NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu susu / Fantasi / Duda / Harem / Konflik etika
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Buka Bajumu

...0o0__0o0...

...“Awww…” Naya mendesis, tubuhnya spontan menegang ketika Arya menggigit bibir bawahnya terlalu keras hingga darah merah tipis keluar....

...Arya tidak meminta maaf. Tidak terlihat sedikit pun rasa bersalah. Justru ia menatap bibir Naya seperti sesuatu yang menarik rasa ingin tahunya....

...Jempolnya menyapu darah itu… lalu Arya menjilat-nya dengan tenang, seakan itu tindakan paling wajar di dunia....

...Mata Naya membesar....

...Arya hanya menatap balik—dingin, tak berkedip, penuh kendali....

...“Darah mu lumayan manis,” ucap Arya datar. Tidak ada nada bercanda, tidak ada niat menggoda. Hanya fakta....

...Degup jantung Naya langsung kacau. Ia melompat turun dari pangkuan-nya, mundur pelan seperti refleks seseorang yang tengah menghadapi predator....

...“Tuan… Anda bukan… semacam kanibal yang menyamar jadi manusia kan ?” suaranya bergetar, lebih karena gugup dari pada takut....

...Arya tidak menjawab. Rahang-nya menegang—bukan karena ucapan Naya, namun karena sikap lugu gadis itu justru semakin memancing sesuatu yang lebih berbahaya dalam dirinya....

...Bahunya terbuka karena baju tidur satin tipis itu melorot, membuat kulitnya terekspos. Dan dada sintalnya menyembul keluar. Mengintip. Jelas....

...Dan dalam sekejap tatapan Arya berubah—lebih gelap, lebih intens, lebih territorial....

...Langkah kakinya berat… mantap… mendekati Naya. membuat gadis itu mundur sampai punggung-nya menabrak bar dapur....

...“Tuan A—Arya…” suaranya hanya bisikan kecil....

...Arya berhenti persis di hadapan-nya....

...Jarak mereka terlalu dekat. Nafas hangat Arya menyentuh wajahnya....

...Sorot matanya… tajam, fokus, menghancurkan pertahanan gadis itu tanpa harus menyentuh apa pun....

...“Buka bajumu.”...

...Kata itu keluar begitu datar, tenang, namun dengan bobot perintah yang tidak bisa di bantah....

...Nada seorang laki-laki yang tahu bahwa dia sedang memegang penuh kendali....

...Naya memeluk dirinya sendiri, wajahnya memerah padahal hatinya sedang bergejolak dari arah yang berlawanan....

...“Tuan… maksudnya apa ?” tanyanya dengan suara yang ia paksa tetap lembut. Dalam kepalanya, Naya bersorak. Tapi wajahnya tetap lugu....

...Arya tidak peduli permainan pura-pura itu. Ia merunduk sedikit, menatap Naya dari jarak yang membuat udara terasa menipis....

...“Aku mau ambil jatahku.” Suaranya rendah. Tenang. Berbahaya....

...Telapak tangan Arya menyentuh pundak Naya. Gerakan-nya lembut—terlalu lembut untuk laki-laki yang baru saja memerintah dengan nada setegas itu....

...Tapi justru kelembutan itulah yang membuat tubuh Naya seperti tersengat listrik....

...“Tuan… ini dapur. Kalau ada yang melihat—”...

...“Kau lupa aturan di rumah ini ?” bisik Arya, mendekatkan mulutnya ke telinga'nya....

...Tangan Arya turun ke leher Naya, menelusuri garisnya dengan tekanan yang nyaris tidak terasa—namun cukup untuk membuat gadis itu sulit menyusun napas....

...“Selepas makan malam… semua pelayan kembali ke paviliun belakang.”...

...Deg....

...Kalimat itu menggantung di udara seperti perangkap....

...Dada Naya naik turun cepat. Bukan karena takut—namun karena atmosfer intens yang di ciptakan Arya sudah menutup seluruh ruang geraknya....

...Mata Arya tetap menatap-nya, dalam dan mendominasi. Seakan laki-laki itu tidak sedang meminta. ...

...Tapi mengklaim....

...Dan Naya bisa merasakan dengan sangat jelas… bahwa mulai detik itu, ia tidak punya tempat untuk lari....

...Naya menelan ludah ketika ekspresi Arya berubah dari gelap menjadi lebih… fokus....

...Fokus seperti seseorang yang baru mengingat tujuan utamanya....

...“Aku belum ambil jatahku hari ini,” ucap Arya datar, seolah membicarakan sesuatu yang rutin....

...Tapi tatapan matanya tetap menusuk, membuat kata itu terdengar jauh lebih berat dari seharus-nya....

...Naya berkedip cepat....

...Ah, jadi itu maksudnya....

...Kontrak....

...Yang mengikat mereka....

...Perjanjian yang Naya setujui tanpa benar-benar memahami seberapa dekat interaksi itu bisa menjadi....

