"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24. Salah Tingkah
Kini Asilla memasuki lobby kantor yang sudah sepi.
"Malam Nona," sapa satpam yang bertugas.
"Malam Pak. Aku ingin bertemu Tuan," kata Asilla.
"Tuan masih ada klien. Silahkan Nona," ujar satpam mengenali Asilla sebagai baby sitter Moses.
Asilla mengangguk, lalu bergegas berlalu. Ia tidak ingin berlama-lama.
"Nyonya," gumam Gio terkejut melihat kedatangan Asilla yang tiba-tiba.
"Tuan Gio, apa Tuan ada didalam?" tanya Asilla.
"Ada Nyonya tetapi masih ada klien," jawab Gio sembari merapikan berkas untuk dibawa pulang.
"*Apa gerangan Nyonya malam begini datang ke kantor?" batin Gio.
"Memangnya besok tidak bisa dilanjutin? seperti tidak ada hari saja," gumam Asilla didalam hati*.
"Malam begini masih ada klien?" gumam Asilla dengan kening mengerut.
"Iya Nyonya kebetulan klien malam ini akan kembali ke kota x sehingga tidak ada waktu untuk bertemu besok," jelas Gio.
Hmmm
"Baiklah aku akan menunggu disini," kata Asilla tidak mungkin nyelonong masuk sedangkan didalam sana ada orang penting.
"Baiklah Nyonya, saya akan pulang setelah Nyonya masuk," ujar Gio.
"Apa Tuan Gio tidak ikut lembur?" tanya Asilla.
"Tidak Nyonya saya akan menyelesaikan pekerjaan di rumah," jawab Gio.
Asilla mengangguk paham.
Didalam ruang CEO. Filio baru saja mengakhiri kerja sama dengan CEO dari perusahaan x.
Ceklek
Pintu terbuka. Keluarlah wanita berkaca mata yang bisa diperkirakan sang sekretaris.
"Tuan Gio, saya ingin ke toilet, dimana letak toilet?" tanya wanita itu.
"Belok sana Nona," jawab Gio sembari menunjuk letak toilet.
"Terima kasih,"
Bukan tidak ada toilet didalam ruang CEO tetapi itu tidak diperbolehkan siapa saja untuk digunakan.
"Nyonya sepertinya meeting sudah usai, sebaiknya Nyonya langsung masuk saja," kata Gio.
Asilla mengangguk karena ia kira wanita yang permisi ke toilet tadi adalah klien sang suami. Tanpa ragu-ragu Asilla masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu, dikarenakan pintu terbuka sedikit.
Di ambang pintu langkah Asilla terhenti dengan tubuh mematung melihat pemandangan tidak wajar. Dimana Filio dengan seorang wanita berpakaian sedikit terbuka sedang terduduk dipangkuan Filio.
"Maaf!" suara lantang Asilla.
Mendengar suara seseorang membuat Filio mendorong tubuh wanita itu, sehingga membuatnya tersungkur di lantai.
Ketika mengetahui siapa yang datang tubuh Filio menegang. Sedangkan Asilla bersikap biasa-biasa saja tetapi ada perasaan marah karena Asilla merasa Filio selingkuhi Asinta sang Kakak.
"Mari Tuan," kata wanita itu yang diyakini Asilla sebagai klien.
Selepas kepergian wanita itu. Keduanya hening. Filio sedikit salah tingkah, sedangkan Asilla sama sekali tidak menunjukan rasa cemburunya sama sekali. Bagi Asilla itu bukanlah urusannya.
"Apa hal penting yang membuat kau datang ke kantor?" ujar Filio mulai membuka suara.
Asilla beringsut mendudukkan dirinya di sofa tanpa dipersilahkan oleh Filio terlebih dahulu. Asilla tersenyum mendengar pertanyaan Filio, ia tidak boleh memancing amarah sang suami di atas kertas.
"Maaf jika kehadiran saya tidak tepat, mungkin kehadiran saya merusak semuanya. Maka dari itu sekali lagi saya minta maaf," kata Asilla seperti sindiran.
Filio dapat mencerna dengan sindiran Asilla sehingga membuatnya menjelaskan pada intinya.
"Yang kau lihat bukanlah seperti yang ada dalam pikiranmu. Dia tersenggol kaki meja sehingga membuatnya tidak seimbang, jadi itulah kenyataannya," jelas Filio singkat.
Ujung bibir Asilla terangkat menandakan ia mengembangkan senyuman.
"Hati-hati jaman sekarang lagi Hits PELAKOR!" Kata Asilla. "Hmmm buat apa Tuan menjelaskan itu kepada saya? saya tidaklah penting untuk urusan pribadi. Tetapi jika bisa hargai sedikit Kak Sinta," Asilla menghela nafas sejenak. "Kak Sinta masih berjuang untuk bangun," lirih Asilla.
Tanpa disadari Filio. Dadanya sesak mendengar jika dalam arti Asilla tidaklah merasa cemburu tetapi ia malah memikirkan Asinta.
