NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

nyaris terkuak

Doni mendorong pintu klinik, aroma antiseptik menyambutnya. Dia mengamati ruangan yang gelap, hanya diterangi lampu neon berkelap-kelip. Seluruh alat medis berkilau, mencerminkan cermin yang ada di dinding. Hari itu terasa biasa, namun ada sesuatu yang tidak biasa di balik pemandangan singkat ini.

“Selamat pagi, Doni,” sapa Asisten Maya, mengatur setumpuk berkas di meja resepsionis. Dengan rambut cokelatnya yang tergerai rapi, ia tampak siap untuk memulai hari.

“Pagi, Maya. Semua oke di sini?” Doni mengganti alas kaki dan melangkah lebih dekat, mengeddikan tumpukan map yang penuh berkas itu.

Maya mengangkat bahu, “Biasa saja. Tapi, Dr. Smith tadi melarang saya merekap data tahunan.”

“Mengapa?” Doni merasa ada nuansa aneh di antara mereka.

“Dia bilang itu bukan saatnya. Sepertinya dia sedang tumben moody,” jawab Maya sambil mengetuk meja dengan jari telunjuknya.

Doni mengernyit, mengalihkan pandangannya ke pintu ruang praktek. “Ada yang salah? Kenapa tiba-tiba begitu?”

“Tidak tahu. Tapi orang-orang di sini mulai merasakan ada yang berbeda,” Maya menatapnya, matanya menyiratkan kekhawatiran.

“Sejak aku masuk ke sini, sudah banyak yang aneh. Apa saja yang diatur oleh Dr. Smith,” Doni menjawab, meruntuhkan bisikan pertanyaan yang bersemayam dalam pikirannya. “Ketika Ara dan aku...”

“Ara? Apa dia menghubungimu lagi?” Maya memotong, tampak lebih bersemangat.

“Mungkin. Kenapa?” ia menyilangkan lengan, tegang saat berbicara tentang sahabatnya.

“Dia sering memperhatikan tingkah Dr. Smith. Selalu ingin tahu lebih banyak,” Maya berkata pelan, seolah takut pendengarannya menjadi bumerang.

Doni mengangguk. “Katanya, klinik ini buka pada hari libur. Itu tidak biasa, kan?”

“Benar,” Maya menjawab, wajahnya seakan teringat sesuatu. “Tapi anehnya, staf-nya selalu berbeda setiap kali kami lewat.”

“Apakah kau pernah berpikir untuk ikut menyelidiki?” Doni menatap tajam padanya, menarik napas dalam-dalam.

Lebih dari sebelumnya, perasaan gelisah menyelip di antara mereka. Mereka berdua merasakan bahwa sesuatu yang lebih besar sedang berlangsung. Maya berbisik, “Aku mulai merasa ada sesuatu di balik ini yang lebih dalam.”

“Coba kita gali lebih jauh,” Doni bertekad. “Kita harus tahu apa yang terjadi. Atau orang-orang ini akan terus terjebak dalam kegelapan.”

“Hati-hati,” ucap Maya, menatapnya serius. “Dr. Smith bisa sangat berbahaya jika dia menaruh curiga.”

Tatapan Doni tergelap. Dia tahu dampak dari mencari kebenaran bisa sangat besar. “Kita harus bertindak cerdas.”

“Baiklah. Apa rencanamu?” Maya bertanya, tangan bergetar karena antusias.

“Pertama, kita perlu mengumpulkan informasi. Aku akan menyelidiki berkas-berkas pasien di dalam lemari tua,” kata Doni, suaranya mantap.

“Dan aku akan mencari tahu tentang rekam medis yang mungkin disembunyikan,” Maya menambahkan, terpotong sepotong semangat.

“Setelah itu, kita akan duduk dan menganalisa,” Doni mengusulkan. “Kedengarannya bagus?”

“Bagus. Tapi kami tidak bisa terburu-buru. Jika Dr. Smith mencegat jalan kita, kita bisa berbahaya,” jawab Maya. “Dia tidak suka ditanya tentang pekerjaannya.”

Doni tersenyum tipis. “Kami tidak akan membuatnya curiga. Ini hanya akan menjadi misi kecil.”

“Kali ini, pastikan kita tidak berlebihan.”

Sebelum mereka menanggapi lebih lanjut, suara Dr. Smith mengisi ruang. “Maya, datang ke ruangan, ada tugas mendesak.”

Cincin di telinga Doni berbunyi. Dia melirik Maya, yang menahan napas.

“Baik. Ayo, cepat pergi,” Doni menginstruksikan, sambil mendukungnya untuk melangkah pergi.

Saat Maya pergi, Doni merasakan kehadiran dari sudut ruangan, menunggu momen yang tepat. Matanya menyisir seluruh klinik, berusaha memahami keanehan yang melingtang di benaknya.

Satu langkah konyol bisa menghancurkan semuanya. Sebuah rasa penasaran yang dalam membuatnya melawan rasa takut dan mendorong langkahnya ke arah lemari tua.

