NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: pralam

Liu Wei, sang kultivator bayangan, bangkit dari abu klannya yang dibantai dengan Pedang Penyerap Jiwa di tangannya. Dibimbing oleh dendam dan ambisi akan kekuatan absolut, dia mengarungi dunia kultivasi yang kejam untuk mengungkap konspirasi di balik pembantaian keluarganya. Teknik-teknik terlarang yang dia kuasai memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun dengan harga kemanusiaannya sendiri. Di tengah pertarungan antara takdir dan ambisi, Liu Wei harus memilih: apakah membalas dendam dan mencapai keabadian lebih penting daripada mempertahankan sisa-sisa jiwa manusianya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gema Masa Lalu

Cahaya lilin menari-nari di dinding gua kuno, menciptakan bayangan yang seolah hidup dan bergerak dengan kehendaknya sendiri. Liu Wei berlutut di hadapan sebuah altar batu, sementara Guru Feng sibuk menggambar formasi rumit di lantai gua dengan darahnya sendiri.

"Kau yakin tentang ini?" Liu Wei bertanya, matanya mengikuti setiap gerakan wanita tua itu.

Guru Feng mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya dari formasi yang sedang dia gambar. "Untuk memahami masa depanmu, kau harus terlebih dahulu melihat masa lalu."

Tiga hari telah berlalu sejak pertemuan mereka di penginapan. Selama itu, Guru Feng telah membawa Liu Wei melalui jalur rahasia yang bahkan tidak tertera dalam peta kultivator manapun, hingga akhirnya mereka tiba di gua ini - sebuah tempat yang menurut Guru Feng adalah "pusat dari segalanya".

"Letakkan Pedang Penyerap Jiwa di tengah formasi," Guru Feng menginstruksikan setelah menyelesaikan lingkaran terakhir.

Liu Wei menarik pedang dari punggungnya, merasakan getarannya yang kini hampir konstan. Retakan di permukaannya telah meluas, dan cahaya ungu gelap yang memancar dari dalamnya semakin intens.

Saat pedang itu diletakkan di tengah formasi, seluruh gua seolah bergetar.

"Pedang ini..." Guru Feng bergumam, "dia sekarat."

"Sekarat?" Liu Wei mengerutkan kening. "Tapi ini hanya sebilah pedang."

Guru Feng tersenyum sedih. "Oh, Wei'er. Masih banyak yang harus kau pelajari tentang warisan kita." Dia mengeluarkan sebuah belati kecil dari lengan jubahnya. "Bersiaplah. Ini mungkin... tidak akan menyenangkan."

Sebelum Liu Wei bisa bertanya lebih lanjut, Guru Feng telah menggoreskan belati itu ke telapak tangannya, membiarkan darahnya menetes ke atas Pedang Penyerap Jiwa.

Seketika, formasi darah di lantai menyala dengan cahaya merah menyilaukan. Liu Wei merasakan sensasi seolah ditarik ke dalam pusaran energi spiritual yang luar biasa kuatnya.

Dan kemudian... kegelapan.

Liu Wei membuka mata dan mendapati dirinya berdiri di sebuah aula megah yang tidak dia kenal. Pilar-pilar jade hitam menjulang tinggi, dan di dinding tergantung spanduk-spanduk dengan simbol yang sama dengan yang ada di tubuh ibunya dan Guru Feng.

"Ini adalah Aula Seribu Bayangan," sebuah suara yang dia kenali sebagai Guru Feng terdengar, meski dia tidak bisa melihat wanita itu di manapun. "Lima ratus tahun yang lalu."

Sebelum Liu Wei bisa bertanya, pintu aula terbuka dan seorang pria dalam jubah hitam keemasan melangkah masuk. Di tangannya... Pedang Penyerap Jiwa, masih dalam kondisi sempurna tanpa retakan sedikitpun.

"Kaisar Bayangan pertama," Guru Feng menjelaskan. "Leluhur kita."

Liu Wei memperhatikan saat Kaisar Bayangan berjalan ke tengah aula, diikuti oleh lima orang dalam jubah putih - para tetua Sekte Awan Hitam, Liu Wei menyadari dengan terkejut.

