NovelToon NovelToon
Serious? I'M Not A Hero!

Serious? I'M Not A Hero!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghancurkan Harapan Serigala Petir

Pertarungan dimulai, dan aku hanya menonton dengan wajah datar. Beberapa dari mereka cukup kompeten, tapi sebagian besar terlihat seperti ayam yang baru belajar berkelahi. Salah satu dari mereka terpental ke belakang setelah dihantam orc.

"Ah, ini kayak reality show. 'Survivor: Dungeon Edition'," gumamku sambil memiringkan topi yang nggak ada di kepalaku.

Hye Rin, yang bertarung di depan, melirik ke arahku dengan tatapan yang jelas menunjukkan rasa frustrasinya. "Kau bisa saja membantu mereka, Taemin-ssi."

Aku hanya melambaikan tangan. "Santai saja. Aku yakin mereka akan bertahan... mungkin. Lagipula, kalau aku turun tangan, itu tidak adil buat mereka, kan? Aku bisa membersihkan semua monster ini dalam hitungan menit. Kamu mau melihat mereka belajar atau melihat aku?"

Sementara kandidat-kandidat Crimson Lotus terus bertarung mati-matian melawan orc, aku tetap berdiri di sudut. Menonton mereka berusaha menyelamatkan nyawa masing-masing adalah hiburan yang lebih baik daripada acara TV mana pun.

Satu per satu, para kandidat mulai jatuh atau terluka. Yang lain berjuang untuk menjaga formasi, tapi terlihat jelas kalau mereka masih terlalu hijau untuk pertarungan ini. "Ah, begini caranya orc bikin pesta daging," gumamku sambil merogoh kantong untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Sayangnya, tidak ada yang kubawa kecuali kunci apartemenku yang baru.

Salah satu kandidat yang terlihat paling bersemangat tadi kini terpojok di sudut oleh dua orc yang tampak lebih besar. Aku menghela napas panjang. "Ini kayak nonton film thriller... tapi dengan naskah yang buruk." Tanpa menunggu lebih lama, aku pun mendekat sedikit.

"Oke, anak-anak, saatnya pelajaran singkat." Aku muncul dari belakang, menepuk pundak salah satu orc yang menyerang kandidat malang itu. "Kamu tahu nggak? Ada aturan dasar di dunia ini. Jangan pernah ganggu orang yang lebih lemah darimu... kecuali kamu ingin aku intervensi."

Orc itu mendengus, jelas tidak paham apa yang barusan kukatakan. Ah, ya... monster. Mereka jarang punya selera humor. Tanpa menunggu respon, aku langsung mengayunkan kaki dan menghantam kepala orc itu dengan tendangan yang cukup kuat untuk membuatnya terbang sejauh beberapa meter.

"Dan begitu saja, masalah selesai." Aku menoleh ke kandidat yang masih gemetar. "Hei, jangan terlalu dipikirin. Kadang kau menang, kadang kau... well, mati. Untungnya, hari ini kau belum mati. Ayo berdiri dan coba jangan pingsan, ya?"

Anak itu mengangguk cepat, meski wajahnya masih pucat pasi. Aku kembali ke sudut, duduk dengan santai sambil menyaksikan pertarungan lainnya.

Hye Rin, yang terus berjuang di garis depan, akhirnya menoleh lagi ke arahku. "Taemin, kau tidak bisa hanya menonton sepanjang waktu. Ini bukan latihan bagi mereka kalau kau tidak membantu."

Aku mengangkat bahu sambil tersenyum lebar. "Eh, tapi aku kan sudah bilang, aku lebih suka jadi penonton. Aku bantu kalau memang benar-benar dibutuhkan... seperti tadi. Lagipula, kamu yang ahli strategi di sini, bukan aku."

