Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Manja yang Menggemaskan
Galan memegangi tangan Kanaya yang masih belum membuka matanya. Sudah hampir lima belas menit dan Kanaya masih belum juga sadarkan diri. Galan menunduk dengan rasa bersalahnya. Tangan dia terus memegang tangan Kanaya dan tanpa melepaskannya sedikit pun. Dia benar-benar takut kalau bisa terjadi apa-apa dengan Kanaya. Galan menyadari kalau Kanaya sampai pingsan karena emosi dia yang begitu meledak-ledak seperti tadi.
"Bangun sayang... Maafin aku ya. Aku bener-bener minta maaf, Nay. Aku sama sekali nggak pengen kamu ragu karena aku nggak pernah ngelakuin apapun di belakang kamu..." Galan semakin tertunduk di sebelah Kanaya. Sedih sekali rasanya melihat Kanaya yang terbaring pingsan seperti ini.
Dia benar-benar ingin memaki dirinya karena menjadi penyebab Kanaya sampai pingsan. Galan menoleh ke arah meja samping tempat tidur Kanaya. Hp Kanaya yang berbunyi dan ada notif chat yang masuk. Galan mengambil hp Kanaya dan melihat chat siapa yang masuk. Galan menggeleng kepala melihat chat dari Dafandra lagi. Dia mau ngajak ketemuan Kanaya. Terlihat sekali kalau Dafandra benar-benar ingin kembali dalam kehidupan Kanaya.
Galan meletakkan kembali hp Kanaya. Dia tidak peduli dengan chat Dafandra karena sekarang yang dia pedulikan hanya lah Kanaya bisa sadar dan membuka matanya. Dia melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah lima sore. Dan kalau lima menit lagi Kanaya belum sadar-sadar maka Galan akan membawa Kanaya ke rumah sakit.
"Kanaya!" Galan merasakan jari-jari Kanaya yang mulai bergerak. Kanaya membuka matanya dan satu tangannya memegang kepala dia yang masih terasa berat dan juga pusing.
"Galan..."
"Kamu nggak apa-apa, Nay? Kita ke rumah sakit aja ya biar kamu diperiksa." Galan masih terlihat sangat khawatir.
Kanaya menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau sampai harus dibawa ke rumah sakit. Paling cuma karena dia kaget aja dan jadi pusing. Kanaya sendiri juga sampai bingung kenapa dia bisa pingsan seperti ini. Jadi teringat Galan yang bener-bener marah sama dia tadi. Kanaya ingin bangun dari tidurnya dan langsung dibantu Galan yang menyandarkan badan Kanaya di sandaran tempat tidur.
"Kamu beneran udah nggak apa-apa? Maafin aku ya, Nay..." tatap Galan yang masih belum menghilangkan rasa bersalahnya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Kanaya jadi pingsan karena emosi dia. Apalagi tadi dia sempat menghempaskan tangan Kanaya dengan cukup kasar. Pasti dia benar-benar kaget mengingat dirinya yang sama sekali tidak pernah memperlakukan Kanaya seburuk itu.
Kanaya menatap Galan dengan berkaca-kaca. Padahal Kanaya yang terkesan membohongi Galan karena sudah pura-pura percaya tapi sekarang malah Galan yang meminta maaf pada dirinya. Pasti dia benar-benar merasa bersalah banget pikir Kanaya.
Galan memang selalu bersikap baik. Kanaya yakin kalau tidak ada sikap kasar yang dimiliki Galan seperti tadi. Pasti dia tidak sadar bisa berperilaku demikian apalagi dia benar-benar marah pada Kanaya yang masih saja mencurigainya.
Kanaya menganggukkan kepalanya. Dia mendekatkan diri dia ke sisi Galan dan memeluknya.
"Aku yang minta maaf, Galan..." Kanaya meneteskan air mata dia dalam pelukkan Galan.
***
Kanaya membuka mulutnya. Galan tersenyum melihat Kanaya yang disuapi bubur oleh dia dari tadi. Sudah mau habis sekarang. Dia melihat Kanaya masih tampak lemas karena pingsan tadi makanya Galan memesankan Kanaya makanan. Sampai-sampai Galan mengisi kulkas Kanaya sampai full. Nggak tahu dia beli apa aja pokoknya dia mau Kanaya makan makanan yang ber
"Mau makan apa lagi sayang?" tanya Galan sambil mengusap mulut Kanaya dengan ibu jari tangannya. Ada sisa makanan tadi disana.
"Udah kenyang tau. Tadi tuh porsi buburnya banyak dan kamu maksa abisin!" Kanaya merengut sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. Karena Galan khawatir melihat Kanaya yang masih tidak bertenaga makanya tadi dia memaksa Kanaya buat makan sampai habis. Padahal tadi Kanaya cuma mau makan tiga sendok aja. Eh Galan langsung galak!
