manaf.

Mata Farisa langsung melotot karena terkejut uangnya telah masuk ke rekeningnya dengan notifikasi di hpnya.

500 juta!!! Yes! Aku harus kasih tahu mama, kita jalan jalan lagi. Batin Farisa senang sekali.

"Terima kasih, Sayangku, nah gitu," ucapnya lalu keluar dari ruangan Manaf.

Wanita gila!!! Bisa bisanya dulu aku, akhhhhh! Batin Manaf.

***

Kembali di rumah sakit, operasi ketiga Hanin akhirnya berlangsung. Mahreeen duduk di ruang tunggu dengan hati yang penuh doa, ditemani Malika yang setia di sisinya. Meskipun kecemasan melingkupinya, Mahreeen merasa sedikit lebih kuat berkat dukungan Manaf dan semua orang di sekitarnya.

Ketika operasi selesai, Mahreeen merasa sangat lega. “Alhamdulillah...,” ucapnya sambil menatap ke langit, berterima kasih atas segala kemudahan yang diberikan-Nya.

“Segala sesuatu sudah berjalan lancar, Nyonya Mahreeen. Sekarang saatnya Anda beristirahat. Hanin sudah dalam kondisi yang jauh lebih baik.” ucap Malika tersenyum kepadanya.

Mahreeen mengangguk, merasa terharu dan bersyukur ternyata mulai terasa ringan kini.

"Terima kasih, Malika. Kamu sangat baik menemaniku disini terus, kamu juga perlu istirahat. Aku akan kembali ke dalam. Besok kamu boleh datang lagi," ucapnya.

"Baik, Nyonya Mahreeen," jawab Malika. Sebelumnya dia juga sudah memberikan kabar itu pada Manaf bosnya.

Esok harinya, saat Mahreeen membuka mata di ruangan rawat disana.

"Pagi, Mahreeen," sapa Manaf.

...****************...

Hi semuanya!! Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya.

1
Enny Nuraeni
ok bgt
ziear: terima kasih kak
total 1 replies
dapurAFIK
lanjut Thor makin penasaran aza...
ziear: siap kak
total 1 replies
dapurAFIK
bertemu calon madu🤭
ziear: 😅 bener bgt kak
total 1 replies
dapurAFIK
peros manusia ga waras
ziear: cung yang setuju Peros ga. waras☝
total 1 replies
ziear
siap kak
bentar lagi up ya di tunggu
dapurAFIK
semangat mahreeen..... semoga ada jln terbaik...
ziear
Karya Mommy selanjutnya.
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!