Istri Culun Presdir Dingin

Istri Culun Presdir Dingin

1. Bertemu Kembali

"Juwi kok bengong, ayo cepat pergi gih ke kantor! Antar dokumen ke presdir baru kita!" seru Salma dengan sangat ketus.

Pasalnya sejak tadi Juwita tak kunjung beranjak dari kursi.

"Calvin Cloud," gumam Juwita, masih termenung.

Wanita berkacamata bulat itu menatap nanar nama presdir di halaman depan dokumen. Juwita tak menyangka pria yang masih berstatus menjadi suaminya sampai saat ini adalah presdir baru di tempatnya bekerja.

"Astaga Juwi! Kamu tuli atau apa?! Pergilah ke ruangan sekarang! Apa kamu mau dipecat?" Lagi Salma berseru hingga rekan kerja yang lainnya menghampiri mereka.

Juwita tersentak. Cepat-cepat mendongakkan kepala kemudian melempar senyum hambar. "Maaf." Juwita mengakui kesalahannya dan hanya bisa mengucapkan kata maaf.

"Ada apa Sal?" tanya Dewi seraya melirik sinis Juwita.

"Karyawan baru ini lama sekali geraknya, baru dua hari masuk kerja sudah terlambat dan sekarang aku suruh dia mengantar dokumen malah lama banget geraknya!" balas Salma sangat kesal.

Mendengar hal itu Juwita bangkit berdiri sambil membawa dokumen yang diberikan Salma padanya tadi.

"Maaf Salma, Dewi, aku benar-benar minta maaf karena terlambat hari ini, baiklah, aku akan mengantar dokumen ini sekarang,"balas Juwita tersenyum simpul. Meski dua wanita di hadapannya menampilkan raut muka kesal setengah mati.

Keterlambatannya hari ini bukan semata-mata karena sengaja. Juwita memiliki alasan khusus. Dia sangat menyesal karena manajemen waktunya kurang baik. Padahal untuk masuk ke perusahaan bergengsi ini sangatlah sulit.

"Terserah! Cepat pergi sana! Sebelum kamu dimarahi presdir baru itu!" Salma tersenyum meremehkan sambil melipat tangan dada. Dia melirik sekilas ke samping, di mana Dewi juga menatap remeh Juwita.

Dengan cepat Juwita memutar tumit lalu berjalan cepat menuju kantor presdir yang terletak di lantai empat. Setelah berhasil memasuki lift, wanita berambut panjang dan terlihat cupu itu menarik napas panjang. Berharap lelaki yang sudah lama tidak dia temui itu tidak mengenalinya.

"Semoga saja dia tidak mengenaliku,"gumam Juwita pelan.

Seminggu sebelumnya Juwita baru saja mendapatkan panggilan kerja dan baru dua hari dia masuk bekerja. Dia pun baru tahu akan ada pergantian presdir.

Perusahaan Lara Crop adalah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, salah satunya fashion. Juwita sudah sejak lama ingin masuk perusahaan Lara Crop karena gaji yang ditawarkan begitu menggiurkan. Sebelumnya Juwita berkerja di perusahaan garmen. Kali ini dia ingin mencari peruntungan dengan menjadi karyawan di perusahaan Lara Crop.

Juwita sudah lama tidak bertemu Calvin. Mungkin hampir 5 tahun. Saat di bangku sekolah menengah atas mereka terpaksa menikah karena kesalahpahaman. Tidak ada yang tahu status pernikahan mereka. Selain keluarga Calvin dan keluarga Juwita.

"Tidak ada cinta di antara kita Juwi, aku harap kamu mengerti, yang penting aku sudah membuat namamu tidak tercoreng," kata Calvin kala itu.

Juwita memaklumi apa yang dikatakan Calvin. Siapa dirinya meminta pada Calvin untuk mencintainya. Dia hanya wanita culun dan mempunyai latar belakang yang sangat berbeda dengan Calvin, bagai langit dan bumi. Calvin hidup bergelimangan harta. Sementara dia hanyalah wanita miskin yang bercita-cita ingin menjadi orang sukses.