Hye Rin mendesah dan kembali fokus ke pertarungan. Di saat yang sama, segerombolan orc lainnya mulai bermunculan dari dalam hutan di sekitar gate. Jumlah mereka cukup banyak, dan para kandidat terlihat semakin kewalahan.

Satu dari mereka, seorang gadis dengan pedang besar, mencoba maju untuk menghadang, tapi ayunannya meleset. "Ah, buruk sekali, Nona," kataku sambil menonton dari kejauhan. "Kalau begini terus, kamu bisa kena gigit."

Benar saja, dalam beberapa detik, orc itu berhasil menyerangnya dengan cakar besarnya. Aku hanya menghela napas panjang. "Well, saatnya aku tampil lagi."

Dengan langkah santai, aku mendekati orc yang sedang siap-siap menghabisi gadis itu. "Oke, teman. Aku kasih tahu satu hal... Kamu tidak akan menyentuh siapapun lagi hari ini." Sebelum orc itu sempat merespon, aku melompat dan menebasnya dengan cepat menggunakan senjata yang kusembunyikan sejak tadi, sebuah pedang panjang yang biasa kupakai kalau benar-benar ingin bertarung.

Orc itu jatuh ke tanah, dan gadis itu menatapku dengan ekspresi kaget bercampur lega.

"Terima kasih..." suaranya terdengar pelan, tapi aku hanya mengangkat tangan dan menyuruhnya berdiri lagi.

"Jangan terlalu banyak berterima kasih. Masih ada banyak orc yang harus kau bunuh kalau tidak mau ditertawakan teman-temanmu nanti."

Sambil tertawa kecil, aku kembali ke tempat duduk semulaku. Menjadi pahlawan dalam sekejap memang seru, tapi aku tidak mau terlalu banyak terlibat. "Yah, mungkin ini cukup untuk hari ini. Aku bisa duduk lagi."

Setelah beberapa saat, pertarungan akhirnya mulai mereda. Para kandidat, meski kelelahan, berhasil membersihkan sebagian besar orc. Beberapa dari mereka terluka, tapi setidaknya tidak ada yang mati.

"Hmm, ternyata mereka lumayan juga. Yah, walaupun... masih banyak PR sih," kataku sambil meregangkan tubuh.

Hye Rin mendekat lagi, wajahnya sedikit lebih rileks setelah semua selesai. "Kau bisa membantu lebih banyak lagi tadi."

Aku tertawa kecil. "Kalau aku bantu terlalu banyak, mereka nggak bakal belajar. Lagi pula, siapa yang mau repot-repot beraksi kalau sudah ada cukup tontonan di sini?"

Hye Rin menggeleng, tapi aku bisa melihat dia tidak benar-benar marah. Mungkin, di dalam hatinya, dia setuju dengan metodenya. Bagaimanapun, semua kandidat ini butuh pengalaman nyata, dan tidak bisa selalu mengandalkan orang lain.

Setelah semua orc tersingkir, suasana di sekitar gate mulai berubah. Angin yang tadinya tenang kini berhembus lebih kuat, membawa hawa aneh yang membuat bulu kuduk berdiri. Suara guntur samar-samar terdengar dari kejauhan, dan tanah di bawah kaki kami mulai sedikit bergetar.

"Sepertinya bosnya akan muncul," gumam Hye Rin, matanya tajam memindai sekeliling.

"Yah, sudah waktunya kita melihat bintang utama acara ini," jawabku sambil menyilangkan tangan di dada. Aku memposisikan diriku di belakang para kandidat yang kini berkumpul, menunggu dengan waspada. Yah, ini momen mereka untuk bersinar.

Tiba-tiba, dari dalam hutan, suara lolongan panjang menggema, diikuti dengan munculnya makhluk besar. Seekor serigala raksasa setinggi hampir dua meter keluar dari bayangan pepohonan, bulu-bulunya hitam legam, dan di sekujur tubuhnya terlihat kilatan-kilatan petir biru yang menari liar. Matanya berkilat tajam dengan pupil yang menyala terang. Giginya yang panjang mencuat dari rahangnya yang terbuka, memperlihatkan ancaman nyata.

