NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejadian Memalukan

"Mau makan apa?"

Naura yang tengah berperang dengan pikirannya, sedikit kikuk ketika ditanya seperti itu. "H-hah? Emm... samain aja."

Jawaban yang sangat nekat. Di mana ia menyerahkan menu makanannya kepada Regan, yang entah akan memesan menu apa laki-laki itu. Padahal, dalam restauran seperti ini, kemungkinan banyak hal yang tidak bisa Naura makan. Namun tidak apalah, lagipula Naura tidak memiliki keberanian besar untuk sekadar menyebutkan makanan yang ia inginkan di sini. Tidak. Nyalinya sangat ciut dalam hal itu.

"Chicken Katsu Curry sama Ice Americano, dia samain juga," ucap Regan kepada seorang pelayan di restauran itu.

Mendengarnya, Naura sedikit was-was. Bukan, kali ini bukan khawatir dengan harganya, karena ia yakin dua menu itu tidak akan menghabiskan uang seratus ribu. Yang Naura khawatirkan adalah minuman yang dipesan oleh Regan. Demi apa pun, Naura tidak bisa meminum minuman jenis apa pun yang mengandung kopi di dalamnya. Bukan tidak suka, melainkan karena kondisi tubuhnya yang entah karena apa, ketika meminum kopi maka perutnya akan sakit dibarengi dengan gemetar di tubuhnya. Selain itu, jantungnya juga akan berdetak lebih cepat dari biasanya.

Naura tidak tahu apa sebabnya, yang pasti sudah lama ia merasakannya. Kurang lebih, sejak ia duduk di bangku kelas sepuluh SMA. Tidak ada niat untuk memeriksanya kepada dokter, Naura lebih memilih untuk sekadar tahu dan menghindari minuman jenis itu saja.

Lalu, sekarang bagaimana?

Ingin mengubah pesanan pun, keberaniannya tidak sampai. Mungkin, yang bisa Naura lakukan hanya menerima dan berdoa saja agar tubuhnya tidak memberikan reaksi apa pun setelah ia meminum minuman itu.

Ya, semoga saja.

Sembari menunggu pesanan, Naura bingung harus melakukan apa. Yang ia lakukan hanya duduk seraya mengedarkan pandangan ke area restauran itu, yang terlihat cukup ramai di siang hari ini. Tidak lupa, sesekali bola matanya juga melihat ke arah Regan yang duduk tepat di hadapannya, yang tengah sibuk dengan ponsel di tangannya. Entah sedang apa laki-laki itu, yang pasti, dari raut wajahnya, dia terlihat seperti tengah kebingungan.

Deringan ponsel yang tergeletak di meja, membuat Naura maupun Regan sama-sama menoleh melihatnya. Itu ponsel Naura, bersuara dan bergetar, menunjukan ada yang memanggilnya melalui sambungan telepon.

Tidak mau menunggu lama, perempuan yang mengikat rambut sebahunya itu meraih ponsel dan melihat siapa yang menelponnya. Nomor tak dikenal, Naura mengerutkan keningnya heran. Kira-kira siapa orang itu?

Tidak mau penasaran, Naura langsung menjawabnya. Tanpa merasa ragu, ia memutuskan untuk diam di tempat, tanpa menjauh dari laki-laki itu.

Biarlah, lagipula itu bukan telepon dari orang-orang yang perlu disembunyikan, dan tentunya bukan telepon dari orang penting juga.

"Hallo?" sapa Naura.

"Hallo, Naura?"

Mendengar jawaban itu, Naura seperti mengenal suaranya. Itu suara Tessa, mamanya Regan. Iya, Naura yakin itu. Dari mana dia dapat nomor teleponnya? Apakah dari Bagas juga?

"H-hallo Tante?" balas Naura.

"Ini saya, mamanya Regan." Tessa mengenalkan diri, takut kalau Naura kebingungan dengan siapa yang menelponnya. Padahal, tanpa melakukan itu pun Naura sudah mengetahui lewat suaranya.

