Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
[Pov Adrian]
Hari pertama masuk sekolah, pagi pagi, “tridid...tridid,” teredengar suara alarm smartphone berbunyi. “Uh,” Adrian terbangun, dia menoleh kemudian mengambil smartphonenya di sebelah bantalnya, matanya langsung membulat, karena waktu sudah menunjukkan jam 07:45.
“Aaaaah hari ini hari pertama sekolah ya....aduh telat parah nih, ga ikut upacara dong, udah deh yang penting dateng aja dulu,” ujar Adrian.
Dia langsung melompat turun dan berlari ke kamar mandi, dengan kecepatan kilat, dia mandi dan berlari keluar dengan hanya mengenakan handuk masuk ke dalam kamar, dia langsung mengenakan seragamnya dan menyambar tasnya, kemudian dia keluar dari kamar dan memakai sepatunya. Setelah itu, dia membuka pintu, keluar kemudian menguncinya, dia langsung berlari ke arah lift dan menekan dengan cepat tombol liftnya.
“Ting,” Lift terbuka, dia langsung masuk dan menekan tombol untuk menutup pintu, “eh tunggu,” teriak seorang gadis, tapi Adrian terus menekan agar pintu cepat tertutup, “maaf, udah telat,” ujar Adrian tanpa meliihat siapa gadis yang berteriak barusan. Ketika lift sampai di bawah, dia berlari keluar dari lobby dan berlari ke arah gerbang,
“Udah naik ojek biasa aja,” ujarnya dalam hati.
Setelah tawar menawar dengan pengemudi ojek, akhirnya dia berangkat menuju ke sekolahnya, di perjalanan Adrian berpikir,
“Uuuh pada akhirnya aku tidak menyapa Elsa di sebelah, selama dua hari maju mundur dan semalam sampai ga bisa tidur, telat dah, parah,” ujar Adrian dalam hati.
Hatinya terus berharap agar pengemudi ojek sedikit mengebut agar dia cepat sampai. 10 menit kemudian, dia sampai dan membayar pengemudi, setelah itu dia berlari masuk ke dalam gerbang dan masuk ke dalam gedung sekolah. Dia mencari namanya di daftar yang di tempel di pintu kelas. Akhirnya dia menemukan namanya, dia berada di kelas 10-3, setelah itu dia berdiri di depan pintu kelasnya, di dalam terdengar suara seorang guru yang sedang berbicara.
Adrian menarik nafasnya dalam dalam kemudian menghembuskannya, setelah itu dia memegang gagang pintu, “sreeg,” Adrian menggeser pintunya, dia melangkah masuk ke dalam, seluruh teman sekelas dan pak guru menoleh melihat ke arahnya,
“Waduh baru datang, keenakan libur ya,” ledek pak guru.
“I..iya pak, maaf ketiduran,” balas Adrian.
“Ya sudah perkenalan dulu di depan,” ujar pak guru.
Adrian masuk ke dalam dan berdiri di sebelah meja guru menghadap teman sekelas yang sedang melihat dirinya.
“Pe..perkenalkan nama saya Adrian Miller, sekian,” ujar Adrian.
“Lah irit amat perkenalan nya, lo keturunan bule mana ?” celetuk seorang siswa.
“Amerika,” jawab Adrian singkat.
“Lo udah punya cewe belom nih, lo keren juga,” teriak seorang siswi.
“Um...belum,” balas Adrian singkat.
Seluruh kelas langsung ramai, Adrian mematung berdiri di depan kelas, pak guru terlihat memeriksa daftar, kemudian dia menoleh melihat Adrian,
“Kalau sudah, silahkan duduk di paling depan, sebelah pintu,” ujar pak guru.
“Baik pak,” balas Adrian.
Adrian melangkah ke arah barisan paling ujung di dekat pintu dan melihat meja di paling depan, dia melihat hanya satu kursi walau mejanya untuk berdua, dia duduk di dekat pintu. Baru saja duduk, pundaknya langsung di colek dari belakang, Adrian menoleh melihat seorang gadis cantik berambut sedikit ikal yang mencoleknya dari belakang,
“Hai, nama gue Yuni, kenalan ya,” ujar Yuni.
“Iya, gue Adrian,” balas Adrian.
“Udah tau kale, lo kan baru perkenalan, lo dari smp mana ?” tanya Yuni.
“Jakarta selatan,” jawab Adrian singkat.
“Buset jauh juga nyasarnya kesini, tinggal di mana ?” tanya Yuni.
“Di apartemen M*I, deket dari sekolah,” jawab Adrian.
“Oh beneran, gue juga ada temen tinggal di sana,” balas Yuni.
“Oh gitu ya, trus kenapa di sebelah gue ga kursinya nih ?” tanya Adrian.
“Itu tempat khusus buat temen gue yang gue bilang tinggal di apartemen barusan, dia pakai kursi roda, susah kalau ada kursi,” jawab Yuni.
“Oh gitu, ya udah kalau gitu, gue pikir gue di sendiriin gara gara telat,” balas Adrian.
“Ya kaga lah, ada ada aja lo hehe,” ujar Yuni.
