(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naga Bangkit dari Lumpur
Rasa buah itu tidak seperti buah mana pun yang pernah dimakan Chen Kai.
Saat giginya menembus kulit merah 'Buah Jantung Naga', cairan kental di dalamnya meledak ke dalam mulutnya. Rasanya bukan manis, melainkan asin dan berkarat—seperti menelan seteguk darah segar yang bercampur dengan lahar cair.
"Ugh!"
Chen Kai tersentak, menjatuhkan sisa buah yang belum dimakan. Tapi satu gigitan itu sudah cukup.
Energi liar langsung meluncur turun ke tenggorokannya, membakar kerongkongannya, dan meledak di dalam perutnya seperti bom matahari.
"Gila..." desis Chen Kai, mencengkeram perutnya. Dia jatuh berlutut di air limbah yang kotor.
Ini bukan energi spiritual yang lembut. Ini adalah esensi kekerasan murni dari naga purba yang marah. Energi itu tidak mengalir melalui meridiannya; energi itu menyerbu meridiannya, mencoba menghancurkan penghalang apa pun yang menghalanginya.
"Tahan, Bocah!" teriak Kaisar Yao di benaknya. "Jangan lawan arusnya! Arahkan! Gunakan 'Sutra Hati' untuk memandu kekerasan itu ke Dantian-mu! Jika kau melawannya, tubuhmu akan meledak dari dalam!"
Chen Kai mengertakkan gigi hingga gusi berdarah. Dia memaksakan diri duduk bersila di tengah air keruh, mengabaikan bau busuk dan tikus-tikus yang berlarian ketakutan menjauhinya.
"Sutra Hati Kaisar Naga Abadi... Putaran Kesembilan!"
Di dalam tubuhnya, Qi ungu miliknya bangkit seperti tentara yang menyambut invasi. Qi ungu itu membelit energi merah dari buah itu, bergulat, memaksanya tunduk, dan menyeretnya menuju Dantian.
DUNG... DUNG... DUNG...
Suara detak jantung Chen Kai semakin keras, bergema di lorong saluran pembuangan seperti drum perang.
Kulitnya mulai memancarkan cahaya merah yang menakutkan. Uap panas mengepul darinya, membuat air limbah di sekitarnya mendidih dan menguap. Kabut berbau busuk memenuhi terowongan.
Di Dantian-nya, Lautan Qi yang tadinya berupa gas padat (Puncak Tingkat Sembilan) kini mulai bergolak hebat.
Untuk mencapai Alam Pembangunan Fondasi, seorang kultivator harus memadatkan Qi gas mereka menjadi bentuk cair, lalu membangun "Pilar Dao" atau "Platform Fondasi" dari cairan itu.
Biasanya, proses ini membutuhkan tempat yang tenang, perlindungan guru, dan waktu berhari-hari.
Chen Kai melakukannya di selokan, diburu musuh, dalam hitungan jam.
KRAK!
Di dalam Dantiannya, tetes pertama 'Qi Cair' terbentuk. Warnanya bukan emas atau putih seperti kultivator biasa.
Warnanya ungu gelap, dengan percikan api emas di dalamnya.
"Itu dia!" seru Yao. "Qi Naga Sejati! Teruskan! Padatkan semuanya!"
Sementara itu, di permukaan.
Jian Lie berdiri di atas atap pabrik peleburan yang hancur, matanya yang tajam menyapu setiap sudut kota. Indra Spiritual-nya (yang sempat kacau karena ledakan uap) kini telah pulih.
Dia frustrasi. Tikus itu menghilang tanpa jejak.
"Tidak mungkin dia keluar dari kota," geram Jian Lie. "Gerbang dijaga ketat. Dia pasti bersembunyi."
Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu.
Getaran halus. Bukan dari udara, tapi dari bawah kakinya.
Tanah bergetar pelan, seperti ada binatang raksasa yang menggeliat di dalam bumi. Dan bersamanya, ada fluktuasi Qi yang aneh... panas, liar, dan purba.
Mata Jian Lie melebar, lalu menyipit tajam. Dia melihat ke sebuah penutup lubang di jalanan distrik kumuh, sekitar dua ratus meter dari posisinya. Penutup besi itu bergetar, dan uap putih berbau busuk mendesis keluar dari celah-celahnya.
"Di bawah tanah..." bisik Jian Lie, senyum kejam merekah di wajahnya. "Tentu saja. Di mana lagi tikus akan bersembunyi selain di selokan?"
