NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Hoc Est Homo] Parte 007

...* * *...

"Malam ini aku akan menginap dirumahmu."

"Hahh?!" Spontan Jungwoo menatap ke arah Jaehyun dan terbatuk sendiri karena tiba-tiba berteriak.

"Jaehyun, ini tidak lucu!" Kata Jungwoo lagi, marah.

Tapi Jungwoo tidak melihat perubahan ekspresi dari Jaehyun. Ia baru sadar dia berkeringat dingin. Dia tidak pernah mengalami situasi seaneh ini.

Jaehyun selalu serius, Jungwoo harusnya tahu.

"Kau tau apa artinya kan?" Tanya Jungwoo lagi, menyerah.

"Aku tahu"

Jungwoo mendengar suara Jaehyun dan ketika Jungwoo menatap Jaehyun lagi, Jaehyun sudah melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di meja.

Jungwoo berani bersumpah, tidak pernah dalam seumur hidup dadanya berdegup sekeras ini.

Jungwoo menyumpah-nyumpah dalam hati. Semua pengalaman tidur dengan laki-laki benar-benar tidak berguna di depan Jaehyun.

Dia bahkan tidak bisa melakukan apapun ketika tangan Jaehyun membelai pipinya dan menarik wajahnya mendekat.

Dan yang paling konyol dari semua ini adalah, Ia menutup matanya seperti perempuan, merasakan tangan Jaehyun yang membelai telinganya dengan lembut, turun ke pipinya, kemudian mengecup bibir bawahnya lembut. Jungwoo tidak mau memikirkan apapun lagi, dia hanya ingin menikmatinya. Jadi dia membalasnya dengan melumat bibir Jaehyun liar sementara Jaehyun merebahkan Jungwoo di tempat tidur yang entah kenapa menjadi seratus kali lebih empuk dari sebelumnya.

"Tidak keberatan kalau aku melakukan ini padamu?" Jaehyun bertanya disela-sela sesi ciuman mereka, Jungwoo mengangguk.

Mereka kembali berciuman selama lima belas menit lamanya, waktu yang cukup lama bagi Jungwoo untuk menyadari bahwa tangan dan bibir Jaehyun tidak kemana-mana selain di sekeliling wajah dan lehernya.

"Jaehyun," Jungwoo mencoba mengontrol nafasnya, dia hanya bisa melihat bagian belakang kepala Jaehyun yang mencoba menggigit telinganya.

"Uhnn," Jungwoo mengurungkan niatnya.

Dia tidak bisa berbicara. Tidak saat tangan Jaehyun menelusup ke bajunya bermain didalamnya. Jadi ia hanya mencoba menggapai tangan Jaehyun yang lainnya dan mengarahkannya ke kau-tahu-apa-di-bawah-sana.

Dalam satu detik, Jaehyun menarik tangannya dan terduduk menatap Jungwoo. Terlalu tiba-tiba berhenti membuat Jungwoo kaget.

"Ada apa?" Tanya Jungwoo, tidak mengerti.

Tapi yang dia lihat hanya Jaehyun yang menggeleng dan berusaha terlihat tidak terlalu terkejut.

"Maaf," Kata Jaehyun lalu membelai rambut Jungwoo dengan canggung.

Dan Jungwoo tahu sekarang, Jaehyun tidak benar-benar menginginkannya.

Jungwoo menelan ludahnya ketika Jaehyun mengecup dahinya lalu memeluknya. Bahkan ludahnya sendiri terasa pahit.

"Hei, sudahlah. Tidak perlu memaksakan diri." Jungwoo memegang salah satu pergelangan tangan Jaehyun tepat ketika Jaehyun akan menyentuh miliknya.

Jaehyun ganti memandangnya tidak mengerti.

"Aku tidak-"

"Dasar bodoh." Potong Jungwoo lalu mendorong badan Jaehyun sampai mereka berdua sama-sama terduduk.

"Kau pikir aku senang seperti ini?" kata Jungwoo lagi.

Jaehyun tidak menjawab apapun, lebih tepatnya dia tidak tahu apa yang harus dia katakan.

"Aku memang menginginkannya, tapi itu semua karena aku menyukaimu. Jadi kau tidak harus memaksakan dirimu untuk tidur denganku. Aku tahu kau bukan gay, aku tahu sebelum ini kau tidak pernah sekalipun berkencan dengan laki-laki, aku tahu-"

"Ssst." Jaehyun membungkam Jungwoo dengan satu pelukan dirinya.

"Kau bicara apa Jungwoo? Sudah kubilang aku tidak pernah memaksakan diri. Aku menyukaimu, bahkan sejak kita kecil."

Pembicaraan masalah ini lagi. Tentang masa kecil mereka. Jungwoo muak dengan itu. Jadi Jungwoo melepaskan pelukan Jaehyun.

