Terjebak Cinta Si Perawan Tua

Malena kembali ke ruangan ujian dengan hati yang sangat sedih. Ia menyesal meminta cerai pada Marvin tapi juga sangat galau dengan hubungannya yang sangat tak jelas seperti saat ini.

Cinta atau apapun itu namanya, yang jelasnya ia merasakan hidupnya seperti sedang naik rollercoaster sejak menikah dengan Marvin. Perasaan tegang, bahagia, dan juga rasa khawatir ia rasakan secara bersamaan saat ini. Sebuah perasaan yang sangat menyiksa tapi entah kenapa membuat banyak orang suka untuk tenggelam di dalamnya.

Segera ia meminum air kemasan dari dalam botol yang ada di atas mejanya untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.

Satu botol kecil ia habiskan tanpa sadar hingga men Yusran lagi-lagi menatapnya dengan tatapan aneh.

"Miss, habis lari dari ruangan UKS ya, kok haus banget," canda pria itu.

Malena langsung terkekeh kemudian menjawab," Sepertinya begitu pak. Habis dikejar kenyataan buruk, hehehe."

Yusran ikut terkekeh lucu, Malena ternyata bisa bercanda juga padahal orangnya kaku dan tertutup.

"Gimana Marvin Miss? Udah diobati?"

Deg

Malena tercekat. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya bisa tersenyum meringis. Marvin bukannya ia obati tapi justru memberinya luka baru yang sialnya menyiksa perasaan mereka berdua.

"Miss? Melamun?" tanya Yusran masih dengan senyumnya.

Malena tersentak kaget kemudian buru-buru menjawab, "Lukanya ternyata menyebar ke saya pak. Jadi saya minta anak itu cepat pulang. Daripada disini hanya menambah luka."

"Hah?" Dua bola mata Yusran membulat kaget.

"Maksudnya gimana Miss?" tanya pria itu bingung.

"Hahahaha, maaf salah ucap. Gak usah dipikirin pak. Saya cuma bercanda." Malena pun tertawa kecil untuk menutupi perasaan malunya, karena hampir saja mengatakan hal yang tidak-tidak tentang hubungan mereka yang harus mereka rahasiakan.

"Marvin cerdas banget ya Miss. Hanya 30 menit ia menjawab pertanyaan bahasa yang teksnya sepanjang rel kereta. Kalau tangannya tak sakit mungkin ia hanya menjawab selama 20 menit hahaha."

Malena hanya tersenyum tipis. Ia akui kalau suaminya itu memang sangat cerdas tapi terkadang sangat menyebalkan dan sialnya ia sangat mencintainya.

'Aaaa, Marvin brengsek!' teriaknya dalam hati.

"Semoga cita-cita anak itu tercapai ya Miss. Saya dengar dia udah lulus untuk jalur prestasi di Universitas X, hebat betul putra ketua yayasan itu. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ya."

"Ah iya pak. Semoga saja, aamiin." Malena mengiyakan dan mengaminkan.

"Dan semoga dia gak ada urusan cinta-cintaan dulu supaya benar-benar bisa konsentrasi belajar," lanjut Yusran seraya mengarahkan pandangannya ke arah Elsa, yang sudah dikenal semua warga sekolah sebagai pacar Marvin.

Deg

Malena langsung membeku. Ia merasa perkataan pak Yusran seperti sedang menyindir dirinya yang sudah terlibat terlalu jauh dengan peserta didiknya itu.

"Kalau mau sukses ya, usahakan gak terlibat dengan yang namanya pacaran, kalau menurut saya," lanjut Yusran dengan suara yang agak lebih besar agar peserta ujian itu mendengar apa yang ia katakan. Tapi kenyataannya Malena lah yang paling merasa tersindir di sini.

"Saya dengar cita-cita Marvin ingin jadi dokter. Katanya mau seperti abangnya, ah semoga saja tercapai. Saya sangat suka anak itu, meskipun jiwa kritisnya mengalahkan si Ferguso hahaha."

Malena ikut tertawa tapi sangat sumbang karena mulai merasa bersalah telah memasuki kehidupan pria itu.

