" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 11: Nda Mau Pulang
2 hari berlalu, Aga semakin membaik. Dan Dara masih terus memikirkan kata-kata Kaivan waktu itu. Meski ia berusaha untuk tidak memikirkannya dan terus mengacuhkan, tapi tetap saja kata-kata Kaivan tidak bisa ia kesampingkan. Apalagi selama 2 hari ini pria itu terus datang menemui Aga. Bukan sekedar datang, Kaivan juga membawa mainan dan bermain dengan putra semata wayang dari Dara.
Malam ini pun begitu, bahkan Kaivan meminta Pram untuk pulang beristirahat. Dia menawarkan diri untuk menjaga Aga malam ini.
" Jadi Om Ganteng batalan tidul di sini? Yeaaay asiii." Aga bersorak, selama berada di rumah sakit dan ada Kaivan, bocah itu terlihat lebih bersemangat dan gembira.
" Ya udah, gue balik dulu. Ntar gue anterin baju ganti Lo ya. Dar, gue cabut dulu. Hallo ponakan Om yang ganteng, Om Rendi pulang dulu ya. Semoga besok udah boleh pulang."
Rendi berpamitan satu per satu kepada orang-orang yang berada di sana, mulai dari Kaivan, Dara dan terakhir Aga. Rendi juga sudah akrab dengan Aga, karena saat Kaivan datang di sore hari, ia juga akan ikut.
Selepas Rendi pergi, suasana kembali riuh lagi hanya dengan Aga yang berceloteh sambil bermain. Hingga waktunya tidur Aga masih berusaha untuk bercerita kepada Kaivan.
" Sudah ya boy, waktunya tidur oke. Biar bisa cepet sembuh, terus pulang deh." Kaivan berusaha membujuk Aga, pasalnya Dara sedari tadi sudah membujuk putranya namun tidak juga berhasil.
" Ehmm, Aga nda mau pulang."
Seketika wajah Aga murung. Ucapan yang keluar dari bibir mungil Aga membuat Kaivan terkejut, pun dengan Dara. Jika kebanyakan anak akan buru-buru meminta pulang ketika di rawat di rumah sakit, mengapa Aga malah tidak ingin pulang. Sungguh membuat Kaivan bingung.
" Lho kok nggak mau pulang, kenapa? Emangnya Aga nggak kangen Kakek? Nggak mau sekolah? Nggak kangen Bu guru sama temen-temen?"
Diam, aga terdiam saat Kaivan berucap demikian. Setelah itu bocah kecil itu merangsek masuk ke dalam pelukan Kaivan. Namun Aga masih belum mengatakan apapun. Kaivan memilih diam sambil mengusap lembut kepala Aga.
Setelah keheningan yang terjadi beberapa saat itu, Kaivan kembali menanyakan kepada Aga mengapa tidak ingin pulang. Dan jawaban dari anak itu sungguh membuat Kaivan terhenyak.
" Aga nda mau pulang, talau Aga pulang nanti Aga nda tetemu sama Om Ganteng lagi. Aga nda jadi punya ayah. Aga tan pengen taya temen-temen yang punya ayah. Jadi Aga mau disini aja, bial Om telus temenin Aga."
Air mata Dara seketika luruh, dadanya terasa sangat sesak mendengar ucapan putranya itu. Ia kira selama ini keinginan Aga untuk memiliki ayah hanyalah selintas saja. Seperti sebuah rengekan anak-anak yang sedang meminta mainan, dan jika dibiarkan akan lupa dengan sendirinya. Tapi siapa sangka itu lebih dalam dari perkiraan Dara.
Tidak ingin ketahuan tengah menangis oleh sang putra, Dara memilih untuk masuk ke kamar mandi. Ia juga menyalakan keran air agar suara tangis dan isak nya tidak terdengar dari luar.
Di sisi lain, Kaivan sedang membaringkan Aga. Dia membaringkan putra dari wanita yang ia cintai itu dengan lembut. Bukan hanya itu, Kaivan juga ikut membaringkan tubuhnya lalu menuntun Aga untuk membaca doa sebelum tidur serta menepuk-nepuk Aga.
" Sayang, mau denger cerita nggak dari Om?"
" Celita? Holeee, Aga suta celita."