Calvin menempuh pendidikan di Inggris, Universitas Oxford. Sementara Juwita berkuliah di Jakarta, tepatnya di Universitas Indonesia. Juwita mendapatkan beasiswa berkat kerja kerasnya. Bertahun-tahun lamanya Juwita tak bertatap muka dan pada akhirnya hari ini dia akan bertemu Calvin.

Juwita meremas kuat blazer hitam miliknya, mengusir rasa gugup yang kian melandanya.

"Sekarang aku akan pergi ke luar negeri, jangan cari aku lagi." Kalimat terakhir yang keluar dari bibir Calvin waktu itu.

Lima tahun telah berlalu, kini penampilan Juwita berubah drastis. Yang dulu hitam seperti tai sapi sekarang kulitnya putih seperti bihun. Yang dulu berbadan gemuk sekarang terlihat lebih langsing.

Juwita melakukan semua perawatan itu di rumah. Dan hanya kacamata saja yang dia pakai karena penglihatan Juwita kurang baik. Dengan penampilannya sekarang Juwita yakin sekali jika Calvin tidak akan mengenalinya nanti.

Ketika sampai di lantai empat. Juwita bergerak cepat menuju kantor presdir. Setelah meminta izin pada sekretaris Calvin. Juwita mulai mengetuk pintu pelan-pelan.

"Permisi Pak, saya mau mengantar dokumen dari departemen pengembangan produk," kata Juwita.

"Masuk!" seru Calvin dari dalam.

Sekarang, suara bariton itu membuat jantung Juwita berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Juwita penasaran dengan rupa Calvin, apa masih tetap sama seperti dulu?

Apakah masih tampan, masih dingin, atau masih tak banyak berbicara? Entahlah Juwita mulai penasaran. Namun, mengingat perkataan Calvin beberapa tahun silam. Juwita tak berharap banyak.

"Juwi, jangan sampai teman-teman kita tahu kalau kita sudah menikah, aku harap kamu dapat menyembunyikan status kita," kata Calvin sewaktu dulu.

Juwita menghela napas kasar. Membuang rasa penasarannya sejenak. Dia pun mendorong perlahan pintu. Melihat Calvin berdiri di hadapan kaca raksasa dan membelakanginya sekarang. Entah apa yang dipandangi Calvin. Lelaki itu tengah memasukkan kedua tangan ke saku celana. Tubuh tegap pria blasteran Belanda Jawa itu terlihat makin lebar dan kekar.

"Taruh di atas meja." Calvin membuka suara kembali, tanpa menatap sang lawan bicara.

Juwita mulai melangkah cepat. Dengan lincah sepasang heels setinggi 5 cm itu beradu dengan porselen ruangan tersebut. Juwita semakin gugup dan gelisah sekarang.

'Ayolah Juwita kamu harus berjalan lebih cepat agar bisa cepat keluar juga dari ruangan ini!' teriak Juwita dalam hati, masih dengan posisi kepala tertunduk.

"Ini dokumennya Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Juwita sambil menaruh dokumen di atas meja kerja Calvin.

"Iya." Singkat dan padat balasan Calvin.

Setelah mendengar tanggapan, Juwita bergegas membalikkan badan. Namun, baru saja memutar tumit suara seorang wanita yang tidak asing mengagetkan Juwita tiba-tiba.

"Astaga, kamu Juwita, 'kan? Si culun itu?" Di sudut ruangan, tepatnya di sofa, seorang wanita berparas cantik dan berpakaian terbuka melempar senyum penuh arti pada Juwita.

Juwita reflek menoleh. Tidak salah lagi, Putri, teman kelasnya dulu saat di bangku sekolah menengah atas. Putri adalah salah satu teman yang dulu kerap kali membulinya.

Juwita penasaran, apa yang dilakukan Putri di sini? Ada hubungan apa Calvin dan Putri? Saat ini benak Juwita dipenuhi tanda tanya besar.

"Tuh kan benar kamu Juwita, wanita cupu itu! Lihatlah Calvin, teman kelas kita. Juwita jadi karyawanmu sekarang, oh my God, sempit sekali dunia ini. Haha!" seru Putri sambil mengeluarkan tawa dengan sangat keras.

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

5 tahun nggak dinafkahi lahir batin, udah terhitung langsung cerai, kalau ngikuti ajaran islam.

2024-10-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!