Galan emang selalu khawatir kalau udah lihat Kanaya sakit. Apalagi sekarang karena dirinya. Makin aja dia khawatir yang berlebihan. Dulu waktu Kanaya sempat dirawat karena demam berdarah. Galan yang menemani di rumah sakit sampai tiga hari meski dia sudah dijaga oleh mama dan papanya. Galan nggak mau pulang dan selalu ada di samping Kanaya sampai Kanaya diperbolehkan pulang. Galan memang seperhatian itu.
"Nanti makan lagi jam tujuh."
"Nggak mau ah! Sekarang aja udah jam lima dan mau setengah enam. Aku masih kenyang ihhh." Kanaya semakin merengut melihat Galan yang memaksa dirinya tetap makan. Meski dia tahu kalau Galan memang sangat perhatian. Apalagi tadi Kanaya bilang kalau dia juga belum sempat makan siang karena menunggu Galan datang.
"Terus maunya makan apa sayang?"
"Nggak mau makan karena aku udah kenyang. Eh... maunya makan kamu..." Kanaya cekikikan geli. Galan jadi ikut tertawa mendengar Kanaya yang sedang mau menjahilinya. Sayang aja Kanaya masih terlihat lemas karena kalau nggak dia pasti udah ngajak Kanaya bermesra-mesraan di dalam kamar.
Muah! Galan mengecup bibir Kanaya dengan lembut. Dia mengusap-usap pipi Kanaya yang tersenyum melihat Galan karena mendapatkan kecupan manis dari dirinya.
"Oh iya tadi Dafandra chat kamu lagi tuh." Galan memberitahu dengan nadanya yang sedikit menyindir. Kanaya refleks melihat hpnya yang ada di meja sebelah dia tapi Kanaya tidak mengambilnya. Dia kembali menoleh ke arah Galan dan tersenyum kecil.
"Kamu mau aku ganti nomor?" tanya Kanaya merangkul leher Galan dengan mesra. Dia menatap wajah Galan yang berada tepat di hadapannya dengan sangat dekat sekali.
Galan mengamati Kanaya yang seperti bergelayutan pada dirinya. Gemas banget melihat Kanaya kalau lagi seperti anak kecil gini. Dia terlihat sedang menanyakan Galan dengan nada membujuk agar Galan tidak mencurigai dirinya lagi tentang Dafandra.
"Emang kamu mau ganti nomor?" Galan balik bertanya. Walau pun dia memang posesif sama Kanaya tapi tidak pernah sekali pun dia menyuruh Kanaya mengganti nomor dia.
Galan masih tahu batas-batas dia untuk melarang Kanaya walau dia kurang bisa mengendalikan sifat cemburunya. Tapi soal ganti nomor Galan memang tidak pernah ada kepikiran sama sekali. Sejujurnya dia sempat kepikiran waktu Dafandra mengirimkan chat terus. Karena rasanya walau Kanaya akan memblokir nomor dia tapi dia bisa mengirimkan chat lagi dengan nomor barunya.
Galan masih memendam kenginannya meski dia mau Kanaya mengganti nomor. Tapi dia juga memikirkan Kanaya yang akan kerepotan untuk memberitahu teman-temannya. Sudah pasti akan ada group-group penting yang ada di dalam kampus. Dan Galan tidak akan mau membebani Kanaya meski dia sudah sangat cemburu dengan Dafandra.
"Mau kok kalo kamu maunya gitu." Kanaya melemparkan senyuman manisnya. Asal Galan nyaman kalau dengan mengganti nomor maka Kanaya tidak akan masalah. Yang penting Galan senang.
"Nggak usah sayang. Yang penting nggak boleh bales sekali pun!" Galan memperingatkan Kanaya lagi dengan tegas. Dia sama sekali tidak mau Kanaya membalas Dafandra meski dia yakin kalau Kanaya tidak akan membalasnya.
Kanaya menghela nafas panjang dan melepaskan rangkulannya. Dia bersandar kembali di sandaran tempat tidur. Galan memang benar-benar menghargai kehidupan Kanaya. Dia lelaki yang sangat tidak egois untuk mementingkan sifat cemburunya.