"I-iya." Naura benar-benar kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa harus selalu gugup seperti itu? padahal, kemarin sudah merasa lebih santai ketika berbincang empat mata dengan Tessa. Apa karena keberadaan Regan di hadapannya?

Bisa ia lihat juga kalau laki-laki itu sesekali mencuri pandang ke arahnya. Mungkin dia penasaran.

"Kamu udah sampai?" tanya Tessa di

seberang sana.

Spontan, Naura menggelengkan kepala. Padahal, Tessa tidak akan melihatnya. "Belum, Tante. Masih di jalan, sekarang lagi makan."

"Oh, lagi makan. Baguslah, Regan sadar diri juga. Tapi dia gimana? Nggak macem-macem, kan, sama kamu? Dia nggak ada ngucapin kata-kata yang bikin kamu sakit, kan?"

Entah apa maksudnya Tessa bertanya seperti itu, padahal, jangankan macam-macam, berbicara saja sepertinya Regan enggan melakukannya. Naura kembali menggeleng kecil. "Nggak, Tante. Aman."

"Syukurlah. Saya takut dia macam-macam lagi sama kamu. Kalau Regan macam-macam atau kata-katanya nyakitin kamu, bilang ke saya, ya?"

Meski yakin kalau Regan tidak akan melakukan hal yang disebutkan oleh Tessa, Naura tetap menjawab, "Iya, Tante."

"Ya sudah, kalau gitu kamu lanjut makan, ya. kalau udah sampai, kabarin saya. hati-hati juga, ya."

Setelah Naura membalas dengan kata 'iya', sambungan diakhiri oleh Tessa. Tepat setelah ia kembali meletakan ponselnya, makanan yang mereka pesan sudah datang. Membuat kebingungan dalam benak Naura kembali muncul.

Naura tidak tahu harus mulai dari mana, yang pasti sudah dua menit berlalu ia masih diam di tempat. Tidak mengeluarkan satu gerakan pun. Padahal, cowok di hadapannya sudah mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Ayolah... demi apa pun Naura benar-benar bingung sekarang. Bukan hanya merasa canggung untuk mulai memakan makanan itu, Naura juga bingung ketika ia makan nanti apakah harus menahan rasa haus dan tidak meminum minuman kopi itu? Atau harus meminumnya dan siap menerima resiko yang akan didapatnya?

***

Sekarang, Naura dan Regan sudah kembali dalam perjalanan yang kemungkinan akan sampai dalam beberapa menit lagi. Tolong jangan tanyakan bagaimana nasib makanan Naura tadi- sebab, Naura benar-benar merasa malu dan rasanya ingin melenyapkan diri saat itu juga.

Bayangkan, Naura sudah mengumpulkan keberanian untuk memulai makanannya saat itu -namun, baru satu suap makanan masuk ke dalam mulut, rasa mual sudah menyerang perutnya. Naura menutup mulut dan bergerak mencari toilet, tapi sialnya dia tidak menemukannya. Rasa mula yang sudah tidak bisa ditahan membuat Naura terpaksa mencari tempat lain untuk mengeluarkannya. Naura benar-benar merasa bodoh karena dari sekian banyaknya tempat, ia malah berlari ke luar dan mengeluarkan isi perutnya di parkiran.

Sudah bisa membayangkan betapa malunya Naura saat itu? Di mana semua orang yang ada di dalam restauran menatapnya dengan aneh, terlebih dengan orang-orang yang berada di luar menatapnya dengan penuh kejijikan. Mengingat kejadian itu, Naura ingin menangis saja rasanya.

Terlebih ketika tiba-tiba bahunya disentuh oleh laki-laki yang mengemudikan mobil di sampingnya sekarang. Iya, Regan datang dan menyentuh bahunya. Naura tidak tahu apakah laki-laki itu merasa jijik atau tidak-yang pasti, dia menunggu sampai dirinya menyelesaikan semuanya.

"Kenapa?" tanya Regan saat itu.

Dengan penuh rasa ragu, Naura menjawab, " Mual."

"Makanannya nggak enak?" tanya Regan lagi.

