Menikahi Tuan Impoten

Alvaro berdehem sejenak dan memperbaiki cara bicaranya menjadi berwibawa. Dia lalu menjelaskan tentang bagaimana parfum dari perusahaan JK. Dia juga berkata jika istrinya sangat menyukai wangi dari parfum tersebut. Bahkan ketika Ella mengatakan jika akan ada produk parfum terbaru yang di luncurkan, Alvaro ingin menjadi pembeli pertama, karena dia tidak ingin nantinya istrinya berebut dengan orang lain.

Ella lalu memutuskan panggilan itu dan menatap ke arah Tuan Aroe dan Tuan Clanc dengan penuh kemenangan.

Setelah mendengar penjelasan dari Alvaro, semua orang menjadi diam. Dan pandangan Arion terhadap Ella menjadi semakin kagum.

Tuan Arion bertepuk tangan dan langsung mengajukan diri untuk bekerjasama dengan perusahaan milik Jason. Membuat Jason tak percaya.

Jason menatap Ella, begitu juga dengan Ella. 'aku tidak percaya! Presentasi pertamaku akan berhasil. Bahkan Aku berhasil menutup mulut dua perusahaan licik itu. Huwaa... Jika Daddy tahu, pasti dia akan bangga padaku.' Ella bersorak girang dalam hati.

Dia lalu mengirimkan pesan kepada Alvaro untuk berterima kasih karena tidak merusak suasana dan mau membantunya.

Meeting akhirnya selesai dengan kemenangan di tangan Jason. Sementara Arion masih penasaran dengan Ella.

"Selidiki semua informasi tentang sekretaris Tuan Jason," titahnya pada asistennya.

***

Sampai di ruangannya, Jason menatap Ella penuh selidik, membuat Ella bergidik ngeri merasakannya.

"Bagaimana kau bisa mempunyai nomor salah satu keluarga Chavez?"

Ella memutar bola matanya. 'tentu saja Aku punya nomor mereka. Aku kan juga bagian dari keluarga itu, mana mungkin aku tidak mempunyai nomor keluargaku sendiri?'

"Cepat katakan!"

Ella terkejut dengan suara tinggi Jason. Dia mengelus dadanya merasa jantungnya hampir lepas.

"Tuan, apa Kau tidak bisa berbicara lebih pelan saja? Kau hampir membuatku terkena serangan jantung," ucap Ella.

Jason menatapnya dengan tajam, membuat Ella tertawa di paksakan. "Oke-oke, aku akan memberitahumu. Alvaro adalah kakak sepupuku. Apa kau sudah puas, Tuan?" ucap Ella.

Jason menatap Ella dalam diam, sepersekian detik kemudian terdengar suara tawa yang menggelar dari bibir Jason.

"Jangan bermimpi. Sudah, jangan membual. Lakukan saja pekerjaanmu." Jason tak percaya sedikitpun dengan ucapan Ella. Dia akan menyuruh Billy untuk menyelidiki bagaimana Ella bisa mempunyai nomor keluarga Chavez.

Ella mencebik, dan kemudian keluar menuju ke ruangannya sendiri yang bersebelahan dengan ruangan Jason.

'dasar pria tak tahu diri. Seharunya dia bilang terimakasih atau apa gitu. Aku kan sudah membuat perusahaannya mendapatkan kerjasama yang menguntungkan ini!" Ella terus menggerutu.

Hingga ponselnya berdering, Alvaro kembali menghubunginya. Ella dengan malas mencoba mengangkatnya. Dia tahu akan mendapatkan omelan dari kakak sepupunya itu.

"Dasar gadis nakal! Dimana kau sekarang huh!" Seruan dari seberang telepon membuat Ella sedikit menjauhkan ponselnya.

"Hehehe... Tentu saja aku sedang bekerja. Apa kabar Kakak ku tersayang?" Ella berbicara semanis mungkin.

"Kau ini selalu merepotkan Daddy dan Mommy mu, Ara. Apa kau tahu jika saat ini mereka kebingungan mencari mu? Nomor ponselmu tidak bisa di hubungi, dan sekarang kau mengganti nomor ponselmu tanpa memberitahu mereka?! Aku yakin namamu pasti akan di coret dari daftar keluarga Chavez."

"Kak Al jangan berbicara seperti itu. Aku yakin itu tidak akan pernah terjadi. Aku kan satu-satunya anak Mommy dan Daddy. Lagipula aku sedang berada dalam situasi sulit sekarang. Bukankah perusahaan Daddy sedang mengalami kesulitan, sehingga memiliki banyak hutang dengan perusahaan JK? Aku sekarang dalam proses membantu Daddy." Ella menjelaskan dari apa yang ia ketahui. Walaupun itu hanya menurut persepsinya saja.