"Jangan membuang waktuku untuk hal tidak berguna ini. Katakan apa maksud kedatangan dirimu ke kantor ini?" ujar Filio dengan tegas.
"Bagaimana caraku memulai mengatakan maksud kedatanganku ini? huh kenapa juga tadi aku banyak bicara, bahkan berani menyindirnya," batin Asilla sembari meremas telapak tangannya.
"Jika tidak ada sesuatu silahkan pergi, pekerjaanku menumpuk," ujar Filio dengan tegas ,serta menatap datar kepada Asilla.
"Maaf jika saya menganggu pekerjaan Tuan. Sony mengatakan jika malam ini Tuan lembur makanya saya mendatangi Tuan," terang Asilla.
Tentu saja perasaan Filio menghangat mendengar apa yang dikatakan Asilla.
Asilla menelan ludah.
"Tuan maksud kedatangan saya adalah ingin, ingin meminjam uang sebesar 1 miliar," kata Asilla sembari memejamkan mata. Tentu saja lidahnya sangat keluh mengatakan hal itu.
Seketika senyuman sinis Filio diterima oleh Asilla.
"1 miliar? uang sebanyak itu ingin kau gunakan untuk apa?" sungguh Filio tidak percaya mendengar perkataan Asilla.
"Untuk, untuk saya menambah modal Tuan," kata Asilla sedikit gugup. Untuk menutupi kegugupannya Asilla menundukkan wajah tanpa menatap Filio.
"Aku tidak bisa meminjamkan uang sebesar itu," ujar Filio dengan wajah mengejek.
"Tuan saya mohon, tolong pinjamkan saya. Saya sangat membutuhkannya besok," mohon Asilla dengan mata berkaca-kaca. "Apapun syarat yang Tuan berikan saya akan menerimanya, asalkan Tuan meminjamkan uang tersebut," imbuh Asilla tanpa berpikir panjang.
"Apapun?" sinis Filio.
Asilla mengangguk.
"Jika aku meminta tubuhmu?" ujar Filio dengan lantang sembari bangkit.
Deg
Mata Asilla membulat dengan tubuh menegang mendengarkan syarat yang diminta Filio.
"Ya ampun aku terjebak dengan perkataanku sendiri," batin Asilla merutuki kebodohannya.
"Maksud Tuan apa?" tanya Asilla dengan gugup ikut bangkit.
"Kau bodoh atau pura-pura bodoh?" sindir Filio.
Sebenarnya Asilla tau apa maksud dari perkataan Filio tetapi ia pura-pura tidak memahami.
Asilla menelan ludah.
Filio memajukan langkahnya semakin mendekati Asilla. Sehingga membuat Asilla mundur. Posisi keduanya maju mundur.
Duk
Asilla tersungkur di atas sofa. Sehingga membuat Filio membungkuk tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu di sandaran sofa di sisi kanan kiri tubuh Asilla. Wajah keduanya hanya berjarak berapa senti saja, sehingga keduanya merasakan nafas menerpa wajah masing-masing.
"Tu-Tuan!"
...******...
Di Mansion
Usai makan malam seperti biasa pasangan bak anak muda ini selalu menyempatkan diri untuk bersantai sembari berbincang banyak hal di ruang keluarga.
"Sayang percuma kita punya cucu-cucu tetapi Mansion ini sepi, bahkan kita merasa kesepian," ungkap Lyodra sembari memainkan jari-jemari Farres.
"Mau bagaimana lagi sayang, cucu-cucu kita tidak akan tahan berjauhan dengan Mama mereka," jawab Farres sembari menggenggam telapak tangan Lyodra sembari mengecupnya.
"Sayang bagaimana malam ini kita berkunjung ke rumah mereka? Mommy sangat merindukan cucu-cucu kita, lagi pula kita sudah sangat lama tidak menginap." Usul Lyodra.
Mendengar permintaan Lyodra, tentu saja membuat Farres menggelengkan kepala.
"Besok saja sayang, ini sudah malam. Kemungkinan cucu-cucu kita sudah tidur," usul Farres sembari mengusap pucuk kepala Lyodra dengan penuh kasih sayang.
"Mommy maunya sekarang sayang," rengek Lyodra dengan wajah memelas.
"Sayang sebaiknya besok saja, nanti kehadiran kita menganggu putra dan menantu serta cucu-cucu kita," ujar Farres memberi pengertian.
"Sayang sekarang ya?" lirih Lyodra.
Cup cup cup
Lyodra mendaratkan kecupan dikedua pipi, dan berakhir di bibir yang selalu membuatnya candu.
"Dasar! Tau saja letak kelemahan Daddy," geram Farres sehingga mengigit daun telinga Lyodra halus.
"Sekarang ya?" goda Lyodra kembali sembari menyentuh anaconda kesayangannya sehingga membuat Farres mengeram.
"Oke.....Oke....." Ujar Farres dengan suara mengeram sembari mengangkat tangan memberi kode.
...******...