"Whoa, lihat itu! Seekor serigala Thor... atau sejenisnya." Aku terkekeh pelan. "Dibandingkan dengan orc tadi, ini level yang berbeda."

Serigala itu menginjak tanah dengan cakarnya yang besar, menciptakan retakan kecil di tanah. Guntur menggelegar di udara saat petir memancar dari tubuhnya. Para kandidat Crimson Lotus mundur beberapa langkah, ketakutan terlihat jelas di wajah mereka.

"Oke, anak-anak," kata Hye Rin dengan suara tegas. "Ini bos terakhirnya. Fokus, jaga formasi, dan lakukan apa yang telah kita latih!"

Kandidat-kandidat itu, meskipun gemetar, akhirnya berusaha untuk berkumpul dan maju ke arah serigala. Dengan serangan terkoordinasi, mereka mencoba menyerang serigala petir itu. Tapi makhluk itu jauh lebih cepat dari yang mereka duga. Setiap kali salah satu dari mereka mendekat, serigala itu langsung menghilang dalam sekejap, seakan menyatu dengan petir, hanya untuk muncul kembali di tempat lain dan menyerang dari arah yang berbeda.

"Lihat tuh," gumamku sambil mengunyah permen karet yang kutemukan entah dari mana. "Bos gate yang bisa teleportasi. Itu agak curang, ya nggak?"

Satu per satu kandidat mulai kelelahan. Serangan-serangan mereka gagal mendarat, sementara serigala itu semakin agresif. Kilatan petir terus menerpa sekelilingnya, dan sekali waktu, salah satu kandidat terkena sengatan langsung yang membuat tubuhnya kejang-kejang sebelum jatuh tersungkur.

"Mereka bakal kalah kalau kayak gini terus," kata Hye Rin, cemas mulai terlihat di wajahnya.

Aku hanya menghela napas, mengamati dengan santai. "Yah, kamu bisa bilang ini bagian dari pelajaran hidup. Kalau terlalu bersemangat dan nggak siap mental, hasilnya begini."

Saat serigala itu melancarkan serangan ke arah kandidat yang hampir tak berdaya, aku bisa merasakan Hye Rin mulai kehilangan kesabarannya. Tangannya mulai meraih senjata, bersiap turun tangan.

"Tenang dulu, biarkan mereka mencoba sedikit lagi," kataku sambil menyentuh bahunya.

"Taemin! Mereka akan mati kalau kita tidak—" sebelum dia selesai, salah satu kandidat terpental keras menabrak pohon, tak sadarkan diri. Yang lain mencoba melindungi rekannya, tapi sudah jelas mereka kewalahan.

Hye Rin mulai bergerak, tapi aku menghentikannya. "Baiklah, kelihatannya ini saatnya aku turun tangan." Aku berdiri dan berjalan santai ke arah medan pertempuran.

Serigala itu melihatku, matanya bersinar lebih terang, seolah menantangku. Aku mengangkat tangan, mencoba menghentikan tawaku. "Serigala dengan gaya sok jagoan, ya? Oke, ayo kita selesaikan ini."

Serigala petir itu melesat ke arahku dengan kecepatan kilat. Tapi tepat sebelum ia bisa menyentuhku, aku mengayunkan tinjuku ke kepalanya dengan kekuatan penuh. Tapi sebelum itu, aku menghela napas panjang dan berkata dengan lantang:

"Serangan Pukulan Biasa... Yang Sangat Serius."

Serigala itu mendekat dengan gigi ternganga, siap mencabikku, namun tinjuku sudah melesat lebih cepat daripada petir di tubuhnya.

"Ini pasti sakit," gumamku sambil memutar pergelangan tanganku.