"Kalau aku bukan anak perempuan itu, kau tidak akan menyukaiku kan? Iya kan?"

"KIM JUNGWOO!" satu bentakan dari Jaehyun tidak membuat nyali Jungwoo ciut.

"Kau bukannya menyukaiku Jaehyun, kau menyukai gadis Maroon-mu dulu." Suara Jungwoo bergetar, menahan tangis.

"Apa bedanya?"

"Beda. Aku bukan gadis itu." Seru Jungwoo, air matanya kini sudah mengalir di pipinya tanpa suara.

Persetan, semua sudah telanjur, ia sudah muak. Ia akan memberitahu Jaehyun semuanya! Ia ingin Jaehyun tahu yang sebenarnya.

Bukan karena ia ingin menyudahi keegoisannya, tapi karena dia sudah terlalu lelah untuk terus meyakinkan diri kalau Jaehyun benar-benar menyukainya.

Jungwoo takut untuk melihat wajah Jaehyun. Takut menerka ekspresi apa yang dia tunjukkan ketika dia sudah mempelajari semuanya.

Tapi alih-alih melakukan semua yang Jungwoo takutkan...

"Kau hanya tidak ingat tentang aku di hari itu, kau hanya melupakannya." Jaehyun hanya mengatakannya.

Jungwoo menatap Jaehyun tidak percaya.

...* * *...

"Kakak," anak itu memanggil kakak laki-lakinya yang baru keluar dari ruangan tempat paman yang menjaga mereka bekerja.

"Kau belum siap-siap? Paman menyuruh kau ke pesta sebentar lagi kan?" kakak laki-lakinya membelai rambut adiknya sambil tersenyum.

"Paman menyuruhku ke pesta memakai gaun, jadi aku tidak mau." Anak itu merajuk pada kakak laki-laki nya yang lebih tinggi beberapa senti. Kakak laki-lakinya hanya tertawa.

Sejak kedua orang tua mereka meninggal, kedua kakak beradik yang umurnya hanya berjarak satu tahun ini harus tinggal bersama paman mereka. Mereka hanya memiliki satu sama lain, itu yang mereka berdua tahu.

"Tapi kau cocok pakai gaun itu Woojung." Kakak laki-lakinya nyengir.

Namun sebuah suara yang memanggilnya membuat cengirannya pudar. Suara berat seseorang yang paling dia benci.

"Kak, kau ikut pergi juga kan?" Woojung menarik ujung kemeja kakaknya, tapi kakaknya hanya tersenyum.

"Aku tidak ikut. Kata Paman aku harus di rumah, aku harus menemaninya."

"Kak, kau dibodohi paman. Setiap hari kau dipukuli kan di kamarnya? Kau disakiti kan? Aku sering mendengar kau berteriak kesakitan saat semalaman tidur di kamar Paman. Bilang saja padaku, nanti akan kuadukan pada Ibu dan Ayah."

"Sssst. Jangan teriak, nanti orang tua itu mendengarnya. Sudah, kau siap-siap sana. Nanti kalau aku bisa kabur, aku akan menyusulmu ke pesta. Aku janji," Kakak laki-lakinya mengaitkan satu jari padanya, membuat anak yang dipanggil Woojung itu cukup tenang dan berbalik menuju kamarnya.

Sedangkan kakak laki-lakinya tetap tinggal disitu, membereskan beberapa barang yang ditinggalkan Woojung sambil sesekali menggaruk kepalanya lelah.

Hanya beberapa menit sampai dia merasakan bau nafas busuk dibelakang lehernya.

Pamannya yang mabuk sedang memeluknya dari belakang sambil membelai rambut anak berumur delapan tahun itu.

"Menjijikkan," sahut anak itu.

"Kau tidak pergi ke pesta, kau menemaniku disini. Ya?" katanya sambil terkekeh menyebalkan.

Anak laki-laki itu hampir muntah mendengarnya.

"Sepanjang kau tidak menyentuh adikku," katanya. Dia tahu untuk apa pamannya menyuruh adiknya pergi ke pesta orang kaya itu dengan memakai gaun terbaik. Karena untuk menjadi orang kaya, kau harus bergaul dengan orang kaya.

Anak laki-laki itu tidak peduli dengan segala rencana busuk pamannya. Adiknya masih tujuh tahun, masih kecil. Jadi dia akan melakukan apa saja untuk melindunginya. Termasuk melayani segala nafsu menjijikkan pamannya ini.

Kadang anak laki-laki itu ingin lenyap saja dari dunia ini. Demi Tuhan, dia masih delapan tahun. Tapi hidup yang kejam membuatnya dewasa lebih cepat. Baik cara berpikir, maupun fisiknya yang sudah dia berikan untuk Paman Bejatnya.

Itu semua demi adiknya. Karena adiknya lah, satu-satunya yang masih dia miliki di dunia.