Tiba tiba, “dug...drug dug...dug,” jantung Adrian berdegup kencang, dia kembali menoleh ke depan, tangannya naik dan memegang jantungnya, wajahnya meringis karena jantungnya sakit, dia merebahkan kepalanya di meja dengan tangan tetap di dada,
“A..aduh, kenapa ini...sa..sakit,” ujar Adrian dalam hati.
“Oi Dri, lo kenapa ?” tanya Yuni di belakangnya.
“Ga..ga apa apa, santai,” jawab Adrian terbata.
“Serius nih, kalau sakit ke ruang kesehatan aja, gue kasih tau guru ya,” ujar Yuni.
“Ga usah, bentar lagi....juga ilang,” balas Adrian.
“Jedug,” terdengar bunyi kencang seperti sesuatu menabrak pintu, pak guru langsung berlari ke pintu dan “sreeg,” dia membuka pintu,
“Hei, kamu kenapa ?” tanya pak guru panik.
“Ti..tidak apa apa pak, sa..saya ter..terlambat, ma..maaf pak...sa..saya masuk,” jawab seorang gadis di belakang pintu.
******
[Pov Elsa]
Kembali ke jam 07:45, “tridid...tridit,” terdengar suara alarm di unit sebelah, Elsa terbangun, dia mengambil smartphone karena dia mengira smartphone nya yang berbunyi, ketika melihat layarnya, dia langsung terduduk karena smartphonenya dalam keadaan mati.
“Aduh...semalem aku lupa chas ya, aaaah gara gara mikirin tetangga, sekarang jam berapa,”
Elsa meraih jam tangannya di meja, matanya membulat ketika melihat waktu di jam tangan itu, dia langsung merangkak turun dari ranjang dan memanjat kursi rodanya,
“Aduh...telat...telat...telat,” ujar Elsa sambil keluar dari kamar.
Dia langsung mandi dan kembali ke kamar, kemudian berpakaian, setelah itu dia keluar dari kamar mengayuh kursi rodanya ke pintu keluar, ketika sudah di luar, “ting,” dia menoleh melihat seseorang masuk ke dalam lift dan menutup pintunya, Elsa yang sedang mengunci pintu berteriak,
“Eh...tunggu,” teriak Elsa.
Tapi sepertinya orang di dalam lift tidak mendengarnya, dengan bersungut sungut Elsa mengayuh kursi rodanya ke arah lift,
“Kenapa sih ga di tungguin,” ujar nya kesal.
“Ting,” lift kembali terbuka, Elsa langsung mengayuh kursi rodanya masuk ke dalam, ketika sudah turun dia langsung mengayuh kursi rodanya sekuat tenaga sampai keluar dari lobby, kemudian dia melihat sekeliling dan meminta tolong sekuriti untuk memanggilkan taksi. 15 menit kemudian, Elsa turun dari taksi di depan gerbang sekolah yang sudah mau di tutup oleh sekuriti, setelah membayar,
“Tunggu pak,” teriak Elsa.
“Oh udah telat mba,” balas sekuriti.
“Tolong pak, saya semalam ga enak badan soalnya,” balas Elsa.
Melihat Elsa yang memelas dan duduk di kursi roda, sang sekuriti menjadi iba dan membukakan lagi pagar nya, Elsa langsung mengayuh kursi rodanya masuk ke dalam,
“Makasih pak,” ujar Elsa.
“Iya, tapi besok besok jangan telat lagi ya,” balas sekuriti.
“Iya pak, janji,” balas Elsa.
Dengan sekuat tenaga lagi, Elsa mengayuh kursi rodanya ke gedung sekolah dan masuk ke dalam, dia langsung mencari namanya di daftar daftar yang di tempel di depan kelas, ketika sedang melihat daftar nama di kelas 10-3 yang di tempel di pintu kelas, “dug...drug dug...dug,” tiba tiba saja jantung Elsa berdetak sangat keras dan menyakitkan, dia tetap berusaha mencari namanya sambil memegang dadanya.
Ketika melihat namanya, dia menjulurkan tangan ke pintu namun dia tidak kuat menggeser pintu karena jantungnya yang sakit, akhirnya “jeduug,” kursi rodanya maju menabrak pintu, tak lama kemudian, “sreeg,” pintu di buka dan pak guru berdiri di baliknya,
“Hei, kamu kenapa ?” tanya pak guru panik.
“Ti..tidak apa apa pak, sa..saya ter..terlambat, ma..maaf pak...sa..saya masuk,” jawab Elsa terbata.
“Kamu kalau tidak bisa ke uks aja, saya antar ya,” ujar pak guru cemas.
“Tidak apa apa pak, sebentar juga hilang,” ujar Elsa yang berusaha menahan sakitnya.
“Ya sudah, saya bantu kamu masuk,” balas pak guru.
Ketika pak guru mendorong kursi roda Elsa masuk ke dalam kelas, “dug..dug..dug,” jantung Elsa berdetak semakin cepat dan keras, dia juga mendengar dengan jelas detak jantung yang berirama sama di sebelahnya. Elsa menoleh melihat Adrian yang juga sedang menatapnya dan pandangan mereka bertemu.