Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Berbagi Ranjang (2).
HAPPY READING...
***
Tengah malam.
tubuh Rehan seketika menggigil kedinginan. pria itu berusaha untuk membungkus tubuhnya dengan 2 selimut tebal dan kembali tidur. tapi rasa dingin lantai ditambah suhu ruangan kamar ini, benar-benar menyiksa Rehan.
pria itu terbangun.
sial! umpatnya dalam hati.
Kemarin ia harus terpaksa tidur di sofa dan membuat tubuhnya pegal-pegal di pagi hari. sedangkan untuk malam ini, Rehan juga semakin menderita karena harus tidur di lantai dengan sebuah kasur tipis yang tak berguna sama sekali.
melirik gadis yang terlelap nyenyak di atas sana, batin Rehan semakin mengutuk kesal.
Sungguh gadis itu benar-benar keterlaluan memperlakukan Rehan di sini.
sisi jahat Rehan keluar. Agghh.. terserah kalau dia marah nanti, aku hanya ingin tidur nyenyak...
Ia tak bisa kembali ke sofa uang yang kemarin Rehan gunakan untuk tidur. yang mana tubuhnya akan bertambah sakit nanti. karena panjang sofa itu tak bisa menampung seluruh badan Rehan. kakinya tergantung dan itu sangat menyiksanya. sedangkan untuk kembali tidur di lantai seperti sekarang, juga tak mungkin.
Rehan masih ingin hidup lama.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya pelan. berusaha untuk menemukan ide yang tepat.
Ingatannya kembali pada ucapan Mika kemarin. dimana ada kamar tamu di lantai dasar yang rumah ini. hanya saja untuk kesana, Rehan perlu berjalan dan menuruni anak tangga. melelahkan bukan?
dan bagaimana kalau ada yang melihat Rehan berkeliaran malam-malam seperti ini? bukankah akan mencurigakan? mengendap-endap di rumah Mertuanya seperti seorang pencuri.
Tidak! Rehan tak mau.
Pria itu memutar otaknya lagi. mencari ide lain agar bisa tidur nyenyak malam ini.
"Ahaa...". sebuah ide muncul di kepala Rehan.
Sambil menarik selimut, dengan penuh kehati-hatian Rehan pun merebahkan dirinya di samping Mika. tentu saja dengan sangat hati-hati agar tidak membuat gadis itu terbangun.
senyum licik itu menghiasi bibir Rehan. pada akhirnya ia bisa mendapatkan tempat yang cukup manusiawi untuk dirinya tidur malam ini.
Hahaha... begini kan lebih baik.. batinnya bersuara.
Melirik gadis di sebelahnya, Rehan tersenyum. Mika benar-benar tidak menyadari keberadaan Rehan saat ini.
baiklah.. waktunya tidur lagi.. batin Rehan dan kembali memejamkan matanya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.
Tidur di ranjang benar-benar nyaman. apalagi tempat ini terasa hangat bagi Rehan.
ya walau pun berulang kali ia menjaga diri untuk tidak sampai bersentuhan dengan Mika.
karena Rehan tau kalau gadis itu sampai terbangun, bisa ngamuk nanti. Dan lebih parahnya Mika akan mengajaknya berdebat malam-malam seperti ini. tentu saja hao itu akan menggangu ketentraman suasana di Rumah Ayah Adam.
Hampir memasuki waktu Fajar.
Rehan benar-benar sudah terlelap damai. pria itu terlihat begitu nyaman tidur di ranjang dengan selimut dan teman tidurnya yang terasa hangat.
Beda lagi dengan Mika.
gadis itu merasakan sesuatu yang tiba-tiba yang tak nyaman. sesak. itulah yang Mika rasakan saat ini.
Kenapa rasanya sesak sekali... batinnya sambil terus memejamkan mata.
sesuatu yang membuat Mika sulit bernafas dengan lega.
Mika hendak mengubah posisi tidurnya. tapi tanpa sadar kakinya seperti menyentuh sesuatu. keras dan sedikit familiar.
Apa ini? tidak mungkin kalau guling...
Karena guling itu ada di sisi kanan Mika. sedangkan sisi kirinya biasanya kosong. tapi saat ini sisi kiri Mika lah yang terasa penuh sesak oleh sesuatu.
Sambil memejamkan mata, Mika meraba sisi kirinya. memastikan ada apa disana.
Oh Kaki.. Apa kaki? Kelegaan itu berubah menjadi kepanikan. Mika terkejut oleh sebuah kaki di sampingnya.
Kaki siapa? takut kalau ada hantu di kamar ini. kamar yang sudah lebih dari seminggu Mika tinggalkan.
Dengan takut-takut, Mika mencoba untuk memberanikan diri meraslba sisi kiri ranjangnya. benar saja, matanya seketika membulat merasakan seseorang yang tengah berbaring di sampingnya.
kantuk yang sejak tadi seperti bergelayut di kelopak matanya hilang seketika. digantikan dengan detak jantung yang berpacu hebat.
