Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 (pergi semua)
critt
Mobil pun Alisya hentikan begitu saja di pinggir jalan.
Nafasnya tersengal. Rasa malu, hingga tak mampu lagi dirinya berhadapan dengan Adriel maupun Bastian.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mana mungkin, aku bisa menjadi wanita murahan dengan di gilir pria yang jelas-jelas mencintai ku dengan tulus," ucap Alisya.
Tak lama Alisya mengingat akan ponselnya. "Ponsel ku!" Sambil meraih ponsel yang ternyata kehabisan batrei.
"Pantes nggak denger, kalau ada yang nelfon apa nggak tadi malam," imbuh Alisya.
Untung saja di mobil ada charger.
Ponselnya pun menyala. Mata Alisya dibuat terbelalak, Adriel menghubungi dirinya. Dengan 100 panggilan tak terjawab.
"Apa nggak keriting tuh tangan? Nelfon aku sampek beratus panggilan." "Arghh.... " Teriak Alisya, seperti orang yang frustasi.
Ketika di dekati Revan, ia tak ada rasa sama sekali. Bahkan untuk tergoyahkan rasanya pun, tak pernah Alisya rasakan.
Tapi kini, hanya sentuhan dan juga lumatan bibir saja. Hati Alisya menjadi murah sekaligus terasa tak ada harga dirinya.
Kepala yang ia tenggelamkan bersama dengan stir di mobil nya.
Tiba-tiba.....
Drrttt
Drrttt
"Ya ampun!" Kagetnya Alisya, mendengar ponsel nya tiba-tiba.
Perlahan tangan Alisya meraih ponsel yang masih ia charger. Benar saja, terpampang jelas nama Adriel di layar ponsel.
Serasa ingin mengangkat panggil lan itu. Akan tetapi bingung, apa yang akan ia katakan nantinya. Mata Alisya masih menatap kearah ponsel yang sedari tadi masih berdering.
"Emm.... Gimana nih? Tapi kalau nggak diangkat, nanti makin marah lagi dia. Tapi.... "
Dengan keberanian penuh Alisya menekan tombol hijau.
"Ekhemm... " Alisya berusaha menetralkan suaranya, agar tak terdengar gugup.
"Iyah mas Adriel." Ucap Alisya dengan pelan.
"Ya ampun Alisya, kamu kemana aja? Kamu baik-baik aja kan? Kamu sakit? Apa kamu ada masalah? Kenapa nggak pulang kemarin? Kamu sekarang dimana? Biar aku jemput."
Deg
Alisya terdiam.
'Dia khawatir dengan ku? Dan aku menghianati nya? Apa aku pantas dengan pria sebaik dia? Tapi.... Aku juga mencintainya,' ucap Alisya dalam hatinya.
"Alisya! Kamu dengar aku kan?"
Sontak Alisya membuyarkan lamunannya. "Em, aku denger," jawab Alisya.
"Aku nggak bisa tidur tadi malam. Aku takut kenapa-napa. Tapi untungnya kamu baik-baik aja."
Tiba-tiba air mata jatuh dengan bebasnya dari kelopak mata indah Alisya. Rasa bersalah kian mencuak dalam dirinya.
"Hiks hiks hiks.... " suara tangisan malah tak sengaja keluar dari bibir nya.
"Alisya, kamu nangis? Ada apa? Jangan buat aku khawatir, aku jemput kamu sekarang."
Alisya menggeleng kan kepalanya cepat. "Nggak! Nggak! Aku cuman....lagi pengen sendiri. Untuk sementara ini, aku minta mas Adriel jangan temuin aku dulu yah."
"Kenapa? Apa aku telah berbuat salah?"
"Aku yang salah. Aku...." Alisya menggantung ucapannya.
Nanar mata indah Alisya, telah mengeluarkan air mata bak hujan yang tak ingin reda.
"Aku apa Sya? Jangan buat aku khawatir."
"Untuk kali ini aku nggak bisa jujur, tapi aku mohon tolong jangan ganggu aku dulu. Aku butuh sendiri."
Tuttt
Panggilan pun Alisya akhiri secara sepihak.
Lagi-lagi Alisya memukulkan kepalanya kearah stir di depannya.
Ponsel yang sudah ia matikan. Agar tak dapat di telfon kembali oleh Adriel.
