NovelToon NovelToon
Seikhlas Daun Yang Jatuh

Seikhlas Daun Yang Jatuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: latifahsv

Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pulang ke kampung

Setiap fase dikehidupan kita, sudah di atur tuhan, kau pernah mendengar doa dapat mengubah takdir, mungkin takdirku kali ini, adalah doa doaku yang sudah tembus kelangit.

Doa yang awalnya ku pinta untuk di berikan kesabaran, ku ubah menjadi minta di berikan syukur atas segala nikmat, dari minta di kuatkan, menjadi minta di berikan keberkahan dan kelancaran dalam menjalani semua, dari minta doa untuk bisa menerima perlakuan buruk orang lain, jadi minta dijauhkan dari orang orang yang menyakiti.

Mintalah doa yang spesifik, dalam berdoa, karena doamu akan berdampak dalam hidupmu.

Selama beberapa bulan dibandung, Lea benar benar merasa tenang, dibandingkan saat dia di bekasi, semua masalah seakan bertubi selalu datang, setelah menjalani hidup di bandung sebagai pelayan resto, dia banyak bersyukur, ditempat kerja banyak orang baik, sudah seperti keluarga baginya. Saat ini pandemi masih belum usai, tapi sekarang memang tidak seheboh sebelumnya, dimana tak boleh sama sekali ada orang keluar rumah, sekang orang bisa beraktifitas, tapi di batasi, harus pakai masker cucu tangan, dan sudah bisa berpergian keluar kota, asal harus di swab terlebih dahulu.

Saat ini, Lea akan pulang kampung, bersama Rahayu, dia akan mengambil semua surat surat rumah, beserta kebutuhan lain nya.

"Hallo mah," ucap Lea dia mengangkat telpon ibunya, saat ini dia sedang berada di stasiun kereta.

"Hallo, udah berangkat," ucap bu Romlah.

"Belom, ini lagi nunggu kereta," ucap Lea.

"Oh yaudah, kalau gitu hati hati ya, inget di ambil surat surat nya, tinggalnya sama tante Rahayu aja, di rumah kakek, atau kalau ga, di runah nenek, kakek tau ko, udah dijual rumah kita, jadinya ga papa kalau dirumah nenek, atau kalau ga, kamu ke tempat tante rum, sama s rahma," ucap bu Romlah, menasehati.

"Iya ma, siap," ucap Lea, yang mendengarkan sejak tadi.

"Yaudah, kalau gitu, hati hati, awas barang bawaan jangan sampai lupa ya," ucap bu Romlah,

" iya ma siap" ucap Lea

"Awas jangan lupa masker, takut kena corona," ucap bu Romlah.

"Iya mamahku sayang, udah ko, ini pake jaket segala macem, kaca mata, masker, kaos kaki," ucap Lea, dengan suara riang.

"Nah, bagus, yaudah assalamualaikum," ucap bh Romlah, mengakhiri telponnya.

"Waalaikumsalam, dih, udah di matiin duluan, mamah, mamah," ucap Lea, menatap hpnya, sambil menggelengkan kepal.

Laju kereta, sudah terdengar di telingga Lea.

"Ayo berangkat, tu keretanya," ucap Rahayu, karena saat Lea menelpon, sudah da suara intruksi kerata akan melaju, dan saat ini kereta nya sudah ada di depan mereka

"Ayo, tan," ucap Lea, dengan semangat langsung naik kereta, kebetulan Gerbongnya ada di depan mereka.

Ini adalah kali pertama, untuk Lea naik kereta, suasana kereta tampak sepi sejak tadi, dan di dalam kereta juga sepi, mungkin karena faktor, corona ini, membuat orang tidak berpergian, dan dan kondisi di batasi juga.

"Ternyata rasanya naik kerata enak ya, pemandangan yang dilihat cenderung hijau, tidak macet macetan," ucap Lea dalam hati.

"Tante, poto dong," ucap Lea dengan excited, karena sekarang kereta melewati pemandangan yang cukup indah, perbatasan dari gedung gedung menuju ke hijau hijauan.

"Mana hpnya"ucap Rahayu, menatap Lea.

"Ini, yang bagus ya, tan," ucap Lea, memberikan hp nya pada Rahayu.

Lea mulai berpose pose setelah, di instruksikan oleh tantenya, dan mereka juga berpoto bersama, dalam beberapa pose.

"Gini ya, rasanya naik kereta, seru banget," ucap Lea, terus memandangi sekeliling.