Dalam sekejap, serigala itu berhenti bergerak. Mata kuningnya terbuka lebar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Kemudian, dalam satu detik, seluruh tubuhnya meledak. Bukan hanya sekadar ledakan biasa—itu adalah ledakan besar, menggetarkan tanah di sekitarnya dan menyebarkan potongan tubuh serigala ke segala arah.

Semua orang yang menonton tertegun. Potongan daging dan bulu beterbangan di udara, beberapa mengenai para kandidat yang langsung terdiam. Aku hanya membersihkan tangan dari sisa-sisa ledakan sambil tersenyum tipis.

"Jadi, begini cara menanganinya," kataku santai, sebelum menoleh ke arah Hye Rin. "Kadang, kita cuma butuh satu pukulan yang tepat."

Dia menatapku dengan campuran tak percaya dan frustasi. "Taemin... kamu benar-benar... ah, sudahlah."

Aku mengangkat bahu. "Apa boleh buat, aku kan hanya ingin sedikit bersenang-senang."

Setelah memastikan semuanya selesai, aku mendekati lokasi di mana tubuh serigala itu meledak. Beberapa benda bercahaya tergeletak di sana—drop item dari bos gate. Aku tersenyum dan mengambilnya, mengabaikan drop item dari orc atau monster-monster lainnya yang berserakan di sekeliling.

"Hanya ini yang menarik perhatianku." Aku menyimpan item-item dari serigala petir itu ke dalam inventory. "Sisanya, ya... bisa kalian ambil sendiri."

Para kandidat masih memandangku seolah aku baru saja menjatuhkan bulan ke bumi. Tapi aku tidak peduli. "Hey, siapa yang mau ambil barang-barang drop lainnya? Aku nggak terlalu butuh barang-barang dari orc atau monster lain tadi."

Salah satu kandidat akhirnya mendekat, gemetar, dan mulai mengumpulkan barang-barang drop dari tubuh monster yang tersisa. Aku hanya berdiri di sana, menonton mereka dengan senyum puas di wajahku.

1
RYN
MC tentu op, okelah sebenernya, tapi kenapa kudu di sembunyi? saran sih, alur ceritanya jadi misteri aja. Menceritakan MC mencari tahu asal kekuatan nya, op karena alasan yang jelas lebih di sukai pembaca.

dah gitu aja.
Hanya Seekor Lalat: diawala doang, itu bab 9 kedepan udah gak nyembunyiiin lagi cmiwww
total 1 replies
RYN
kayaknya udah pernah ngomong gitu? ngulang kah?
Hanya Seekor Lalat: cuma penjelasan aja
total 1 replies
RYN
gak habis pikir sih ni karakter udah 4D, tau aja dia di dalam novel/Facepalm/
アディ
ntah lah aku ngerasa kayak, terlalu ber tele tele
アディ: iya sih toh mcnya terlalu op
Hanya Seekor Lalat: maaf ya, itu buat kebutuhan cerita, kalo gebuk gebuk end, kayak kurang enak buat dibaca
total 2 replies
Roditya
komen ya Thor. kayak baca narasi. terus dia nyembunyikan kekuatannya ini nggak jelas gitu alurnya kalo cuma takut jadi bahan percobaan. ya kan dia sudah paling kuat, kenapa takut.

kecuali.

dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.
Hanya Seekor Lalat: siap, itu cuma di awal cerita aja dari mulai bab 6 kalo gak salah udah gak ada
Fendi Kurnia Anggara: thor cuman saran, kata author nya di hilangin aja biar lebih enak baca nga
total 9 replies
Leviathan
yu bruh, 3 like mendarat untuk mu, jgn lupa mampir juga di chat story ane dan tinggalkan like
Teh Oolong
colossal titan malah jadi shaitan
Andri Suwanto
kntl kata² setiap bab pasti di sebut 10 kali author apa coba kaga jelas
Raja Semut
malas dah
Hanya Seekor Lalat: malas kenapa?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!