Aku sering melihat dia yang tidak bisa mengontrol sikap cemburunya tapi dia selalu mampu untuk tidak bersikap egois. Mungkin itu lah yang membuat aku sangat menyayanginya. Dia lelaki yang sangat bisa menghargai privacy aku. Aku menaruh besar setiap harapan aku untuknya. Tapi untuk hal tadi saat dia membohongi aku, jujur saja aku masih menyimpan di dalam pikiran aku yang sangat dalam. Bagaimana pun aku memang mempertanyakannya walau aku yakin kalau seorang Galan tidak akan pernah mengkhianati aku ~Kanaya
***
Plat B 94 GK, Porsche Macan Turbo PDK warna night blue metallic. Salah satu mobil yang dimiliki oleh Galan. Tadi Kanaya bertanya kenapa Galan memakai mobil ini karena dia tahu biasanya setiap kerja Galan memakai BMW X6 merahnya. Mobil yang sering dipakai juga untuk mengantar atau menjemput Kanaya setiap hari. Jarang banget memakai mobil ini kecuali kalau ada acara tertentu aja. Mobil Porsche milik Galan selalu bertengger manis di garasi rumahnya. Tipikal Galan memang selalu memakai barang tanpa ganti-ganti.
Kanaya tahu mobil Porsche Galan yang pernah dia pakai waktu anniversary pertama mereka. Galan bilang kalau plat GK itu adalah inisial nama mereka yaitu Galan dan Kanaya. Manis banget dia memang!
Galan bilang kalau dia tadi memang mengganti mobil dia karena sudah berniat mengajak Kanaya jalan-jalan. Takut Kanaya mencium bau durian yang masih menempel di mobil karena baju Galan pun juga masih bau banget tadi. Mungkin itu yang menyebabkan dia juga lama sampai di apartemen. Galan yang mengganti mobil dulu untuk datang ke apartemen Kanaya. Meski Kanaya tahu kalau Galan juga pergi ke toko pancake durian yang sama sekali tidak dia ceritakan. Mungkin Galan memang ingin ngumpet-ngumpet makan durian di belakang Kanaya. Ah sudah lah untuk saat ini Kanaya masih berusaha menepisnya.
"Mau kemana sayang? Mau nonton?" tanya Galan menghentikan mobilnya di lampu merah.
"Nggak ma... eh boleh deh... Kayaknya ada film bagus. Coba aku liat dulu." Kanaya seketika mengeluarkan hpnya dengan antusias. Padahal tadi dia mau menolak waktu Galan ingin mengajak nonton karena sudah hampir semua film dia tonton sama Galan rasanya.
Setiap ada film baru pasti Kanaya langsung menonton sama Galan. Sampai-sampai waktu Kanaya lagi pengen banget nonton dia pernah nonton dua kali dengan judul yang sama di lain waktu. Efek filmnya udah dia tonton semua tapi lagi pengen banget ke bioskop. Untungnya Galan mau banget nemenin ke-bm-an Kanaya waktu itu.
Kanaya masih sibuk melihat judul film yang bagus. Baru ingat kalau minggu ini ada film action yang akan keluar. Sibuk melihat tempat bioskop mana yang enak buat dia tonton sama Galan malam ini sekalian mencari jam yang pas.
Hp Galan berbunyi seperti ada telepon. Sementara Kanaya masih sibuk melihat bioskop mana untuk dia pesan tiketnya secara online. Hp Galan masih terus berbunyi karena Galan tidak mengangkat telepon yang masuk. Melihat itu Kanaya langsung menghentikan pencariannya. Dia menoleh ke arah Galan.
"Kamu nggak angkat teleponnya? Emang dari siapa?" tanya Kanaya heran. Tidak biasanya Galan mengabaikan telepon yang masuk. Biasanya dia selalu menjawab apalagi kalau udah diatas jam tujuh malam. Takut ada yang penting kalau ada telepon malam-malam masuk katanya. Tapi Kanaya jadi heran karena melihat Galan yang masih duduk di kursi pengemudinya. Mengamati Galan yang tiba-tiba menjadi sedikit gelisah dan menghela nafas.
"Kanaya..."
"Kenapa?" Kanaya melihat raut muka Galan yang menjadi semakin gelisah. Apalagi dia menghentikan kalimatnya. Entah apa yang ingin dibicarakan oleh Galan barusan.
"Emang siapa sih yang telepon?" Kanaya mengambil hp Galan yang ada di dekat parsneling mobil. Jadi penasaran apalagi Galan benar-benar tidak mau mengangkatnya. Kanaya terdiam seketika melihat hp Galan yang sudah ada di tangannya. Rasanya tubuh dia kembali tidak bertenaga.
"Dengerin aku dulu ya." ucapan Galan terdengar dengan nada memohon apalagi melihat Kanaya yang sudah memegang hp dia.
Kanaya menoleh ke arah Galan dengan rasa masih tidak percaya. Melihat hp Galan yang memang tidak berbunyi tapi ada suara panggilan masuk daritadi. Kanaya baru sadar kalau dering hp yang berbunyi barusan memang bukan milik Galan.
"Hp siapa yang bunyi?!"
***