Dia mendekati lemari dengan hati-hati, mencari petunjuk dari yang tersembunyi di balik pintu yang usang. Menarik napas panjang, Doni membuka pintu lemari itu dan hati kecilnya berbisik.

Kebenaran akan terungkap.

Lemari tua itu berderit pelan saat Doni membuka pintunya. Aromanya bercampur debu dan barang-barang terlupakan. Di dalamnya, berkas-berkas pasien berbaris rapi, sebagian besar tampak pudar seiring waktu. Dia menarik satu map, reading dengan penuh rasa ingin tahu.

“Doni, kamu di mana?” Maya muncul kembali, wajahnya agak tertutup.

Doni menegakkan badan, terkejut. “Sst! Diam-diam,” lemparnya sambil berbisik, lalu menunjukkan map yang dipegangnya. “Lihat ini.”

“Berkas pasien?” Maya mendekat, menatap tajam. Dia bergerak lebih dekat, ingin mengintip isi map tersebut.

“Ini hampir kosong,” jawab Doni, menggelengkan kepala. “Tapi lihat, ada cetakan undangan untuk acara tertentu di sini. Terlihat aneh kan?”

“Acara?” Maya mengerutkan dahi, memiringkan kepalanya. “Seperti apa?”

“Keselamatan pasien dari berbagai penyakit kulit... tetapi aku merasakan ini bukan hanya sekadar konferensi biasa,” Doni menjelaskan, matanya tidak lepas dari tulisan di map itu.

“Begitu. Berarti bisa saja ada yang tersembunyi di balik ini,” Maya berkata, suara bersemangat dan cemas bersamaan.

“Mau kita cek lebih dalam? Mungkin ada yang lebih dari sekadar acara ini,” Doni menyarankan.

Maya mengangguk, tak sabar lagi untuk mencari informasi lebih lanjut. “Ayo, kita ambil beberapa dokumen ini. Mungkin ada petunjuk yang bisa menunjukkan apa yang Dr. Smith sembunyikan.”

Doni memasukkan beberapa berkas ke dalam tasnya, memastikan tidak ada yang mencolok. “Tapi kita harus hati-hati. Ini bisa membuat Dr. Smith curiga,” ucapnya.

Maya membuka lemari lebih lebar dan berkata, “Ada lagi di sini!”

Sebanyak mungkin, mereka mengambil berkas-berkas yang mencolok dan berpotensi berbahaya. Setiap kali mereka menemukan info yang menarik, Maya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan komentar.

“Lihat ini! Ini hubungan antara pasien ini dan sebuah rumah sakit di luar negeri. Sepertinya ada kerjasama yang top secret,” Maya mengangkat bolpoin, menggarisbawahi dokumen yang dipegangnya.

“Kalau begitu, kita harus mengaitkannya dengan apa yang terjadi di klinik ini,” jawab Doni.

“Dan coba pikirkan, kalau ini berurusan dengan pasien, bisa saja ada yang lebih dari sekadar pengobatan kulit. Apa mereka melakukan percobaan?” Maya terkejut, wajahnya memucat.

“Kalau begitu kita semakin dekat. Kita perlu mengonfirmasi berita ini dengan pihak lain,” Doni berbicara dengan semangat.

“Aku jadi ingat. Ada seorang dokter lain yang pernah bekerja di sini,” Maya mengusulkan dengan langkah cepat, “Mungkin dia tahu sesuatu.”

“Dokter tersebut bisa jadi sumber informasi yang tepat. Kita bisa mencari tahu di mana mereka sekarang,” jawab Doni, menatap Maya dengan penuh harapan.

“Hanya saja, kita harus menyelinap. Jika Dr. Smith mencurigai kita, semua ini berpotensi membahayakan.”

Doni terdiam sejenak, berusaha mencerna semua risiko. “Mari kita kembali dan membuat rencana. Kita akan pergi malam ini, saat semua sudah tenang.”

Maya tersenyum, merasakan aliran adrenalin. “Aku sangat setuju. Kita akan mengeksplor semua ini.”

Saat keluar dari ruang lemari, sudut pandang mereka tertuju pada hakikat lain. Mereka berdua menyadari bahwa penyelidikan ini bukan tentang mereka lagi. “Kita melakukan ini bukan hanya untuk kita, tetapi untuk semua orang yang terkatung di klinik ini,” ujar Doni, menegaskan.

“Dan jika itu berarti menghadapi Dr. Smith,” kata Maya, “aku siap.”

Sambil duduk di kamar resepsionis, Doni dan Maya bersiap untuk menyusun strategi. Mereka menghabiskan waktu berulang kali memeriksa berkas yang mereka ambil, mencatat informasi penting.

Satu demi satu, mereka menemukan pola yang mengejutkan. Pasien baru, semua memiliki riwayat penyakit yang sama selaras dengan diagnosis Dr. Smith. Keterkaitan mereka melukiskan gambaran yang lebih besar dan lebih gelap tentang apa yang mungkin terjadi di klinik ini.

“Sepertinya, lebih dari sekadar perawatan. Ada sesuatu yang tidak diketahui oleh pasien,” ucap Doni, merasa tegang.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!