"Kau ini bicara apa?! Mana mungkin perusahaan Uncle Steve bangkrut. Yang ada sekarang perusahaan Uncle Steve berada di urutan nomor 2 di jajaran perusahaan termasyhur di beberapa negara," ucap Alvaro membuat Ella ternganga.

"Apa? Kak Al tidak bercanda, bukan?" Ella masih tak percaya.

"Apa aku pernah bercanda?! Sekarang cepat pulang dan jangan membuat khawatir Mommy dan Daddy mu, Ara!"

Ella terdiam. Dia menelaah kembali tentang yang terjadi padanya. 'lalu, siapa Papa yang di maksud Jason jika bukan Daddy?'

"Apa kau mendengar ku, Ella?!" seru Alvaro ketika Ella malah terdiam.

"Ah, iya. Untuk sekarang aku belum bisa mengatakan aku dimana kepada mommy dan Daddy. Kak Al tolong juga jangan mengatakannya. Katakan saja bahwa aku baik-baik saja. Aku pasti akan kembali setelah masalahku selesai, Kak," ucap Ella.

"Kau sedang dalam masalah? Kenapa tidak bilang dari awal. Katakan, siapa yang membuatmu dalam masalah! Aku akan mengirimkan seseorang untuk menjemputmu."

"Tidak perlu, Kak Al. Jangan ikut campur dalam urusanku, aku bisa menyelesaikannya sendiri. Aku mau Daddy nanti bangga padaku karena aku tidak bergantung di balik nama keluarga Chavez," tolak Ella cepat. Dia ingin menyelidiki sendiri tentang yang terjadi padanya.

"Hahaha... Ternyata adik kecilku sudah dewasa. Aku suka dengan gayamu, Ara."

"Yasudah, kalau begitu Aku akan menutup telponnya. Jangan lupa untuk merahasiakan keberadaan ku dari Daddy dan Mommy, bye!" Ella langsung menutup panggilannya.

"Tunggu, jika memang benar Daddy tidak bangkrut, aku masih kaya dong? Dan black card itu masih aktif. Hohoho... Kalau begitu, seharusnya aku bisa melunasi hutang kepada pria gila itu?" Ella mengusap-usap dagunya merasa senang.

"Tidak, aku tidak bisa membayar sebuah hutang yang hutang itu bukan Daddy yang berhutang. Atau mungkin itu adalah hutang papanya Yumna? Aku harus segera menemukan Yumna dan mengakhiri salah paham ini. Aku tidak mau mempunyai suami gila seperti Jason." Ella terus menerka-nerka apa yang ada di pikirannya.

***

Malam harinya.

Ella turun kebawah untuk makan malam. Dia melihat Ine yang tampak pucat.

"Ine, apa kau baik-baik saja?" tanya Ella sedikit khawatir.

"Urus saja urusanmu sendiri!" jawab ine ketus. Dia kemudian berlalu meninggalkan Ella.

"Haish! Aku kan hanya khawatir padanya, kenapa dia selalu bersikap ketus padaku?" gumam Ella pelan.

Melihat Jason yang juga turun, Ella mengekorinya. Ada yang ingin Ella tanyakan pada pria itu.

"Tuan Jason, ada yang ingin ku tanyakan padamu. Ini tentang data tentangku yang Tuan Billy berikan padamu sebelum kau menikahi ku. Apa aku boleh melihatnya?"

Jason yang saat ini duduk di kursinya, mengerutkan keningnya. "Untuk apa kau ingin melihatnya?"

"Eumm, aku hanya ingin melihatnya saja. Boleh, ya?" bujuk Ella.

Jason tampak berpikir, kemudian terlihat Jason tersenyum penuh arti.

"Baiklah, tapi ada syaratnya," ucap Jason.

"Syarat? Apa syaratnya?" Ella merasa tidak enak dengan syarat yang akan di berikan Jason.

"Kita bicarakan nanti setelah makan malam," ucap Jason.

Ella menghela nafasnya, "Oke, baiklah."

Setelah makan malam usai, Jason menyuruh Ella untuk mengikutinya ke ruang kerjanya.

"Sekarang, bisakah aku melihatnya?" tanya Ella.

Jason mengambil sesuatu dari laci meja kerjanya. "Aku akan memberikannya, setelah Kau memberikan ku sebuah ciuman," ucap Jason.

"Apa?!"

'sudah ku duga jika syarat dari pria gila itu akan merugikan ku. Hah! Bagaimana ini, apa aku harus menyetujuinya? Tapi jika aku menolaknya Aku tidak akan menemukan informasi apa-apa.'