Follow IG : base_author
Membaktikan kehidupannya untuk imamnya, peran yang dilakoni Thalia Ruth selama 4 tahun menjalani hidup berumah tangga dengan Andre Miles, suaminya. Di tinggallkan kedua orang tuanya karena kecelakaan menjadikan Thalia yang yatim piatu sepenuhnya menggantungkan hidupnya pada Andre dengan kepercayaan yang tanpa batas. Bagaimana Thalia menjalani kehidupannya setelah Andre mencampakkannya setelah memperoleh semua yang diinginkan?? bahkan ibu mertua pun mendukung semua perbuatan suaminya yang ternyata sudah direncanakan sejak lama.
Menjadi lemah karena dikhianati atau bangkit melawan suaminya... manakah yang dipilih Thalia?
Siapkan tisu dan alat tempur sebelum membaca 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 11
Sesampainya di rumah, setelah mengganti pakaian dengan kaos dan celana pendek, Thalia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Wanita itu memejamkan mata untuk memenangkan pikirannya. Samar terdengar suara pintu terbuka. Aroma Citrus yang tercium membuat Thalia mengetahui siapa yang masuk ke dalam kamar.
Andre menyusul Thalia membawa baskom berisi air hangat. Pria itu duduk di sisi ranjang, menyingkap kaos istrinya. Thalia tidak bergerak, dan tidak pula membuka matanya ketika merasakan hangat dari handuk yang mengompres perutnya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk Mbok, " perintah Andre. Mbok Sum datang meletakkan secangkir minuman herbal di meja, yang di buatnya atas perintah Andre. "Terimakasih banyak ya, Mbok."
"Iya Tuan, sama-sama." Mbok Sum melangkah hendak keluar, namun wanita paruh baya itu berbalik.
"Ada apa, Mbok?" tanya Andre.
"Begini Tuan, saya mau tanya, menu apa yang harus saya masak, untuk makan malam nanti? Tadi, saya sudah bertanya kepada Nyonya Thalia, tapi Nyonya meminta saya untuk menanyakannya kepada Tuan."
"Oh, yaudah Mbok masak seadanya aja. Bahan-bahan masakan masih ada di kulkas kan?"
"Masih ada Tuan. Saya masak sayur sop, daging dendeng, sama sambal matah, bagaimana Tuan?"
"Oke Mbok, itu aja. Jangan lupa kerupuk udangnya ya."
Thalia yang sedang berpura-pura tidur, mendengar jelas percakapan Andre dengan Mbok Sum, tidak berminat membuka mata.
"Sayang, " Andre membelai wajah Thalia yang lembut membuat Thalia membuka matanya. "Mbok Sum membawakan minuman herbal untukmu, yuk minum dulu selagi masih hangat."
Andre meletakkan baskom di atas lantai, membantu Thalia duduk, kemudian mengambil cangkir tersebut, memberikannya kepada Thalia.
Thalia meminumnya hingga habis. "Bagaimana? apa sudah mereda rasa sakitnya?"
"Sudah, Mas..." ucap Thalia "...Tapi tidak dengan hatiku." Lirihnya dalam hati.
"Mau lanjut tidur lagi?" Andre bertanya, Thalia hanya mengangguk kecil disertai senyuman untuk menutup luka yang pasti akan sulit untuk di obati.
"Ayo, Mas juga ngantuk." Ucap Andre sambil menguap. Mereka merebahkan tubuh, keduanya tidur dengan saling berhadapan. Ya, seperti biasa, Andre selalu tidur dengan memeluk Thalia. Lalu, pria itu memejamkan mata.
Disaat Andre sudah terlelap dengan buaian mimpi indah, di saat itu pula Thalia merasa gelisah, memikirkan, kemungkinan besar jika Andre menduakannya.
Thalia segera beranjak dari tidurnya. Melihat ponsel Andre tergeletak di atas meja, ia menggunakan kesempatan untuk mencari tau lagi. Thalia mengaktifkan ponsel suaminya, ia membuka ponsel Andre yang menggunakan sandi tanggal pernikahan mereka.
◉ Aku juga mencintaimu, sayang. ❤
Pesan satu jam yang lalu dikirim Mona untuk Andre menjadi atensi Thalia. Jantung Thalia berdebar cepat. Manik coklatnya mengembun, dengan cairan yang mengenang di pelupuk matanya.
Dilihatnya Andre sekilas, kemudian Thalia memberanikan diri untuk membuka layar chat Andre dengan Mona.
Thalia menggulirkan jemarinya ke atas membaca setiap chat keduanya. Air mata Thalia mengalir deras, ia menutup mulutnya untuk meredam isak tangisnya.
Kenapa kamu mengkhianatiku, Mas. Jerit hati Thalia. Perasaanya terluka, seperti ada ribuan pisau yang menyayat hatinya.