" Dulu, duluuu sekali. Ada seorang anak pemberani. Dia seperti Aga juga, tidak punya Ayah. Karena Ayahnya pergi jauuh. Dia juga ingin punya ayah sepeti teman-temannya. Karena sangat ingin, anak laki-laki pemberani itu beroda. Ia selalu berdoa kepada Allah agar diberi ayah yang bisa sayang sama dia. Ia beroda setiap hari dengan rajin dan tulus, dan akhirnya doanya di kabulkan sama Allah. Anak pemberani itu diberi seorang Ayah yang baik dan sangat menyayanginya. Jadi kalau Aga mau punya ayah, berdoa sama Allah. Minta kepada Allah agar diberikan seorang Ayah yang baik, yang sayang sama Aga dan juga sama Ibu. Om yakin pasti akan dikabulkan. Jadi Aga tidak perlu takut, pasti suatu hari nanti Aga akan punya Ayah."
Cerita Kaivan tentu bukan cerita bohong. Semua itu adalah kisah yang ia tahu betul dan kenal betul siapa pemiliknya. Ya, kisah itu adalah kisah dari ayahnya sendiri yakni Kai Bhumi Abinawa. Kaivan sungguh tidak menyangka bahwa apa yang dialami Aga hampir sama dengan apa yang dialami oleh abi nya. Dan bisa jadi apa yang dialami Dara sekarang ini, sama dengan apa yang dialami oleh neneknya dulu.
" Tapi Om, Aga maunya Om Ganteng yang jadi ayahnya Aga. Apa boleh?"
Seketika tawa Kaivan pun pecah. Ia tidak menyangka bahwa anak yang usianya bahkan belum 5 tahun itu begitu bertekad menjadikan pria asing sebagai ayahnya,
" Ya, itu bisa dibicarakan. Tapi yang pasti, Aga nggak perlu khawatir. Meskipun Aga sudah sembuh dan pulang ke rumah, Oma kan tetep main bersama Aga."
" Janji ya?"
" Iya Om janji, sekarang tidur ya."
Aga mengangguk, dia dalam pelukan Kaivan bocah itu lambat laun memejamkan matanya. Dan tanpa Kaivan duga, Aga tidur sambil tersenyum. Rasanya dirinya semakin suka dengan kedekatan ini. Hanya dalam waktu singkat, entah mengapa Kaivan memiliki rasa sayang yang bersarang kepada Aga. Terlahir dalam lingkup keluarga yang harmonis membuat Kaivan ingin membuat Aga merasakan itu juga.
Ceklek
" Apa Aga udah tidur? Maaf ya udah ngrepotin kamu terus-terusan."
Sraak
Tap tap tap
Kaivan tidak menjawab pertanyaan Dara. Tapi Kaivan turun dari tempat tidur dan langung berjalan mendekat ke arah Dara berdiri. Secara spontan, tangan Kaivan mengulur menyentuh pipi Dara. Ia tahu saat ini Dara barus saja menangis. Meksipun Dara berusaha menghindari tatapan mata Kaivan, tapi tetap saja Dara tidak bisa terus menerus memalingkan matanya.
" Aku nggak tahu kesulitan apa yang kamu alami terhadap pria itu, hanya saja ucapanku waktu itu beneran tulus dan sungguh-sungguh Dar. Aku bukan hanya akan berperan jadi ayah Aga, aku beneran ingin jadi ayah Aga dan tentunya mendampingi mu. Dara, kamu tahu bagaimana perasaanku selama ini kan. Dan hal yang ingin aku tanyakan dari dulu adalah, kenapa kamu ninggalin aku?"
Tuk
Degh
Kaivan menyatukan keningnya dengan kening Dara, hal tersebut membuat dada Dara berdegup kencang. Sudah lama dia tidak sedekat ini dengan Kaivan dan ternyata hatinya masih berdenyut. Padahal sejak lama ia mengubur rasanya terhadap pria ini, tapi entah mengapa ini seperti tunas yang kembali disiram lagi.
" Baiklah, nggak sudah dipikirin untuk sekarang. Istirahatlah, tadi dokter bilang besok Aga udah bisa pulang, aku akan keluar sebentar."
Kaivan membalikkan badannya dan berjalan keluar. Ia tahu semua yang ia katakan kepada Dara terlalu cepat. Mereka baru saja bertemu, dan ini terasa terburu-buru. " Ya, aku akan lebih sabar. Setidaknya aku udah menemukan keberadaan Dara. Sekarang tinggal menyelidiki apa yang terjadi dengan pernikahan Dara. Aku yakin pria itu brengsek maksimal. Awas aja giliran aku deketin Dara, tiba-tiba dia muncul."
TBC
tunggu aja tnggal mainnya... seorang loe bleh aja diatas angin tpi nnti kehancuran siap memelukmu 😏😏