"Ini pertama kali ya, kamu naik kereta," ucap Rahayu.

"Iya tante," ucap Lea, menatap Rahayu.

"Jalur bandung ke garut mah deket, enak tau, kalau dari bekasi, duh pusing benget tau," ucap Rahayu, memperagakan pose pusing.

"Haha, nanti kan tan, abis pulang dari garut ke bekasi, ke mamah dulu, jadi aku bakal ngerasain pusing nya," ucap Lea.

"Ga bakal terlalu pusing, soalnya ini pandemi, pas ga pandemi mah, rutenya pusing, mana desak desakan, duh untung ga nyasar, temen temen tante, pada suka nyasar tau," ucap Rahayu, panjang Lebar.

"Masa si, teu," ucap Lea, tak percaya.

"Iya karena baru pertama kali, naek kereta, dan sendirian, jadinya yah gitu, ga tau rute," ucap Rahayu.

"Oh gitu, ya teu," ucap Lea, tampak menguap.

"Kamu kalau ngantuk, tidur aja ga papa, nanti gantian, insyaallah aman ko, di kereta, apalagi kan berbatas gini, sepi juga kondisinya," ucap Rahayu, menatap sekeliling.

"Iya tante, ini udah setengah perjalanan lagi ya, kalau tidur sayang banget, ga dapet view" ucap Lea, mencoba menahan kantuknya.

"Udah, kalau ngantuk tidur aja, tar kalau ada view, pasti dibangunin," ucap Rahayu, menatap kasian pada keponakannya.

"Yaudah deh, Lea tidur ya," ucap Lea, sambil menutup matanya.

"Iya," ucap Rahayu.

Perjalanan terasa begitu cepat, ketika tidur, tak terasa, kini Lea sudah berada di stasiun garut.

Kembali ke kota kelahiran nya, menginjakan kaki kembali dikota kelahiran nya sebagai perantau, sungguh senang, juga sedih, berada di kota kelahiran nya, senang karena bisa kembali, dan bertemu teman teman nya, sedih karena mimpinya terkubur. Lea menatap dengan nanar pada sekeliling kota.

Lea kini sudah menuju rumah neneknya, dengan mengunakan angkat, dan di lanjut naik ojek, karena rumahnya cukup jauh, masuk ke pelosok. Dia disambut oleh neneknya, ketika sampai di depan rumah neneknya.

"Lea, maafkan nenek ya," ucap nenek tiri Lea, saat Lea turun dari ojek.

"Untuk apa, nenek meminta maaf," ucap Lea, menatap heran, pada sang nenek.

"Nenek tidak tau, saat kamu disuruh berangkat oleh tantemu, andai nenek tau, nenek akan memarahi nya, kake mu saja marah, akan hal itu," ucap nene tiri Lea, dengan sendu, dia merangkul Lea.

"Sudah la nek, lagi pula takdir, yang di gariskan tuhan, untuk Lea, memang seperti ini, Lea sudah ikhlas akan hal ini," ucap Lea, dengan senyum paksa nya.

"Syukur kalau ikhlas, yakin ya, pasti ada kebahagian di ujung sana," ucap nenek Lea, kini mengusap tangan Lea.

"Iya nek, Lea sekarang juga udah melewati ini, sebaik mungkin," ucap Lea, menatap neneknya.

"Syukur lah, kalau begitu, yaudah, sekarang istirahat dulu aja ya," ucap nenek Lea, menutup Lea masuk kedalam rumah.

"Iya nek, Lea akan istirahat," ucap Lea, berjalan masuk rumah, lalu ke kamar tantenya.

Dia merenung dan berpikir akan mengirim pesan pada Meidina, dia akan mengajak Meidina bertemu.

^Mei, lagi ngapain?.

^Lagi diem aja, kamu apa kabar?.

^Aku baik, baik banget, aku ada di garut ni, kita maen, kapan kapan.

^Wah, sejak kapan ada di garut, iya main sini lah,

aku juga pengen ketemu.

^Yaudah, tar aku yang kesitu, besok sii paling siang.

^Oh yaudah, siap, aku tunggu ya.

^Iya.

Lalu Lea pun, menutup hpnya, karena tak ada balasan dari Meidina, dia memilih beristirahat sebentar, dan merebahkan diri di kasur.

1
Savia Anjani
kisah yang sangat sedih, semoga Lea bahagia ya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!