" Dikaa !" Neta kesal lalu ia melemparkan buku tulisnya ke arah pria itu.
Dika hanya tertawa terbahak setelah ia mengjaili Neta.
Dika yang bernama lengkap Mahardika Bimantara, siswa kelas 3 Sekolah Menengah Atas pada saat itu, ia dikenal sebagai siswa yang berprestasi namun sikapnya yang selengean dan cuek membuat ia terkadang selalu ditegur oleh beberapa guru di sekolahnya.
Ia memiliki satu teman wanita yang tidak pernah akur dengannya, yang bernama Ganeta Nayanika. Entah mengapa walaupun hampir semua guru tahu jika Dika dan Neta tidak pernah akur namun dari kelas 1 hingga kelas 3 ini mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama.
Selain tidak akur Dika dan Neta pun bersaing secara akademis, mereka berdua tidak pernah ingin kalah satu sama lain, sampai akhirnya nya mereka berdua lulus dari sekolah menengah atas.
Selepas mereka lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Dika dan Neta belum dipertemukan kembali sampai akhirnya, keadaan yang mempertemukan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Ruang Presdir MGM Grup
Kejadian yang menimpa Neta yang mengakibatkan perselisihan antara Bu Angel dan Prisilla terdengar ke telinga Dika. Pak Arman selalu menceritakan kejadian apapun di perusahaan kepada Dika, karena bagaimanapun Dika satu-satunya yang akan menggantikan Pak Arman nanti menjadi seorang Presiden Direktur di MGM Grup.
Selang beberapa hari pasca kejadian Dika mengunjungi Ayah nya ke perusahaan MGM Grup.
" Sudah sangat tepat Yah jika Ayah memberikan Surat peringatan kepada Prisilla " Dika sedikit kesal.
" Ya.. sejak awal Ayah pun sudah kurang begitu simpatik dengan perangai Prisilla, hanya Ayah masih memberikan kesempatan kepadanya, karena bagaimanapun Ayah menjalin hubungan yang baik dengan Ayah Prisilla ".
" Hmm.. tapi Yah.. jika keberadaan Prisilla menganggu kestabilan perusahaan kita, lebih baik kita rumahkan saja, masih banyak yang ingin bekerja di perusahaan ini Yah, masih banyak juga yang ingin menanam saham di perusahaan kita, jangan hanya karena satu orang reputasi perusahaan menjadi buruk " Dika kepada Ayah
" Ya Dik.. Ayah sudah memikirkan itu.. tapi Ayah masih ingin memberikan kesempatan kepada Prisilla, Ayah sudah meminta Angel untuk selalu memantau Prisilla selama 6 bulan ini, jika dalam waktu 6 bulan ini ia kembali membuat gaduh dengan karyawan lain, mungkin saran kamu untuk merumahkan Prisilla akan Ayah ikuti "
" Yah.. bagaimana dengan Neta saat kejadian ? " tanya Dika.
" Hmm.. " Pak Arman tertawa kecil melihat wajah anak nya khawatir.
" Ayah tidak begitu tahu kejadiannya, Ayah hanya diberitahu pasca kejadian oleh Angel, sepertinya tidak ada yang serius " Pak Arman menyenderkan punggung nya kesenderan kursi.
" Mengapa Neta tidak menceritakan kejadian ini kepadaku ? " batin Dika.
" Dik.. Dika ! " panggil Pak Arman membuyarkan lamunan Dika.
" Mengapa kamu tidak jujur saja, jika kamu adalah anak dari seorang Presdir MGM Grup, lambat laun Neta akan tahu Dik, kalau kamu berniat baik kepada Neta, jangan diawali dengan kebohongan " Pak Arman menasehati.
" Dika akan mencari waktu yang tepat Yah.. "
" Hmm.. kamu ini "
" Oya .. Yah kebetulan Dika sebetulnya ingin sekalian memberitahu Ayah jika Dika dipindah tugaskan " Dika duduk di kursi tepat di depan Ayah nya.
" Pindah tugas ? kemana ? " tanya Pak Arman.
" Masih di kota ini Yah, hanya saja Dika sudah tidak di unit lalu lintas "
" Hmm.. Ya.. bagaimana pun, jika memang sudah tugas, jalani dengan sebaik-baiknya "
" Ya.. pasti Yah "
Disaat yang bersamaan pintu ruangan Pak Arman diketuk, Pak Arman mempersilakan untuk masuk. Pintu ruangan dibuka, Neta masuk kedalam ruangan.
Degg...
Jantung Dika serasa akan copot. Begitupun Neta ia kaget, ternyata Dika ada bersama Pak Arman di ruangannya.
" Ya Tuhaann.. apakah Neta mendengar percakapan ku dengan Ayah " batin Dika.
" Si..siang Pak, mo..mohon maaf saya lancang, saya permisi " Neta membalikkan badannya akan menutup pintu, namun Pak Arman mencegahnya.
" Neta... ada perlu apa.. masuk saja "
Neta membalikkan kembali badannya, tidak jadi menutup pintu.
" Mohon maaf Pak sebelumnya, saya tidak tahu jika bapak sedang menerima tamu, karena Pak Tio tidak ada ditempatnya "
" Ya, tidak apa-apa ada perlu apa ? " tanya Pak Arman
" Saya dimintai tolong oleh Bu Angel untuk meminta tandatangan Bapak " Neta menjelaskan.
" Oh Ya Neta, bawa kesini " Pak Arman kepada Neta sedikit kikuk.
