Mengulik kehidupan selebriti di belakang layar. Novel ini menceritakan tentang, Kayla Aruna, selebriti kurang terkenal yang sudah lama berkecimpung di industri dunia hiburan itu harus menerima kritikan pedas dari netizen setelah dia tampil di salah satu program variety show bersama Thaniel Hanggono.
Namun di tengah kontroversi yang menimpa Kayla, tawaran untuk bermain film bersama Thaniel justru datang dari salah satu production house dengan bayaran yang cukup mahal. Kayla yang menerima tawaran itu karena tertarik dengan naskahnya pun semakin banyak menerima hate comment karena dianggap panjat sosial menggunakan nama Thaniel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Piala yang bukan untukku
"Serius ya, award kemarin nggak adil banget buat Kayla. Dia lebih layak dapetin piala dari pada nominasi yang lain, tapi sayangnya dia malah kalah."
"Serius deh, orang-orang yang nggak mau vote Kayla gara-gara skandal itu pada kenapa sih? Masa cuma karena itu vote-nya jadi turun drastis dan nggak dapetin award"
"Kayla deserve better."
"Emang pada nggak objektif sih ngedukungnya. Orang-orang pada nggak ngerti kualitas akting?"
"Bukan fans Kayla, tapi gue vote dia mulu. Dia patas dapat pialanya."
"Kok pada nggak terima kalau Kayla kalah sih, fans-nya dia kan emang nggak banyak, apalagi setelah video itu kesebar, ya netizen makin lost respect, lah."
"Wkwkwk, itulah pentingnya reputasi selebriti."
"Kayla, lo salah negara."
"Negara kita harus ganti rakyat sih, Kayla deserve better."
"Gue tahu Kayla bukan artis yang suka ngumbar sensasi dan lebih mentingin karya, tapi aktris yang masuk nominasi juga bukan orang yang suka ngumbar aib, makanya netizen lebih respect."
Begitulah pro kontra netizen di internet setelah acara penghargaan itu digelar. Meski sudah selesai beberapa hari yang lalu, mereka masih memperdebatkan tentang siapa yang layak memenangkan penghargaan itu.
Kayla menutup ponselnya. Membaca komentar netizen di internet akhir-akhir ini sungguh menguras tenaganya. Semenjak skandal itu keluar, namanya sering menjadi trending topic meski itu bukan yang dia inginkan, menjadi bahan hujatan di setiap kesempatan. Media sosial Kayla selalu ramai dengan ledekan-ledekan konyol yang kerap menguji kesabarannya. Citra baru Kayla benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat.
Kayla menatap lurus ke depan, memandang satu piala yang pernah dia dapatkan beberapa tahun yang lalu. Meski hanya ada satu, tapi piala itu adalah pembangkit semangat di kala dia lelah, di kala dia muak dengan sisi gelap yang ada di industri yang dia geluti.
Kayla menghela napas berat. Dua detik kemudian ponselnya berdering. Dari ibunya. Gadis itu pun buru-buru menggeser tombol hijau.
"Halo Ibu, gimana kabarnya? Maaf ya kalau Kayla jarang ngasih kabar, Kayla sibuk banget soalnya."
"Iya, nggak papa sayang. Kamu sendiri gimana kabarnya? Kamu baik-baik aja, kan?" Ibu Kayla bertanya di seberang telepon. Suara lembutnya itu sungguh meneduhkan hati Kayla.
"Iya, dong, baik-baik aja. Anak ibu gitu loh." Kata Kayla, berusaha tegar meski hatinya berkecamuk.
Ibu Kayla terdengar tertawa. "Ajaran ibu emang nggak pernah gagal."
Keduanya tertawa bersama. Di telepon mereka membicarakan ini dan itu, sesekali ibunya memberi wejangan, nasihat-nasihat panjang yang berhasil membuat dirinya bertahan. Kayla mensyukuri itu.
Setelah cukup lama berbincang di telepon, Kayla pun menutup panggilannya lantas beranjak dari tempat duduknya, keluar dari ruang kerjanya untuk mencari makan malam, alarm perutnya sudah berdering sedari tadi.
Namun begitu Kayla membuka pintu, dia justru melihat Thaniel bersama Nando di lorong apartemen.
"Selamat malam Mbak Kayla." Nando menyapa. Kayla kemudian membalasnya dengan sapaan serupa.
