"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir apa lagi tuhan?
"sebutir pasir tidak akan berarti apa pun, untuk laut yang dalam. Namun, secuil duri tajam, mampu merobek kulit hingga dalam."
Raina merasa lelah yang tidak terkira, untung saja hari ini libur bekerja. Dia hampir lupa, bagaimana rasanya bersantai. Karena harinya tak pernah memiliki waktu luang, hari ini sangat melelahkan. Apa lagi, dia terus terpikirkan oleh ucapan dosen di kampusnya.
Raina tidak pernah tertarik untuk menjadi model, dia juga tidak pernah berpikir akan menjadi model. Karena dia hampir tidak memiliki waktu untuk sekedar memiliki cita-cita.
"Raina!"
"Raina!"tiba-tiba dia di kejutkan dengan panggilan di depan pintu rumahnya. Bukan memanggil, lebih tepat jika di sebut berteriak.
"astaga!" ujar Raina panik.
"ada apa? " tanya Raina dengan kaget.
"Gea, ada apa?" tanya Raina lagi, ketika melihat temannya Gea, sedang ngos-ngosan mengatur nafasnya.
"ada kabar buruk Rain," ujarnya dengan panik.
"ada apa?"
"kamu terakhir tadi, sama pak Bara ngapain di aula atas?" tanya Gea.
"aku?"
"tidak ada apa-apa, ah iya ada sih tadi cuma nonton beberapa contoh model busana." jawab Raina dengan santai.
"siapa yang menyalakan listrik?" tanya Gea lagi.
"em aku. Tadi pak bara pegang laptop, dan aku yang coba arahkan terminal listrik. Kenapa memangnya?" tanya Raina heran, karena menurutnya itu bukan hal menarik. Lagi pula, Gea tidak bertanya tentang apa kegiatan dirinya hari ini saat di kampus. Karena Gea tahu, tidak ada yang menarik dari kisahnya.
Padahal, Raina baru saja akan masuk kedalam rumahnya, tetapi tiba-tiba Gea membuatnya terkejut. Melihat dari ekspresinya, sudah di pastikan kabar buruk.
"ayo, kamu di minta menemui pak Bara sekarang." ujar Gea dengan menarik lengan Raina keras.
"aduh, sakit Gea, bisa pelan gak sih." ujar Raina dengan meringis.
"ah, mampus!" ucap Gea dengan lemah.
"apanya?" tanya Raina heran.
"aku harus latihan, kamu temui dosen aneh itu sendirian ya. hati-hati, dan jangan telat." ujar Gea dengan berlalu meninggalkan dirinya.
Padahal, baru saja Raina sampai didepan rumahnya. Dia bahkan baru akan membuka pintu rumahnya," ya ampun, kenapa gak dari tadi coba. Kan jadi bolak-balik kalau gini ceritanya." kata Raina dengan malas.
Dengan malas, Raina akhirnya melangkahkan kedua kakinya juga, untuk berjalan keluar menuju kampusnya lagi. Walaupun, dia sendiri merasa lelah.
Tak ala kemudian, dia sampai di ruangan dosennya. Yang ternyata sudah menunggunya. Akan tetapi, dia merasa heran, karena kampus mendadak sepi, padahal biasanya masih ramai di jam sore, apa lagi, ada beberapa semester yang memakai jam malam.
'kenapa sepi banget sih,' batin Raina dengan heran, tetapi kedua kakinya tetap melangkah.
"permisi pak, saya Raina." ujar Raina dengan mengetuk pelan pintu ruangan itu.
"masuk saja," jawabnya dari dalam.
Dengan segera Raina masuk kedalam, meski sedikit merasa takut. Entah mengapa perasaanya menjadi tidak enak saat ini.
"ada yang bisa di bantu pak?" tanya Raina dengan menunduk.
"duduk dulu, dan perhatikan ini!" seketika Raina mengikuti ucapannya dan duduk tepat di hadapannya. Sementara kedua matanya, sangat fokus menatap layar yang sudah berada di depannya
"kamu kenapa bisa ceroboh itu, kamu tahu, berapa kerugian yang harus kamu ganti?" ujarnya dengan memijit pelan pelipisnya. Terlihat sekali dia sedang menahan suaranya agar tidak berteriak, dan saat itu juga, rasanya jantung Raina seperti akan melompat dari tempatnya.
"lima ratus juta, dari mana aku harus mendapat uang sebanyak itu." batin Raina dengan segera menutup bibirnya dengan kedua tangannya. sementara jantungnya sudah tidak karuan lagi rasanya.