...“A—Anda mau sekarang ?” suara Naya bergetar kecil, bukan takut… lebih karena ia merasakan tensi Arya yang begitu dekat....

...“Aku tidak suka menunda,” jawab Arya pendek. ...

...Langkah-nya maju....

...Naya menahan napas saat Arya berdiri tepat di depan-nya. Jarak itu… tidak memberi ruang untuk mundur. ...

...Bar dapur ada di punggung-nya, Arya di depan-nya. Membuat Naya dalam posisi terjepit. Namun juga kesempatan yang bisa dia manfaatkan....

...Tangan Arya terangkat, menyentuh sisi lengan-nya yang telanjang. Sentuhan-nya dingin, presisi, intens—cara seorang laki-laki yang selalu tahu apa yang ia inginkan....

...“Naya,” suaranya turun satu oktaf. “Jangan pura-pura lupa tugasmu.”...

...Bibir Naya terangkat sedikit, nyaris tak terlihat....

...Lirih, menggoda, sengaja....

...“Saya tidak lupa, Tuan… hanya…” ia sengaja menundukkan kepala sedikit, memainkan nada suaranya, “…menunggu Tuan yang biasanya begitu tegas memimpin.”...

...Arya menahan diri sekian detik....

...Bukan karena ragu—tapi karena godaan halus Naya hampir membuatnya kehilangan kendali emosional. Cara gadis itu merendah, tapi dengan tatapan yang diam-diam menantang, membuat atmosfer semakin tebal....

...“Aku minta kerja sama, bukan godaan,” ucap Arya dengan rahang mengeras....

...Naya tersenyum kecil. “Tentu, Tuan. Saya kooperatif. Sangat kooperatif… kalau Tuan meminta-nya dengan benar.”...

...Arya mendekat sampai napasnya menyapu leher Naya....

...Tangan besarnya kemudian berada di sisi tubuh gadis itu mengurung-nya tanpa menyentuh bagian sensitif mana pun, namun cukup untuk membuat lutut Naya gemetar....

...“Naya.”...

...Suaranya rendah, tajam, mendominasi....

...“Jangan uji kesabaran ku. Serahkan jatah yang memang harus kau berikan.”...

...Hati Naya melompat....

...Meski posisi ini tidak bersifat intim secara fisik, kedekatan dan intensitas Arya membuat tubuh-nya bereaksi lebih dari seharus-nya....

...Naya mengangkat wajah, menatap Arya lekat. “Kalau begitu…” bisiknya lembut, “…ambil saja, Tuan.”...

...Arya menahan napas singkat....

...Bukan karena terkejut—tapi karena Naya baru saja menantang garis terakhir antara kewajiban kontrak dan ketegangan pribadi mereka....

... Naya tersenyum manis, namun meng-goda secara bersamaan. Tubuhnya gemetar halus bukan karena takut melainkan karena kedekatan, suara, tatapan… semua membuat proses yang seharus-nya sederhana menjadi atmosfer penuh listrik....

...“Naya,” bisik Arya, suaranya lebih rendah dari sebelum-nya. “Berhenti tersenyum seperti itu.”...

...Naya menahan tawa kecil. “Kenapa ? Mengganggu konsentrasi Tuan ?”...

...Arya menatap-nya. ...

...Tajam. ...

...Penuh tekanan. ...

...Penuh kendali....

...“Ya,” jawabnya pendek. “Sangat.” tangan-nya menurunkan tali spaghetti yang menggantung di kedua pundak Naya....

...Bruk..!...

...Baju tidur satin, model dress tipis itu terjatuh ke lantai. kini tubuh Naya polos hanya menyisakan CD berenda putih yang menutupi bagian intim-nya....

...Glek..!...

...Arya mematung. Menelan kasar ludahnya. Jakunnya naik-turun dengan berat. Pemandangan yang ada di depan matanya sungguh sangat menggoda iman....

...Bahkan Aset berharga Duda berbuntut satu itu, kini semakin membengkak. Membuatnya sesak. Berontak ingin loncat keluar....

...Sedangkan Naya berdiri mematung, namun bibirnya menyeringai tipis, yang tidak Arya sadari....

...Arya mengamati tubuh Babysitter itu dari atas sampai bawah dengan tatapan mata tajamnya....

..."Sepertinya kau sudah mempersiapkan jatahku." Bisik-nya rendah dengan suara nyaris serak....

...Kata jatahku masih menggantung di udara ketika Arya meraih pinggang Naya, menariknya mendekat hingga tidak ada jarak tersisa....

...Naya memalingkan wajah, bukan untuk menolak—justru untuk menyembunyikan senyumnya yang ingin meledak. Dia tahu persis maksud Arya. Kontrak itu… isi pasal itu…...

...Arya tidak pernah mengingatkan-nya dengan suara setegas barusan....

...“Tuan begitu terburu-buru,” bisik Naya licik, suaranya lirih namun cukup untuk menggoda. “Padahal jadwal jatah Anda… masih ada sepuluh menit lagi sebelum lewat jam yang di sepakati.”...