"Perjanjian harus ditegakkan," salah satu tetua berkata. "Darah harus dibayar dengan darah."

Kaisar Bayangan menggeleng. "Kalian meminta terlalu banyak. Mengorbankan seluruh klan untuk ritual kalian? Tidak akan pernah."

"Kau lupa siapa yang memberimu kekuatan ini?" tetua lain mengancam. "Siapa yang mengajarimu rahasia kultivasi bayangan?"

"Dan kalian lupa," Kaisar Bayangan menjawab tenang, "bahwa kekuatan sejati tidak pernah datang dari pengorbanan orang lain."

Mendadak, pertarungan pecah. Liu Wei menyaksikan dengan takjub saat leluhurnya menghadapi kelima tetua sekaligus, Pedang Penyerap Jiwa menari-nari di tangannya dengan keanggunan mematikan.

Tapi kemudian...

"Pengkhianat!"

Seseorang menusuk Kaisar Bayangan dari belakang. Seseorang dalam jubah hitam yang sama dengannya.

"Adikku sendiri," Kaisar Bayangan terbatuk darah. "Kenapa?"

"Karena takdir kita lebih besar dari loyalitas keluarga," sang adik menjawab dingin.

Liu Wei terhempas kembali ke realitas, napasnya terengah-engah. Di hadapannya, Pedang Penyerap Jiwa bergetar lebih hebat dari sebelumnya.

"Sekarang kau mengerti?" Guru Feng bertanya lembut. "Sejarah kita... sejarah pedang itu... semuanya telah ditulis dengan darah pengkhianatan."

Liu Wei mencoba memproses semua yang telah dia lihat. "Tapi... apa hubungannya dengan sekarang? Dengan apa yang Lao Tianwei coba lakukan?"

"Sekte Awan Hitam tidak pernah melupakan atau memaafkan pengkhianatan Kaisar Bayangan," Guru Feng menjelaskan. "Selama berabad-abad, mereka telah merencanakan pembalasan. Dan kunci dari rencana mereka..."

"Adalah darah," Liu Wei menyelesaikan kalimatnya. "Darah Klan Liu."

Guru Feng mengangguk. "Tapi bukan hanya itu. Mereka membutuhkan wadah - seseorang dengan darah murni yang telah diisi dengan kebencian dan dendam. Seseorang yang bisa menampung kekuatan dari ribuan jiwa yang terserap."

Liu Wei menatap Pedang Penyerap Jiwa dengan pemahaman baru. "Aku. Mereka mempersiapkanku."

"Ya," Guru Feng membenarkan. "Tapi yang tidak mereka ketahui adalah... ibumu telah terlebih dahulu mempersiapkanmu. Dengan cara yang berbeda."

Dia mengeluarkan sesuatu dari jubahnya - sebuah gulungan kuno yang tampak familiar.

"Ini..." Liu Wei terkesiap.

"Bagian terakhir dari Gulungan Seribu Bayangan," Guru Feng tersenyum. "Yang asli. Yang selama ini dicari Sekte Awan Hitam hanyalah tipuan."

Di luar gua, malam semakin larut. Tapi bagi Liu Wei, ini adalah awal dari pencerahan baru. Karena kini dia tahu - takdirnya tidak ditentukan oleh darah yang mengalir dalam nadinya.

Tapi oleh pilihan yang akan dia buat.

1
Yurika23
cresendo teh naon nya?
Yurika23
keren
Yurika23
suka karakter MC ya..kereeen...
ricky suitela
keren thor ceritanya jangan sampe berhenti
ricky suitela
up terus thor
ricky suitela
gasss
ricky suitela
mantap
ricky suitela
mantap
Yurika23
aku mampir ya Thor ..
Siti Komariyah
cukup bagus, semoga terus berlanjut ya
Anonymous
cukup bagus lanjutkan terus ceritanya
yos helmi
go..
asri_hamdani
Menarik. Penyampaian cerita berbeda dari kebanyakan.
Ismaeni
awal cerita yang menarik, bahasanya enak tidak berat. ..semoga selalu update ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!