Sesaat setelah itu seorang wanita tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Kayla! Lo apa kabar? Gue denger lo udah nggak perpanjang kontrak sama manajemen, ya? Gara-gara video itu? Terus lo gimana? Waktu peran lo diganti sama orang lain, agensi marah nggak? Maaf banget ya, gue belum sempat hubungin lo setelah kejadian itu. Si nenek tua itu nyuruh gue ke luar kota buat nemenin artis baru mereka. Lo nggak papa, kan?" Putri, mantan manajer Kayla yang sudah bekerja selama sepuluh tahun itu berseru setelah dia keluar dari lift dan langsung berlari menghampiri Kayla. "Beneran gara-gara video itu? Sialan banget."
Kayla berdeham, dia lalu memberi kode pada Putri untuk melihat bersama siapa mereka sekarang.
Putri menoleh ke arah orang yang sedari tadi bersama Kayla. Dia terkejut saat melihat salah satu dari mereka adalah orang yang ada dalam video yang sedari tadi dia bicarakan.
"Kita cari makan aja, yuk. Laper banget gue." Kayla memegang perutnya seraya menarik tangan Putri dan mengajaknya menjauh dari tempat itu. Untung saja lift masih ada di lantai itu, jadi ketika Kayla menekan tombol open, pintu lift langsung terbuka. Dengan cepat perempuan itu langsung menyeret putri untuk segera masuk ke lift.
"Tadi beneran Thaniel?" Putri bertanya penuh dengan penekanan.
Kayla menganggukan kepala.
"Seriusan Thaniel? Thaniel Hanggono? Orang yang lagi banyak diomongin di internet sama lo? Orang yang karirnya lagi naik daun itu?"
Sekali lagi Kayla menganggukan kepala. Dia mengerlingkan bola matanya malas.
"Kenapa dia di sini? Sama lo lagi. Gimana kalau ada orang yang melihat kalian? Dia lagi nuntut lo buat minta maaf? Nggak, nggak mungkin. Gue lihat di akun gosip katanya dia justru minta ke fans-nya buat nggak ngehujat lo. Itu beneran? Kenapa lo diam aja sih dari tadi?" Putri langsung bertanya macam-macam begitu pintu lift tertutup dan kapsul lift itu turun ke bawah.
Sementara itu Kayla hanya mendengus sebal. "Ceritanya nanti dulu, gue harus isi tenaga supaya punya energi buat cerita."
Putri menganggukan kepala, menuruti permintaan Kayla meski dia tidak sabar untuk mendengar cerita gadis itu.
Di rumah makan yang tak jauh dari apartemen tempat Kayla tinggal. Putri masih menyakan alasan mengapa Thaniel berasa di sana. Untung saja pengunjung rumah makan itu tidak banyak orang dan Kayla menggunakan hoodie dan masker, jadi keberadaannya tidak menjadi gunjingan orang.
Sambil menunggu makanan yang dia pesan disajikan, Kayla akhirnya bercerita apa yang terjadi setelah video itu viral. Termasuk alasan mengapa Thaniel berdiri di lorong apartemen tempat dia tinggal.
Cerita Kayla berhenti saat makanan yang dia pesan disajikan, kemudian berlanjut ketika pramusaji itu selesai menghidangkan dan kembali pada kesibukannya.
"Terus dia tinggal di samping apartemen lo?"
"Bukan dia, tapi managernya." Kayla meralat. Dia tampak menikmati ayam bakar yang ada di hadapannya.
Putri mengangguk paham. "Terus gimana?"
"Apanya?" Kayla mengerutkan dahi, tidak mengerti.
"Lo masuk manajemen siapa?"
Kayla meneguk minumannya hingga setengah botol. "Gue bikin manajemen sendiri. Seadanya sih, tapi lumayan lah."
"Gue nggak nyangka lo senekat itu. Bikin manajemen sendiri kan nggak mudah, banyak persiapan dan keahlian."
Kayla mengangguk setuju. "Emang nggak gampang."
"Terus?"
Kayla menghabiskan makanannya lantas menatap Putri tidak mengerti. "Apanya yang terus?"
"Thaniel. Lo udah minta maaf sama dia?"
"Kenapa harus gue? Yang karirnya hancur kan cuma gue. Dia nggak."
"Bener juga, sih" Kata putri. Dia lantas mengalihkan topik pembicaraan. Pembicaraan tentang keinginannya untuk keluar dari manajemen sebelumnya dan mencari pekerjaan yang baru. Obrolan yang Kayla dengar setiap tahun dari mantan Manajernya.