...Arya menatapnya lama....

...Terlalu lama....

...Tatapan itu bukan milik pria yang sedang menimbang-nimbang—tetapi milik seseorang yang kehilangan kesabaran....

...“Naya,” suaranya serak namun terkendali, “kalau kau terus bicara begitu… aku tidak akan menunggu sepuluh menit apa pun.”...

...Naya menggigit bibir, kali ini pura-pura gelisah. “Tapi… ini dapur, Tuan,” ia berbisik dengan gemetar yang di sengajakan. “Bagaimana kalau ada yang melihat ?”...

...“Itu urusan mereka,” balas Arya dingin....

...Tangan Arya naik ke belakang lehernya, memberikan tekanan halus yang cukup untuk membuat napas Naya tertahan....

...Sebuah isyarat....

...Isyarat bahwa Arya benar-benar akan mengambil “jatahnya” sekarang, di sini....

...Namun saat Arya menunduk mendekatkan bibirnya ke arah sumber kehidupan-nya___...

...Tap..! Tap..! Tap..!...

...Suara langkah sepatu terdengar dari luar lorong menuju dapur....

...Naya langsung menegang. Wajahnya pucat, tapi matanya… justru bersinar nakal....

...“Tuan…” bisiknya cepat. “Kalau ketahuan… ini bisa jadi masalah, bukan ?”...

...Arya tidak bergeming. ...

...Namun dia menarik mundur kepala-nya. Bibir-nya yang hampir menyentuh pucuk pink gadis itu terpaksa terhenti....

...Suara langkah semakin mendekat....

...Naya makin tegang, tapi bibirnya melengkung tipis. Ia sengaja memiringkan tubuhnya sedikit, membuat Arya semakin harus mendekat untuk menahan kendalinya....

...“Tuan benar-benar mau ambil jatah Anda… sekarang ?” Nada suaranya halus, rendah, dan terlalu sugestif untuk gadis murni polos....

...Arya menatap-nya seperti seseorang yang sedang berada di tepi batas. “Naya,” desis Arya pelan namun keras, “kau menggoda di waktu yang salah.”...

...Langkah di lorong makin dekat....

...Makin nyaring....

...Makin mengancam....

...Arya merapatkan tubuh Naya ke bar meja, menutupinya dengan tubuh tegapnya sendiri—seolah itu satu-satunya cara untuk menyembunyikan mereka jika ada pelayan yang tiba-tiba masuk....

...“Tutup mulutmu,” bisik Arya tepat di telinga'nya, nafas'nya panas. “Jangan buat suara sekecil apa pun.”...

...Naya tersenyum kecil. Senyum yang tidak seharus-nya di miliki di situasi tegang seperti itu....

...“Tuan,” gumam-nya, hampir tak terdengar, “kalau Anda ingin ambil jatah… silakan. Saya tidak akan lari.”...

...Arya mengepalkan tangan-nya, begitu kuat hingga suara langkah di lorong kalah dari suara detak jantung mereka....

...Lalu, Langkah itu berhenti tepat di depan pintu dapur....

...Naya menahan napas. Arya memaku pandangan-nya pada mata gadis itu....

...Dan ketegangan—antara bahaya, kontrak, dominasi, dan godaan—mencapai puncaknya....

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
makanya babby karan titipin dulu ke omanya biar kalian tenang dn oma nya tantrum 🤣🤣
Merey Terias
wkwkwk gagal lagi kan kalian berdua ? 🤣🤣🤣🤣 makanya nikah dulu baru main esek-esek 🤭🤭🤭
Ita rahmawati
sampe lupa kan jatah anaknya,,hampir saja 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
ASHLAN DINENDRA
kak karyamu yang baru kenapa dihapus? cuma up 2 ditunggu malah hilang
ASHLAN DINENDRA: ditunggu kakk semangat
total 2 replies
Nuna Mochi
jangan lupa tinggalkan jejak
Yuyun Yunaas
Arya sudah berada di ujung, Naya. jadi bergeraklah 🤣🤣🤣🤣💪
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Gerakan tubuhmu Naya, pak duda udah pening 🤣🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
🤣🤣🤣🤣 gak tahan juga kan kau duda
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
gas Thor 🤭🤭🤭
Merey Terias
semakin bikin gregetan 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
ku nantikan kelanjutan kalian berdua, 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
mau aku bantu dorong gak kalian berdua 🤣🤣🤣🤣👍
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣💪💪💪
Nuna Mochi: asiap kak 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Sunarmi Yati
aku yang greget sama kalian berdua🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: aku juga kak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunarmi Yati
sikat aja 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣entar dulu ya kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: asiap kakak 🤭🤭beradik yang
total 1 replies
Sunarmi Yati
Minimal nikah dulu lah 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 masih belum kepikiran kayaknya mereka kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
masih ku pantau kalian berdua 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 jangan sampai kedip ya kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
meresahkan, yak kan ? duda ? 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 pastinya dong kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
kesempatan dalam kesempitan ya pak duda 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 ya dong kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!