Naura menggeleng kecil, yang mana setelah itu Regan menyuruhnya untuk kembali masuk. Bukan kembali ke tempat duduk, melainkan Regan yang berjalan dan bertanya kepada seorang pelayan, menanyakan di mana letak toilet dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam tempat itu.

Selain malu bukan main, Naura juga sedikit bersyukur, setidaknya cowok mengerikan yang belum sempat menghabiskan makanannya itu tidak memarahi dirinya. Padahal, apa yang terjadi saat itu cukup memalukan, bahkan sangat memalukan. Sampai di dalam mobil-sampai detik ini pun Regan tidak mengeluarkan suara lagi mengenai kejadian itu.

"Belok kiri," ucap Naura.

Tanpa menjawab, Regan menuruti apa yang dikatakan oleh perempuan di sampingnya.

"Rumahnya yang warna abu-abu, di depan sana," ucap Naura lagi. Sebagai penumpang yang baik, apa yang ia lakukan sekarang sudah benar, kan?

Di mana ia memberitahu sebelum ditanya. Itu merupakan bentuk inisiatif yang paling mudah untuk dilakukan menurutnya.

Mobil Regan berhenti tepat di depan rumah yang disebutkan oleh Naura tadi. Keduanya masih sama-sama diam, belum melakukan pergerakkan sedikitpun. Entahlah, naura juga bingung harus turun lebih dulu atau menunggu cowok itu.

"Di rumahnya ada siapa aja?" tanya Regan dengan nada biasa, tidak semenyeramkan ketika menerima telepon waktu lalu.

"Cuma ibu," jawab Naura apa adanya. Entah hanya bentuk basa-basi, atau memang laki-laki itu belum tahu kalau keluarganya yang tersisa hanya ibunya saja. Yang lain? Entah ke mana. Mereka seolah membuang Naura dan ibunya, melupakan mereka dan memutus tali persaudaraannya. Naura tidak tahu pasti, tapi itu yang selalu dikatakan oleh ibunya.

"Yang lain?" Regan kembali bertanya.

"Nggak tahu."

Kemudian kembali diam. Sebenarnya yang harus melakukan pergerakan lebih dulu itu Naura -sebab, ia yang menjadi tuan rumah saat ini. Namun, demi apa pun Naura merasa belum siap untuk bertemu dengan ibunya, apalagi kalau harus menceritakan masalah itu. Ia takut ibunya akan kecewa meski itu sudah pasti akan terjadi. Naura juga takut kalau wanita yang melahirkannya ke dunia itu tidak bisa menerima dan akan membencinya.

Naura... tidak sanggup untuk itu.

1
who i am ?
one
syisya
waaah ada masalah apa ini yg sudah lama tapi belum kelar
syisya
apa karna urusan cewek ?
syisya
menerkam tanpa aba" ?
beneran gak tuh aku udah lama lho thor menunggu apakah bakal ada adegan 🍍 nanasnya tp sejauh ini belum terlihat tanda" hihihi
Wagini
lanjut
syisya
udah sejauh ini tapi masih jauh aja🤔
syisya
mulai ada titik" nih
Heny Adinda
sweet bgt regann
syisya
lanjutkan
syisya
🤣🤣🤣🤣
who i am ?
lanjut thooor, semangatt💪
syisya
kikikikikik ya iyalah nauraaa masih ditanya lagi, gemes deh
syisya
mampus hhhhh
syisya
waooow crazy up 👏🏻👏🏻👏🏻 makasih kak triple upnya keren bingiiiitz
syisya
thanks thor selalu double up
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
syisya
udah ep 60an tapi belum ada kemajuan masih jalan ditempat masih itu" aja thor kapan dong mereka mulai ada rasa masing" trs kelanjutan hubungannya apa mesra"an gitu misalnya duuuh greget deh jadi gemes sama mereka kutunggu next up nya jangan lama" ya thor hihihihi semangat sehat selalu 💪🏻
syisya
seru jg tuh idenya 😅
Heny Adinda
di tunggu segera sayangnya regan sama naura
syisya
kram kali ya, semoga Naura baik" saja & kandungannya selamat & kuat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!