Neta menghampiri Pak Arman, ia melihat Dika sekilas, terlihat Dika pun menjadi salah tingkah, namun Neta berusaha untuk menetralkan suasana.
Flashback On
" Neta.. tolong ke ruangan Pak Arman, meminta tanda tangannya di surat peringatan untuk Prisilla" Bu Angel menghampiri Neta di meja kerjanya.
" Oya, baik Bu.. "
" Segera ya, soalnya akan segera saya berikan surat peringatan ini ke Prisilla "
" Siap Bu " Neta berdiri dari duduk nya berjalan menuju lift menuju lantai 14.
Sesampainya di lantai 14 ruangan terasa sepi, Tio pun tidak ada di mejanya, Neta tetap berjalan menuju pintu ruangan Pak Arman.
" Pak Tio kemana ya kok gak ada di mejanya ? " batin Neta.
" Gimana nih, ketuk pintu jangan ketik jangan ketuk jangan " gumam Neta.
" Ketuk aja deh, ini surat ditunggu juga sama Bu Angel " Neta mengetuk pintu ruangan Pak Arman.
Flashback Off
Pak Arman membaca surat peringatan yang diberikan oleh Neta.
" Ini surat SP 2 Prisilla ? " tanya Pak Arman.
" Iiya.. betul Pak ".
" Oke.. " Pak Arman membubuhi tanda tangan nya di surat itu.
" Oya Neta, tolong pantau Prisilla selama 6 bulan kedepan ini, jika dia masih berlaku tidak baik kepada karyawan lain termasuk kepada kamu, langsung berikan SP 3 "
" Jangan SP 3 Yah, langsung dirumahkan saja, itu lebih baik " Dika memotong ucapan Pak Arman.
Neta mengernyitkan dahinya, Dika tidak sadar jika ia menyebut Yah kepada Pak Arman. Neta melihat ke arah Pak Arman lalu ke Dika secara bergantian dengan wajah penuh tanya.
" Eh.. euuuhh.. Pak.. Pak Arman " Dika mengklarifikasi ucapannya.
Neta melihat Dika dengan tatapan intimidasi.
" Sepertinya ada yang disembunyikan sama Dika " batin Neta.
Neta segera mengambil kembali map surat yang sudah ditandatangani oleh Pak Arman.
" Sudah Pak ? kalau begitu saya permisi " Neta menganggukkan kepalanya tanda hormat.
Pak Arman hanya mengangguk, ia pun melihat wajah Neta yang tidak seperti biasa nya, Dika pun menyadari itu.
" Ya Tuhaann ada-ada aja " Dika mengusap wajah nya dengan kasar.
Neta berjalan keluar ruangan tanpa melihat Dika. Setelah menutup pintu ruangan Pak Arman, hati Neta berkecamuk, sangat jelas di telinga Neta jika Dika tadi menyebut Yah kepada Pak Arman.
" Jadi.. selama ini Dika bohongin Aku... Dika anak dari Pak Arman, Bos aku sendiri.. " batin Neta.
Kaki Neta serasa tidak menapak, ia cukup syok jika benar bahwa Dika adalah putra dari Pak Arman. Neta tetap berusaha untuk berjalan namun ternyata Dika lebih paham keadaan Neta sekarang, Dika sedikit berlari mengejar Neta.
" Neta.. tunggu.. " Dika menghampiri Neta, Neta menghentikan langkahnya.
" Hmm.. Net "
" Ada perlu apa Bapak Mahardika ? " tanya Neta datar.
" Net..boleh aku jelasin ? "
" Semua udah jelas, kamu anak dari Pak Arman kan ? "
Dika terdiam.
" Kenapa kamu harus bohongin aku ? "
" Maafin aku Net "
Neta menghela nafas panjang.
" Maaf.. aku harus kembali kerja " Neta melangkahkan kakinya, namun Dika mencekal tangan Neta.
" Tunggu dulu "
" Apalagi ? " tanya Neta.
" Aku minta maaf "
Neta hanya tersenyum datar.
" Neta pliss.. "
Dika melihat cairan bening menggenang di manik indah Neta, ia sangat ingin memeluk Neta, namun apa daya.. mereka belum terikat menjadi pasangan yang halal, lagipula bagaimana kalau sang Ayah melihat adegan itu. Dika dirundung kegalauan.
" Aku keruangan dulu " Neta berjalan menuju lift untuk kembali ke ruangan nya.
Dika melihat kepergian Neta, Dika memutar otak apa yang harus ia lakukan setelah ini. Ia mengacak-acak rambutnya. Di sudut ruangan terlihat Pak Arman dan Tio sedang memperhatikan Dika.
" Pak.. menurut saya lebih baik Mas Dika segera nikahkan saja dengan Neta, sepertinya sekarang ia sedang dirundung kegalauan "
" Kamu terlalu banyak nonton drama korea Io.. seperti Ibu nya Dika.. ck " Pak Arman menggelengkan kepalanya.
" Lalu bagaimana dengan Mas Dika Pak ? " tanya Tio.
" Biarkan dia menyelesaikan permasalahannya, dia laki-laki berani berbuat harus berani bertanggungjawab " Pak Arman kepada Tio.
" Ya Pak "
Pak Arman kembali masuk keruangannya, Tio pun kembali ke meja kerjanya, hanya Dika yang masih diam ditempatnya entah rencana apa yang sedang ia pikirkan untuk menjelaskan kepada Neta.
aneh juga kenapa Neta mau nangis 👻👻👻