MEET YOU AGAIN

Lucy mendapati dirinya mengetuk pintu kamar Declan yang berada tepat didepan kamarnya sendiri. Pagi tadi ia langsung menghubungi Landon dan mengemasi kopernya terburu-buru agar tidak ketinggalan pesawat.

Lucy memberikan senyuman tipis dan mengintip ke belakang Declan begitu pria itu membuka pintu dengan bertelanjang dada. ''Apakah aku menganggu kegiatan panasmu?''

Declan sedikit terkejut dan juga senang ketika melihat Lucy. "Kau datang disaat yang tidak tepat."

"Sialan, Declan. Aku akan membunuh siapapun yang sedang bersamamu saat ini" Sahut Lucy dan terkejut ketika tubuhnya ditarik kedalam hingga membentur dada pria itu.

Lucy mendorong tubuh Declan dan melenggang masuk ke dalam untuk memeriksa. "Jangan menyentuhku, kau berkeringat." Sahut Lucy ketika Declan mendekatinya.

"Aku sedang berolahraga, mereka menyediakan alatnya. Buatlah dirimu nyaman sementara aku membersihkan tubuhku." Ucap Declan sembari masuk kedalam kamar mandi.

"Aku terkejut ketika tahu kau bisa melarikan diri dari para penjagamu." Sambung Declan dari arah kamar mandi.

Lucy melihat beberapa berkas mengenai aset Declan di Rusia tergeletak tak beraturan dimeja. "Apa kau akan memindahkan semua bisnismu disini?"

Declan tidak menjawab pertanyaannya dan hanya terdengar bunyi air yang dimatikan. "Jangan melihat apa yang bukan urusanmu, Lucy." ucap pria itu sembari membuka pintu dan keluar hanya dengan mengenakan handuk.

"Aku tidak sengaja melihat, dan kau tidak menjawab pertanyaanku." Balas Lucy dengan kedua tangan terlipat didada.

Declan menatap wanita yang sudah sejak tadi sangat ingin ia ajak bercinta. Lucy mengenakan kaos ketat dan juga celana jeans pendek yang membuat ia ingin membawanya ketempat tidur ketika ia melihat kaki jenjang wanita itu.

Declan berada diantara tubuh Lucy dan mencium wangi dileher wanita itu. "Bagaimana jika semua itu benar? Apa kau akan ikut bersamaku untuk tinggal disini?"

"Kau terlalu percaya diri, Declan. Apa yang membuatmu sangat yakin aku akan meninggalkan keluargaku demi dirimu?" Balas Lucy dengan wajah angkuhnya.

Declan tersenyum samar dan menggigit kecil kulit sensitif Lucy dan meninggalkan jejak merah dilehernya. "Karena kau menginginkanku. Kau berusaha menyingkirkan semua pria yang dikenalkan padamu dan berusaha agar mereka tidak terlalu dekat."

"Aku sudah pasti sangat menginginkanmu, Declan. Kau yang terus-menerus menolakku dalam hidupmu." Balas Lucy lagi dengan tatapan tajamnya. "Aku tidak ingin berdebat denganmu untuk saat ini."

"Hanya karena aku menolakmu, bukan berarti aku tidak menginginkan dirimu, Lucy." Bisik Declan di dekat bibir wanita itu dan melumatnya.

Bibir Declan melumat dengan begitu liar hingga wanita itu membalasnya. Ia menarik tubuh Lucy dan merasakan jemari wanita itu menyentuh dadanya. Dengan masih berciuman, tangannya mencari-cari dibalik kaos yang dikenakan Lucy dan melepasnya melewati kepala wanita itu.

Declan kemudian mengangkat tubuhnya dan mereka berguling-guling dikasur dengan keduanya sudah tidak mengenakan pakaian apapun. Dengan kasar Declan mendorong tubuhnya hingga terlentang dikasur dan lidah pria itu sudah berada dibagian paling sensitif tubuhnya.

Lucy mengerang dan menarik-narik rambut pria itu. Kedua tangan Declan menyentuh seluruh kulit tubuhnya dan meremas dadanya begitu kuat dan kasar. Lucy mengerang dan melengkungkan tubuhnya ketika pria itu masih bermain dibawah tubuhnya. Menuntut sesuatu yang sudah lama ia ingin rasakan. Mendesak Lucy untuk terus meneriakkan namanya.

Dan ketika bibir Declan berpindah di kedua dadanya, ia lupa diri.

...****************...