Pria yang dijadikannya tempat bersandar dan tempatnya kembali, nyatanya telah bermain api di belakangnya. Ini sangat menyakitkan. Empat tahun berlalu, hubungan yang Thalia pikir akan semakin erat, faktanya, tidak seperti itu. Andre telah membagi cintanya. Perhatian dan kebahagiaan yang di berikan Andre hanya sekedar untuk menutupi kecurangan yang dilakukan pria itu.
Bagaikan di terjang badai, rumah tangga yang Thalia pikir telah dibangun dengan pondasi yang kuat kini telah retak, begitu juga kepercayaannya.
Thalia menyeka air matanya. Ia meletakkan ponsel Andre ke tempat semula. "Apa yang harus aku lakukan, Ya Tuhan..." Lirih Thalia dalam tangisnya.
Sore hari, sebuah taksi masuk ke pekarangan, dan berhenti di depan rumah. Mbok Sum yang sedang merapikan tanaman pun beranjak, begitu juga dengan Pak Rahmat. Pria paruh baya itu berlari dari dalam rumah guna membukakan pintu.
Nampak seorang wanita berusia 60 tahun turun dari taksi. Nita Margareta, Ibu dari Andre. "Selamat datang, Nyonya." Sambut ramah Mbok Sum sambil sedikit membungkukkan punggungnya.
Wanita itu hanya bergeming, tidak menyahuti sambutan baik Mbok Sum. "Dimana putraku?" tanya Bu Nita dengan nada suara yang angkuh
"Tuan Andre berada di kamar, Nyonya." Balas Mbok Sum.
"Lalu, menantuku?"
"Nyonya Thalia juga."
Bu Nita sedikit mengangkat wajahnya, melenggang kakinya masuk ke dalam rumah bersamaan Andre yang baru saja turun.
"Mama sudah datang?" Andre mendekati sang Ibu kemudian memeluknya.
"Kamu ini, bukannya menyambut Mama.. Malah enak-enakan di dalam kamar. Dimana Istrimu? Wanita itu tidak turun?"
"Thalia sedang tidak enak badan, Ma. Perutnya sakit."
"Apa istrimu sedang hamil?" Andre menggelengkan kepala membuat Bu Nita menghembuskan napas kasar. "Sudah Mama katakan, istrimu itu sulit untuk hamil. Kenapa kamu tidak menikah lagi saja." Sarkas Bu Nita dingin
Ucapan wanita itu tidak disengaja di dengar Pak Rahmat yang kebetulan lewat menarik koper Bu Nita.
"Tolong bawa koper ibu ke kamar tamu ya, Pak." Perintah Andre.
"Baik, Tuan."
Ternyata, bukan hanya Pak Rahmat yang mendengar ucapan Ibu Nita, Thalia yang hendak turun pun menghentikan langkahnya dan mendengar kalimat yang pahit itu. "Ya Tuhan," lirih Thalia mengusap kasar air matanya, memperkuat hatinya yang sudah retak karena kecurangan yang dilakukan Andre di tambah lagi, ia harus menghadapi Ibu mertuanya.
Thalia melanjutkan turun melintasi anak tangga membuat anak dan Ibu itu menoleh ke arahnya.
"Menantuku sudah bangun rupanya." Ujar Bu Nita tidak bersahabat, menunjukkan ketidak sukaannya.
"Maaf ya Ma, Thalia baru bangun. Mama mau minum apa?" tawar Thalia yang berhasil menyembunyikan kesedihannya. Meskipun terluka, Thalia masih menghormati Ibu mertuanya dan memperlakukannya dengan baik.
Bukan menjawab, Bu Nita malah meneliti penampilan Thalia dari ujung kepala sampai kaki. "Begitukah cara berpakaian untuk menyambut Ibu mertuamu?" Seperti biasa, Bu Nita kerap mencari kesalahan menantunya itu.
"Mam, " Andre mecoba menghentikan ucapan Ibunya, "jangan berbicara seperti itu."
"Kamu selalu saja membela istrimu." Thalia bergeming, kemudian ia beralih ke dapur. "Lihat kan, istrimu itu tidak tau sopan santun. Main pergi begitu saja."
Thalia terus melangkah, menulikan pendengarannya. Ia melihat Mbok Sum sedang memasak air di dapur lalu menghampirinya. "Saya saja yang lanjutkan, Mbok." Thalia tersenyum mengambil alih pekerjaan Mbok Sum.
"Sing sabar ya, Nyonya. Tetap semangat."
"Iya, Mbok. Terimakasih."
.
.
.
🤣 sabar ya all.. Konflik berat uda di depan mata. Yuk ngopi dulu.
semoga putrimu bisa kembali ke jalan yg benar
apa tita lebih psiko dari andreee /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
seru nih /Applaud//Applaud//Applaud/
Hana bisa menjadi jembatan penghubung terbaik untuk Angga dan thalia 🤭🤭
Hana merupakan obat support terbaik untuk thalia ☺️☺️
masa udah mau brojol aja /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
apa ad yg melakukan kecurangan atau ad yg mau membantu thalia di balik layar ☺
begitupun orang tuamu 😓
meski tingkahmu menyebalkan tapi anak yg kau kandung gak berdosa😓