"arghhh......hiks hiks hiks." Tangisan Alisya terdengar sangat pilu.
Di dalam mobil, Alisya hanya mampu menuangkan air matanya. Sesekali rasa penyesalan dan bahkan rasa yang seakan sudah tak pantas untuk dimiliki oleh Adriel maupun Bastian pun muncul.
"Ternyata selama ini aku lah perusak di dalam perjalanan cinta ku sendiri. Bukan orang ketiga, ataupun orang lain. Akan tetapi aku sendiri." Ucap Alisya, sambil menatap lemah kearah luar jendela.
******
(Di apartemen Alisya)
Mobil yang telah terparkir di depan Apartemen.
Alisya pun keluar dari mobil dan segera melangkah kearah apartemen nya. Ketika sampai di depan pintu, Alisya menatap bunga di depan pintu Apartemen nya.
Tangannya pun meraih bunga itu. Mata Alisya menelisik ke sekitar, dan nihil, tak ada orang lain selain dirinya di tempat itu.
"Aneh, jarang-jarang aku dapet bunga." Gumam Alisya.
Tak ingin terlalu berfikir panjang. Alisya pun membuka pintu Apartemen, dan masuk kedalamnya.
Merasa lelah Alisya terduduk di sofa depan telefisi. Mata sembab akibat menangis selama tadi, Alisya menutup matanya serasa ingin menciptakan ketenangan pada dirinya.
Tak lama tiba-tiba matanya mengarah kearah bunga yang ia taruh di meja yang berada di depannya.
"Kira-kira dari siapa yah?" Lirih Alisya menerka.
Alisya pun meraih kembali bunga itu, dan mencari ada kertas atau apapun untuk ia tau siapa yang memberi nya bunga.
Alhasil Alisya menemukan sebuah surat. "Surat nya lucu banget, kok tau sih aku suka warna merah hati," imbuh Alisya.
Ketika membuka surat itu dan membaca dengan seksama, mata Alisya tertegun.
Isi surat
Hay cantik! Maaf aku nggak bisa pamit langsung ke kamu. Tapi, aku ingin kamu tau kalau hanya kamu wanita satu-satunya yang selama ini ada di hati ku. Bahkan hanya kamu wanita tercantik yang selama ini aku temui.
Jaga diri baik-baik. Jangan lupa makan yang teratur, aku pergi.
Sya tercantik, wanita paling cantik sekaligus menggemaskan.
Adriel
.
.
.
Tangan Alisya gemetar. Air matanya bercucuran dari kelopak mata indahnya.
"Pergi? Dia pergi? Apa karna ucapanku tadi?" Alisya tak henti-hentinya berucap.
Ponsel yang tadinya ia sengaja di nonaktifkan. Kini ia aktifkan kembali.
Dengan usaha penuh Alisya berusaha untuk menghubungi Adriel. Akan tetapi, nihil. Hanya suara operator yang dapat ia dengar.
Tubuh Alisya melemas seketika. Jantungnya berpacu hebat tak karuan. Rasa penyesalan dan rasa malu pun mencuak dalam diri Alisya.
Ketika Alisya menangis dengan duduk di lantai bertumpuan kedua lutut nya. Tiba-tiba suara ponsel nya pun berbunyi.
Ting
Suara pesan masuk.
Sontak Alisya langsung meraih ponsel itu.
Berharap Adriel yang mengirimi pesan. Akan tetapi, kini malah Bastian yang mengirimi pesan untuknya.
Alisya membaca pesan yang dikirim oleh Bastian.
Isi pesan
Bastian : "Alisya! Maaf soal kejadian semalam. Aku yang salah. Nggak seharusnya aku melakukan hal itu padamu, yang padahal belum adanya ikatan pernikahan. Aku minta maaf."
Bastian : "aku nggak sanggup menahan rasa malu dengan berhadapan langsung dengan mu. Mungkin kini kamu marah dengan ku. Tapi, aku akan menghukum diriku yang bodoh ini untuk menjauh darimu."
Bastian : "aku pergi, maaf! Sekali lagi aku minta maaf."
.
.
.
Deg
Bersambung.
yuhuuu 🥰
Like, like, ike, komen, dan jangan lupa follow biar author tambah semangat nulisnya 🤗