Dia mengangkat Pedang Emasnya tinggi-tinggi.
"SEMUA UNIT! KE DISTRIK SELATAN! KEPUNG SALURAN AIR!"
Jian Lie sendiri tidak menunggu pasukannya. Dia melompat, pedangnya bersinar terang.
"Kau pikir kau bisa bersembunyi di lubang kotoran?!" teriak Jian Lie, menebas ke arah jalanan di bawah.
"Teknik Pedang Emas: Pembelah Bumi!"
BOOOOOM!
Bilah Qi emas menghantam jalan berbatu. Tanah meledak. Aspal dan batu hancur berkeping-keping, menciptakan parit raksasa yang langsung menembus ke saluran pembuangan di bawahnya.
Cahaya matahari (atau setidaknya cahaya api kota) menerobos masuk ke dalam kegelapan selokan.
Debu dan puing berjatuhan menimpa Chen Kai yang sedang bermeditasi.
"Bocah! Dia datang!" peringat Yao.
Chen Kai membuka matanya.
Tapi matanya tidak lagi manusia. Pupilnya vertikal seperti reptil, bersinar dengan api ungu yang menyilaukan.
Di atasnya, Jian Lie melayang turun melalui lubang yang baru dibuatnya, menatap Chen Kai dengan jijik.
"Menjijikkan," kata Jian Lie, menutup hidungnya dari bau limbah. "Seorang jenius yang makan buah suci di tempat kotoran. Kau benar-benar merusak selera makanku."
Jian Lie melihat aura di sekitar Chen Kai yang tidak stabil.
"Oh? Mencoba menerobos?" Jian Lie tertawa. "Kau pikir aku akan membiarkanmu selesai? Mati!"
Jian Lie menusuk ke bawah. Pedang Emasnya meluncur seperti kilat, mengincar kepala Chen Kai.
Chen Kai tidak bergerak. Dia tidak bisa bergerak. Proses pemadatan fondasinya berada di detik terakhir yang kritis. Jika dia bergerak sekarang, Dantiannya akan hancur.
"Mati..." pikir Chen Kai. "Atau bangkit."
Dia memejamkan mata lagi, mengabaikan pedang yang datang. Dia memfokuskan seluruh jiwanya ke dalam Dantian.
"PADATKAN!"
Di dalam dirinya, lautan Qi ungu meledak dan menyatu kembali dalam satu titik singularitas.
DONG!
Suara lonceng kuno bergema—bukan di telinga, tapi di jiwa setiap orang dalam radius satu kilometer.
Tepat saat ujung pedang Jian Lie berjarak satu inci dari dahi Chen Kai...
Sebuah tangan menangkap pedang itu.
Bukan tangan daging.
Itu adalah tangan yang terbuat dari Qi Ungu Padat yang berbentuk cakar naga raksasa, muncul dari aura Chen Kai sendiri.
TRANG!
Pedang Jian Lie—senjata Peringkat Roh Menengah—tertahan di udara, tidak bisa maju satu milimeter pun.
"Apa?!" Jian Lie terbelalak.
Mata Chen Kai terbuka kembali.
Dan kali ini, tekanan yang keluar dari tubuhnya bukan lagi Kondensasi Qi.
Udara di sekitar Chen Kai bergetar, menolak kotoran dan air limbah, menciptakan zona vakum yang bersih di sekelilingnya.
Dia berdiri perlahan. Air limbah di bawah kakinya membeku menjadi es, lalu hancur menjadi debu.
"Kau menggangguku," kata Chen Kai. Suaranya tenang, tapi memiliki resonansi berat yang membuat dada Jian Lie sesak.
Alam Pembangunan Fondasi: Tingkat Awal.
Chen Kai telah berhasil. Dia telah membangun Fondasi Naga Ungu.
Dia mencengkeram Pedang Meteor Hitam di sampingnya. Pedang berat itu kini terasa seringan bulu di tangannya yang baru.
"Sekarang," kata Chen Kai, mendongak menatap Jian Lie yang masih melayang di atasnya.
"Giliranmu yang menjadi tikus."
Chen Kai menekuk lututnya sedikit, lalu melompat.
DUAR!
Lantai saluran pembuangan hancur total saat Chen Kai melesat ke atas seperti roket ungu, menabrak Jian Lie dan membawanya terbang keluar dari lubang itu, kembali ke langit malam Kota Perbatasan Besi.
Pertarungan udara dimulai.