Siapa sangka, Alya yang pernah memutuskan Randy 8 tahun lalu, membuat lelaki itu memiliki dendam mendalam. Hingga saat ini, Randy masih mencari Alya hanya untuk membalaskan rasa sakitnya. Sisa cinta dan dendam seakan saling bertarung di hati Randy.
Kehidupan Alya yang berubah drastis, membuatnya mau tak mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tergabung di salah satu yayasan penyalur ART ternama.
Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, Alya bekerja di rumah Randy yang kini sudah beristri. Di situ lah kesempatan Randy memperlakukan Alya dengan buruk. Bahkan, menghamilinya tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu apa alasanku dulu memutuskanmu, kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.” – Alya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
“Apa lagi ini, jangan cari-cari alasan, sana pergi!” titah Bu Puri kembali mengusir Geni.
Mendengar ucapan Geni, membuat suami Bu Puri itu pun merasa tak salah dengan penglihatannya yang tak asing saat pertama kali melihat Randy mengunjungi panti.
Memandang tajam ke arah Geni, ia pun meminta sang istri untuk masuk ke dalam, karena ia ingin bicara pada asisten Randy itu.
“Jangan terpancing, Pak, dia sedang mencari cara,” tuduh Bu Puri.
"Ini urusan Bapak, Bu. Ibu masuk saja, Ibu tidak tahu apa-apa soal ini,” ujar Pak Antonio dengan tetap menatap Geni.
Bu Puri pun terpaksa masuk ke dalam panti, sementara Pak Antonio membukakan gerbang untuk bicara pada Geni.
“Pak, saya ditugaskan Tuan Randy untuk mencari Pak Antonio, karena beliau mendapat amanah dari Bu Yusi, ibu angkat tuan saya,” jelas Geni.
Tak ingin bicara di luar, Pak Antonio mengajak Geni masuk tapi hanya di halaman panti.
“Apa tujuan kalian mencari saya?” tanya suami Bu Puri itu.
Menjelaskan keingintahuan mereka tentang sejarah masa lalu keluarga Atmaja, Geni memerlukan informasi terkait warisan Luki Atmaja.
“Di mana sekarang tuanmu itu bekerja?” Tak menjawabnya, Pak Antonio justru berbalik tanya.
“PT. Tama Sriwijaya Development Tbk. Perusahaan milik paman Tuan Randy,” jawab Geni tegas.
Terdiam sejenak, Pak Antonio tak mengeluarkan sepatah kata pun, seolah ia tengah mendapat kabar buruk yang sudah bisa ia tebak akan terjadi.
“Pulang lah,” pintanya tiba-tiba, lalu berjalan masuk ke dalam panti.
“Tapi, Pak.” Geni mengejar Pak Antonio, meski ia akhirnya harus kembali berhadapan dengan Bu Puri yang kembali mengusirnya.
Mau tak mau, Geni memutar tubuhnya untuk pulang. Setelah Geni pergi, Bu Puri pun masuk ke dalam panti menemui Alya di kamarnya. Ingin Alya segera memiliki pendamping baru agar status Gio jelas, Bu Puri berusaha mendekatkannya dengan Davin.
“Ayo, Al, sekali-kali, kalian pergi berdua. Davin itu orang baik, kok. Jangan khawatir. Kalau kamu takut, biar Nana yang temani kamu. Tapi, setelah itu kamu harus berani pergi berdua,” tutur Bu Puri.
Mengatakan bahwa ia tak siap membuka hati untuk seorang laki-laki, Alya begitu berat melakukannya.
“Kamu sudah tidak ada perasaan pada si Randy itu ‘kan?” Bu Puri memastikan Alya tak lagi memiliki perasaan pada laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya.
Hanya menunduk, Alya bergeming.
Sementara itu, Geni yang telah kembali ke kantor, melaporkan hasil pertemuannya dengan Pak Antonio pada tuannya.
“Apa? Jadi, Pak Antonio yang mengurus warisan ayahku adalah suami pemilik panti itu?” tanya Randy tak percaya.
“Tapi beliau tidak mau menjelaskan terkait hal tersebut, Tuan. Saya bingung karena setelah saya mengatakan di mana tuan bekerja, saya malah diminta pulang,” ungkap Geni.
Randy pun meminta Geni menunjukkan foto Pak Antonio, karena ia hanya bertemu sekali saat ulang tahun Raina kala itu. Memegang kepalanya pusing, Randy tampak tak asing setelah mengamati wajah Pak Antonio begitu lama. Saat mencoba mengingat tentang masa kecilnya, Randy selalu merasa pusing dan berakhir dengan menyerah.
"Lalu, kenapa Om Tama berbohong?" Kepalanya pun semakin pusing.