Keesokan harinya Lucy terbangun pukul sebelas siang dengan tubuh yang terasa ngilu diberbagai tempat. Declan baru menghentikan percintaan mereka ketika matahari sudah akan terlihat. Mereka bercinta, makan dan melakukannya lagi berulangkali.

Declan ikut terbangun ketika merasakan gerakan Lucy yang menyentuh tubuhnya, Ia menyentuh pipi wanita itu dan mengecup bibirnya. "Kau sangat cantik."

"Matamu selalu membuatku terpesona, seperti ketika pertama kali melihat fotomu saat bayi yang dipajang di perpustakaan Kakekmu." Lanjut Declan sembari mencium pelupuk mata Lucy bergantian.

Lucy tersenyum mengingat kenangan itu. "Kau selalu mendebatkan warna mataku."

"Saat menyelamatkanmu, aku melihat matamu berwarna biru. Tapi jika terkena sinar, matamu tiba-tiba berubah menjadi ungu. Itulah mengapa aku selalu penasaran." Ucap Declan.

"Kartu identitasku tertulis warna biru seperti Daddy. Sebaiknya aku mandi dan menagih janjimu semalam." sahut Lucy kemudian beranjak dari tempat tidur dengan menarik selimut menutupi tubuhnya dan masuk kedalam kamar mandi.

Declan tersenyum dan memakai celana. Ia kemudian memesan makanan untuk mengisi perut mereka sebelum menjelajahi kota London seharian nanti. Lucy harus kembali besok dan ia ingin menghabiskan waktunya dengan wanita itu tanpa gangguan dari keluarganya.

......................

Kunjungan ke taman hiburan menjadi tempat terakhir mereka, setelah wanita itu mengajaknya berkeliling membeli berbagai macam buku dari pengarang favoritnya. Lucy tidak tampak lelah dan terlihat menikmati kebersamaan mereka.

"Kau pasti lelah setelah menemaniku sepanjang siang ini. Duduklah dikursi itu, aku akan memberikanmu es krim. Tak lengkap rasanya jika berada disini tanpa es krim ditangan." Sahut Lucy sembari menunjuk gerobak es krim yang tidak jauh dari mereka.

Declan merasa tidak enak ketika melihat kerumunan orang dan takut terjadi sesuatu pada Lucy. "Aku akan ikut denganmu,"

"Apa kau takut ada yang menculikku?" tanya Lucy ketika pria itu tidak melepaskan genggaman tangannya.

Declan membayar es krim dan memberikan rasa vanila kepada Lucy yang terlihat sangat senang. "Kau akan kembali besok, jadi aku tidak ingin membuang waktu yang sangat berharga ini."

Mereka kembali ke hotel setelah menikmati makan malam di tempat dimana sering didatangi Lucy dan juga sepupunya si kembar ketika ia sedang berlibur di rumah mereka.

"Aku senang kau menemaniku seharian ini, Declan. Sebaiknya aku kembali ke kamarku, karena aku harus berkemas. Pesawatku sangat pagi, karena aku tidak ingin Daddy mencariku." kata Lucy ringan dan membuka pintu kamarnya.

Declan mendorong pintu kamar Lucy ketika wanita itu akan menutupnya dan masuk kedalam. "Wah, Lucy. Kau bersikap seolah kita hanya pasangan affair?"

"Bukankah itu yang kau inginkan?" Jawab Lucy dengan santai meletakkan belanjaannya di atas meja dan melepas sepatunya.

"Kau tersinggung dengan ucapanku itu?" tanya Declan sembari menarik tubuh Lucy menempel padanya.

Lucy melihat kemarahan di wajah Declan yang tidak pernah pria itu tunjukkan selama mereka bersama. "Aku lelah dan ingin tidur. Selamat malam, Declan."

Declan menahan tubuh Lucy dan memaksa wanita itu menatap matanya. "Kau serius dengan tindakanmu saat ini, Lucy?"

"Aku sudah mengikuti keinginanmu untuk menjalin affair dan kau harus tahu, inilah yang akan kau dapatkan jika aku sudah menjadi istri orang lain." jawab Lucy sembari membalas tatapan Declan sama tajamnya.

"Kau pikir hanya itu yang aku inginkan? Bercinta denganmu lalu selesai?" Declan berkata dengan kemarahan yang sudah tidak bisa ia kendalikan lagi.

"Jika aku hanya ingin bercinta denganmu, aku sudah melakukannya saat kau datang menemuiku di perusahaan. Aku ingin membangun bisnis di sini dan membawamu ikut bersamaku. Kita bisa hidup aman disini tanpa rasa takut." Sambung Declan lagi sembari melepas cengkramannya.