Teeet

Teeet

Malena dan Yusran segera menghentikan obrolan mereka karena bel tanda waktu ujian selesai telah berburu. Mereka berdua pun berdiri dari duduk mereka.

"Alhamdulillah, waktu untuk mata ujian hari ini telah habis. Silahkan tinggalkan ruangan tanpa mematikan pesawat komputer." titah Yusran pada semua peserta ujian yang masih tersisa.

Ruangan pun berubah ramai saat mereka semua keluar. Setelah itu barulah Yusran dan Malena berjalan berkeliling untuk memeriksa kembali ruangan. Mereka berdua baru bisa meninggalkan ruangan ujian itu jika ruangan terpantau aman.

Dan ternyata, ketika semua peserta ujian keluar, ada satu orang yang masih tak bergerak pada tempatnya, yaitu Elsa Mahira. Gadis itu masih menekuri layar komputer di hadapannya dengan tatapan kosong.

"Pak Yusran, silahkan lebih dulu ke ruangan pengawas. Saya yang akan menemui Elsa."

"Ah iya Miss. Hati-hati ya, beberapa hari ini, anak itu memang kelihatan sakit. Kalau butuh bantuan hubungi saja saya." Yusran tersenyum.

"Iya pak. Terimakasih banyak."

Malena pun langsung mendekat untuk melihat apa yang sedang terjadi pada gadis rivalnya itu.

"Ada apa Elsa? Kok belum keluar?" tanya Malena dengan suara pelan.

Elsa tak menjawab. Tatapannya masih kosong ke arah layar komputer yang masih menyala dihadapannya. Dan sepertinya hanya beberapa soal yang ia jawab padahal waktu sudah selesai.

"Elsa, kamu belum menyelesaikan soal-soalnya?" tanya Malena kaget.

Elsa sekali lagi tak menjawab. Ia hanya menangis. Sehingga Malena langsung menarik kursi kosong yang ditempati oleh Marvin tadi untuk duduk dan segera menjawab soal-soal ujian atas nama Elsa.

50 nomor telah ia selesaikan dengan sangat cepat karena ia memang terkenal pintar dan cerdas di sekolah itu. Malena tahu kalau apa yang ia lakukan adalah salah, tapi ia sangat prihatin pada peserta didiknya yang sepertinya sedang dalam masalah itu.

"Ada apa Elsa? Apa kamu ada masalah?" tanya guru wanita itu setelah ia mematikan pesawat komputer milik Elsa dan juga yang lainnya.

Elsa menghela nafasnya kemudian menatap Malena dengan wajah yang sangat menyedihkan. Setelah itu ia menghambur ke dalam pelukan sang guru dengan tangis pecah.

"Eh ada apa ini?" tanya wanita berhijab itu kaget.

"Maafkan saya Miss. Saya banyak salah sama Miss," isak gadis itu.

"Salah kenapa?" tanya Malena bingung. Meskipun Elsa seringkali tidak sopan ketika ia mengajar di dalam kelas itu tapi ia sudah melupakannya. Ia pikir itu hanyalah lika-liku di dalam kelas. Ada yang menyenangkan dan ada yang mengesalkan tapi ia tak pernah memasukkannya ke dalam hatinya.

"Maafkan saya Miss. Saya banyak bersalah pada semua guru terutama sama Miss, hingga saya mendapatkan cobaan buruk seperti ini hiks," ucap Elsa lagi terisak.

"Katakan ada apa Elsa," balas Malena penasaran. Dalam hati ia merasa curiga kalau apa yang sedang menjadi masalah Elsa saat ini adalah tentang kehamilannya dengan Marvin.

"Saya..."

"Kenapa Elsa, ayo katakan ada apa?" Malena semakin penasaran dan khawatir. Ia sangat takut kalau gadis itu akan mengatakan tentang hal buruk tentang Marvin.

"Saya hamil Miss, tapi..."

Deg

Malena membeku dengan airmata yang sudah siap tumpah dari kedua netranya.

"Tapi apa Elsa?" tanyanya dengan suara tercekat.

🌻

*Like dan ketik komentar dong agar author semangat updatenya oke?*