***
Keesokan harinya, Randy berniat menemui Pak Antonio sendirian di panti.
Tapi, setibanya ia di jalan depan panti, baru juga akan turun dari mobil, hatinya seketika dibuat hancur dengan pemandangan di seberang jalan. Dilihatnya Alya dan Nana masuk ke dalam sebuah mobil bersama seorang lelaki seusia dengannya. Tapi, hanya Alya yang tampak diratukan dengan dibukakan pintu mobil depan samping kemudi. Lelaki itu juga bahkan menatap Alya begitu hangat dan penuh perasaan.
“Siapa dia? Apa kekasih Alya? Tapi, bukankah Alya takut bertemu dengan orang baru,” gumamnya dalam hati.
Meski pikirannya jadi tidak fokus setelah melihat Alya bersama lelaki lain, Randy bergegas turun dari mobil dan menyeberang jalan menuju gerbang panti untuk menjalankan tujuannya.
Entah sedang rezekinya atau memang takdir Tuhan, di saat yang bersamaan Pak Antonio juga sedang baru membaca buku di halaman panti.
“Pak,” panggil Randy setengah berteriak dan melambaikan tangannya.
Namun tiba-tiba, kepalanya kembali terasa pusing kala melihat lelaki yang baru saja dipanggilnya itu, seakan otaknya dipaksa mengingat masa lalu.
Pak Antonio pun menoleh ke arahnya, dengan tatapan datar sejuta makna.
Memberikan kode ingin dibukakan pintu gerbang, Randy sampai memohon-mohon.
Pak Antonio lalu menghampirinya, dengan pandangan mata yang tak beralih pada Randy. “Masuk lah.”
Berjalan di belakangnya, Randy lalu tampak menyalami dan mencium tangan lelaki lanjut usia itu.
Dipandanginya Randy bak seorang ayah menatap anaknya, seolah ada rasa rindu pada kabar anak angkat Bu Yusi itu.
“Pak, Bu Yusi meminta saya mencari Bapak untuk menanyakan semuanya tentang keluarga saya, saya tidak punya siapa-siapa lagi setelah Bu Yusi dan Pak Mukid meninggalkan saya. Saya mohon, Pak Antonio mau memberikan penjelasan pada saya," pinta Randy.
Mempersilakannya duduk di sofa ruang tamu, Pak Antonio mulai membuka mulut.
“Sebelum kamu bertanya pada saya, saya akan bertanya lebih dulu padamu. Apa yang sudah kamu lakukan pada Alya. Kamu seorang laki-laki, kamu dididik oleh orang tua angkat yang begitu penyayang. Kenapa setelah dewasa kamu menjadi orang yang keji?” cecar Pak Antonio.
Mengutarakan penyesalannya, Randy mengungkapkan jika ia hanya ingin membalaskan dendamnya pada Alya saat itu. Ia sakit hati kala orang tua Alya menghina dan memintanya untuk putus dengan Alya, hanya karena ia adalah anak yatim piatu tanpa masa depan. Saat itu, ia berjanji apabila telah menjadi orang yang sukses, maka akan membalas hinaan itu.
Ia pun menyayangkan sikapnya yang gegabah dan tak mencari tahu dulu perihal semua ini. Andai ia tahu yang sebenarnya, bahwa orang tua Alya sengaja melakukannya karena desakan dan tekanan dari sang paman, tentu ia tak akan membalas dendam. Jika waktu bisa diputar, Randy tak akan ada hati sampai menyakiti Alya begitu kejamnya.
“Saya akui saya salah, Pak. Saya menyesal. Sekarang, semua sudah terlambat, Alya mungkin sudah membenci saya, dan saya terancam tak bisa bertemu lagi dengan Gio, darah daging saya,” sesal Randy begitu menyesakkan dadanya.
Suami Bu Puri itu pun seakan tengah berada di persimpangan jalan yang sulit. Di satu sisi, ia ingin mengutuk perbuatan Randy yang telah menghancurkan hidup Alya. Tapi di sisi lain, ia melihat Randy sebagai korban atas keserakahan seseorang.
Seketika ingatan Pak Antonio terputar dengan sendirinya, saat ia menyampaikan wasiat orang tua Randy pada adiknya puluhan tahun silam. Perasaannya kala itu begitu iba saat melihat Randy yang masih berusia 10 tahun dan tak tahu apa-apa. Nalurinya sebagai seorang ayah seolah muncul, meski ia tak kunjung memiliki momongan. Diusapnya lembut kepala Randy, karena sejuta firasat buruk mulai bermunculan dalam benaknya, akan nasib bocah itu nantinya.
“Randy,” panggil Pak Antonio lirih.
...****************...