Mika mengalihkan pandangannya. melirik seseorang yang mengganggu tidurnya.
matanya membelalak saking terkejutnya.
"Re-han?".
pantas saja Mika merasa tak nyaman dengan ranjangnya saat ini. ternyata ada manusia lain yang ikut nimbrung di ranjang ini. apalagi dengan beraninya Rehan melingkarkan tangannya di pinggang Mika entah sejak kapan.
sungguh Mika yang menyadari hal itu menjadi kesal.
"Hei, kenapa kau disini..." ucap Mika berusaha untuk meminta penjelasan tentang semua ini. padahal Rehan masih lelap tertidur. bahkan pria itu tak menanggapi apa yang dikatakan Mika.
"Rey..." panggilnya lagi. sambil berusaha menggoyangkan tubuh Rehan.
"Rehan... jelaskan padaku, kenapa kau bisa disini...".
"Mmttt...".
Mika mendengus kesal. benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Rehan saat ini. pria itu dengan beraninya tidur di samping Mika. bahkan tanpa meminta ijin dirinya.
eh? kenapa ijin? kan Mika adalah istrinya.
"Aaggghhh.. tetap saja! dia salah..." protes Mika.
"Rey bangun!" paksa Mika. terus menggoyangkan tubuh Rehan membangunkan pria itu dari tidurnya.
"Aaahhhh, apa sih. ganggu saja...". yang dibangunkan justu semakin berulah.
"Bangun Rey...".
"Ayo ayo kembali tidur...". Rehan menarik tubuh Mika untuk berbaring kembali. melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi. sedangkan Mika, tentu saja gadis itu berontak dengan perlakuan gila dari Rehan.
"Aaaghhh.. kau gila ya!" umpat Mika kesal. "Bangun atau aku benar-benar menendangmu..." ancamnya.
"Apa sih Mik... ini masih gelap..." protes Rehan. pada akhirnya akan benar-benar terbangun mendengar ocehan Mika barusan. dugaannya benar, jika Mika menyadari keberadaan Rehan semalam pasti malam itu juga mereka akan berdebat seperti sekarang.
"Kenapa kau bisa tidur disini?". sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh Rehan. karena Mika jelas tidak ingin pria itu tidur disebelahnya. dan entah sejak kapan Rehan telah berpindah tidur di sampingnya. pasti sebuah kesengajaan bukan?
"Di bawah dingin Mik.. aku menggigil..." jawab Rehan jujur.
"Lalu kenapa harus disini? kenapa tidak di tempat lain?". hanya itu yang membuat Mika kesal. tidur di ranjangnya.
"Dimana lagi? sofa? tubuhku bahkan masih sakit sampai sekarang... atau di kamar tamu? kau ingin semua orang curiga padaku yang berkeliaran di rumah ini malam-malam? seperti pencuri di rumah mertuanya sendiri..." ungkap Rehan menjelaskan.
jadi ia memilih tempat tidur yang sama dengan Mika.
"Toh kita sudah halal bukan? tak ada yang salah..." jawab Rehan.
Mika terdiam mendengar penjelasan Rehan yang menurutnya memang terdengar masuk akal.
"Tapi-,". tapi tetap saja egonya masih terlalu tinggi untuk mengakui hal itu.
"Sudahlah tak perlu tapi-tapian, ayo tidur lagi..." sela Rehan bahkan Mika belum sempat menyelesaikan ucapannya.
"Ato tidur lagi istriku, sayangku.." goda Rehan sambil berusaha menarik lengan Mika untuk kembali merebahkan tubuhnya.
"Kau gila ya?" cerca Mika. menyentak kasar tangan Rehan dan melepasakan diri. bangkit dari sana untuk menjauh dari Rehan. sedangkan Rehan tak peduli akan hal itu. pria itu kembali memejamkan matanya meneruskan tidur yang terganggu.
Beda lagi dengan Mika.
gadis itu berdiri memandang ke arah ranjang dimana telah diakusisi oleh Rehan.
"Dasar pria sinting..." ucapnya dan meninggalkan Rehan menuju ke meja belajarnya.
kantuk Mika benar-benar hilang saat ini. dan kalaupun di pakas untuk kembali tidur, ia akan bangun kesiangan dan terlambat kuliah. atau bahkan lebih parahnya, kepalanya akan pusing nanti. jadi Mika memutuskan untuk melakukan sesuatu dibandingkan melanjutkan tidurnya sama seperti yang Rehan lakukan saat ini.
"Ahh.. aku belajar saja..." ucap Mika pada dirinya sendiri.
pada akhirnya gadis itu duduk di depan meja belajar dan menyelesaikan pekerjaannya.
***