Tapi ternyata, hidup masih terlalu kejam padanya. Hidup tidak membiarkannya memiliki siapapun. Hidup tidak pernah berlaku adil padanya. Malam itu, adalah malam terakhir laki-laki itu melihat adiknya.

Ketika dia menyusul adiknya ke tempat pesta, tempat pesta itu sudah terbakar. Nyala apinya membuat air matanya tumpah tanpa kendali. Adiknya masih didalam, adik kesayangannya.

"WOOJUNG!" Anak laki-laki itu menangis meraung dan meneriakkan nama adiknya. Dia ingin menerobos, tapi tangannya dicengkeram oleh pamannya yang entah kenapa bisa selamat padahal beberapa detik lalu masih di dalam.

"LEPASKAN AKU! ADIKKU MASIH DIDALAM!" Anak laki-laki itu berteriak sambil menendang ke segala arah. Tapi sudah terlambat, api di depannya sudah terlalu besar. Tidak ada siapapun yang bisa selamat darinya. Sudah terlambat.

"SEMUA SALAHMU! KEMBALIKAN ADIKKU! KEMBALIKAN!!" Dia memaki. Memaki Pamannya, Memaki kehidupan, Memaki Tuhan. Tapi teriakannya tenggelam oleh hiruk pikuk orang-orang lain yang ribut menyelamatkan diri masing-masing.

Tidak ada yang peduli padanya. Tidak ada satupun. Dan dia menangis.

...* * *...

"Dengar Jungwoo, kau hanya lupa padaku. Kau hanya lupa hari itu," Jaehyun mengatakannya sekali lagi sambil memeluk Jungwoo.

Jungwoo menelan ludahnya lagi, sulit untuk tidak menangis.

"Aku mengatakannya justru karena aku ingat semuanya, Jaehyun. Aku bukan dia, aku bukan gadis yang selama ini kau cari, " Jungwoo melepaskan pelukan Jaehyun sekali lagi.

"Yang kau temui bertahun-tahun lalu itu... adikku. Dia... perempuan."

Dan sekali lagi, Jungwoo harus membuka masa lalunya tentang malam itu. Malam terburuk dalam hidupnya. Malam saat dia kehilangan semuanya.

"Tapi kau bilang, kau tidak punya saudara perempuan?" suara Jaehyun berubah jadi dingin, menatap Jungwoo tidak percaya.

"Aku... waktu itu..."

"Kau berbohong padaku?" Tanya Jaehyun.

Jungwoo menggeleng, lalu kemudian menghentikannya. Dia tidak bermaksud berbohong. Dia...

"Kenapa kau berbohong? Kalau sejak awal kau bilang kau punya saudara perempuan, semua tidak berakhir seperti ini kan?" kata-kata Jaehyun benar-benar membuat Jungwoo melebarkan matanya.

Jungwoo tidak menyangka kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Jaehyun.

Tapi kemudian dia tertawa, apa yang dia harapkan? Jaehyun mau mengerti? Jaehyun terus menyukainya?

"Kau menyesal berkencan denganku karena kau sekarang tahu kalau aku bukan perempuan yang kau temui bertahun-tahun lalu kan?"

"Tidak lucu." Jaehyun menatap Jungwoo dengan aneh.

Jungwoo tidak suka, lebih baik dia dimaki-maki daripada disodori tatapan Jaehyun yang dia tidak tahu maksudnya.

Semuanya berlalu begitu cepat, ketika Jungwoo sadar, Jaehyun sudah menghilang dari pandangannya.

Jaehyun pergi.

Jungwoo hanya bisa tertawa. Menertawakan hidupnya.

...* * *...

Seoul adalah kota yang sibuk, bahkan di malam hari. Tapi rupanya itu tidak berlaku pada satu sudut kota yang sekarang sedang mengurung laki-laki berambut hitam yang tampak kacau itu dengan sepi.

Jaehyun berjalan terseok keluar dari sebuah rumah berwana putih pucat, wajahnya kosong, menyimpan sisa-sisa keterkejutan dari apa yang baru dia pelajari.

Masa lalu Kim Jungwooo. Dan identitas asli gadis maroonnya.

Jaehyun memijat kepalanya yang pusing karena terlalu banyak berpikir.

Dia tidak bermaksud meninggalkan Jungwoo sendirian. Hanya saja, ketika dia sadar, kakinya sudah bergerak diluar kehendaknya dan menuntunnya keluar dari kamar itu.

Jaehyun mengepalkan tangan sampai kukunya menekan keras ke permukaan kulit ketika teringat bagaimana Jungwoo menangis tadi. Dia menggeleng, menekan segala keinginannya untuk kembali ke kamar itu dan memeluk Jungwoo erat.

Tidak! Yang dia butuhkan sekarang adalah segera menenangkan diri. Dia tidak akan bisa berpikir dengan keadaan sekacau ini.

...TBC...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!